

Ajaib.co.id – Indoritel Makmur Internasional Tbk (dahulu Dyviacom Intrabumi Tbk) (saham DNET) telah berdiri sejak tanggal 16 Nopember 1995. Perusahaan memulai kegiatan usaha secara komersial pada akhir tahun 1996.
Merujuk pada Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan dasar dari Indoritel bergerak dalam bidang investasi, perdagangan umum, keagenan dan perwakilan. Indoritel saat ini berinvestasi pada PT Indomarco Prismatama (Indomaret), Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) dan Fast Food Indonesia Tbk (FAST), dengan masing-masing persentase kepemilikan sebesar 40%, 31,50% dan 35,84%.
Di luar itu, Indoritel melakukan pengembangan bisnis yang berhubungan dengan jasa di internet dan pengembangan perangkat lunak, melalui portal bisnis online, Ogahrugi.com dan software untuk sistem manajemen distribusi, NexSoft.
Pada 21 November 2000, DNET mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam-LK. Pernyataan ini untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham DNET (IPO) kepada masyarakat sebanyak 64.000.000. Penawaran ini dengan nilai nominal Rp250,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 11 Desember 2000.
Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham DNET
Laba Bersih DNET di 2020 Anjlok
Berdasarkan pemberitaan di bisnis.com, emiten ritel DNET tercatat mengalami penurunan laba bersih per kuartal III 2020 lalu. Hal ini sebagai akibat dari koreksi laba dari entitas asosiasi dan ventura, walaupun angka pendapatannya meningkat. Pada laporan keuangan per September 2020, DNET sebetulnya mencetak lonjakan pendapatan sebesar 102,83% secara tahunan menjadi Rp316,51 miliar.
Peningkatan pendapatan tersebut berdasarkan beberapa hal. Di lihat dari segmen operasi, perusahaan mencatatkan pendapatan terbesar dari serat optik (fiber optic) yang menyumbang sebesar Rp316,5 miliar atau hampir 100% dari penghasilan hingga sembilan bulan pertama tahun 2020. Angka ini pun melonjak 102,86% secara tahunan dari capaian periode kuartal III/2019.
Di lain sisi, perusahaan justru harus merasakan laba yang anjlok signifikan dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar 67,39% yoy menjadi hanya Rp122,74 miliar. Hal ini diperparah dengan adanya kenaikan beban penjualan sebesar 36,22% menjadi Rp201,14 miliar.
Seperti diketahui, DNET ini mempunyai entitas asosiasi yaitu, PT Indomarco Prismatama yang merupakan pengelola jaringan minimarket Indomaret dengan status sebagai perusahaan non-listing, dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) merupakan produsen Sari Roti serta PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), lalu pengelola restoran makanan cepat saji KFC Indonesia yang terdaftar di bursa.
Namun, penjualan Indomarco menurun 21% menjadi Rp64,63 triliun hingga kuartal III 2020. Penurunan ini membuat laba bersih perusahaan Indomarco turun signifikan 61,26% secara tahunan menjadi hanya Rp498,95 miliar
Hal yang serupa terjadi juga pada entitas asosiasi yakni, ROTI dengan penurunan laba bersih sebesar 57,74% yoy menjadi Rp127,19 miliar. Hal ini diperparah dengan kerugian yang dialami oleh FAST sebesar Rp298,33 miliar.
Kondisi-kondisi tersebutlah yang membuat DNET mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 72,92% secara tahunan. Laba yang diperoleh menjadi Rp71,98 miliar pada kuartal III/2020, dari Rp265,84 miliar pada periode yang sama tahun 2019.
Sebelum Pandemi, Bisnis 3 Tahun Terakhir Meningkat
Sebelum kondisi pandemi, emiten Indoritel Makmur Internasional Tbk sebetulnya mencatatkan peningkatan bisnis baik dari segi penjualan maupun laba perusahaan. Sebelum mengalami penurunan laba pada 2020. Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam juta rupiah)
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 |
Penjualan bersih | 257.798 | 129.789 | 56.369 |
Laba Usaha | 575.641 | 323.938 | 199.911 |
Laba tahun berjalan | 519.144 | 282.868 | 170.793 |
Dari data tersebut, secara penjualan DNET memang terus mengalami peningkatan per tahunnya. Dalam 3 tahun terakhir yakni 2017 hingga 2019, penjualan perusahaan terus mengalami peningkatan. Bahkan pada 2019 peningkatan pendapatan mencapai 98,63%.
Sementara itu, mengutip dari kontan.co.id, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk berhasil menorehkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2019. Emiten berkode DNET ini turut mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 80,72%.
Peningkatan laba bersih ini seiring dengan pendapatan yang tumbuh 98,63% menjadi Rp257,79 miliar. Angka ini melonjak derastus, pasalnya pendapatan pada tahun 201 hanya Rp 129,78 miliar.
Sementara itu, untuk beban penjualan mengalami kenaikan juga dari Rp122,22 miliar menjadi Rp229,99 miliar. Selanjutnya, untuk beban umum & administrasi ikut tercatat naik menjadi Rp122,3 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp104,78 miliar.
Meski menelan beban yang tinggi, perseroan juga mencatatkan bagian laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp675,69 miliar. Capaian ini terhitung tumbuh 59,64% dari tahun sebelumnya sebesar Rp423,24 miliar.
Kondisi ini berkontribusi pada laba usaha perusahaan yang meningkat 77,7% menjadi Rp575,64 miliar. Pertumbuhan kinerja ini amat disebabkan dari strategi perseroan yang fokus pada investasi di Indomaret, Fast Food Indonesia, Nippon Indosari, serta pengembangan investasi pada MAP.
Langkah strategis perusahaan dalam berinvestasi pada entitas asosiasi dan entitas anak telah berhasil memberikan keuntungan. Hal ini tidak lepas dari fokus pengembangan bisnis Indoritel pada industri yang dekat dengan kebutuhan dan konsumsi sehari-hari masyarakat. Kuatnya pendapatan dari entitas asosiasi membuat laba tahun berjalan Indoritel pada 2018 tumbuh 65,62% menjadi Rp 282,86 miliar dibandingkan tahun 2017 yang sebesar R170,80 miliar.
Namun, DNET memutuskan untuk tidak membagikan dividen pada 2019. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat struktur keuangan.
Untuk gambaran, tahun 2019 ini adalah kali keempatnya DNET tidak membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Terakhir, DNET tersebut membagikan dividen sebesar Rp28,36 miliar atau Rp2 per saham pada tahun 2016 untuk laba tahun buku 2015.
Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis DNET selama 3 tahun terakhir dalam keadaan sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:
Rasio | 2019 |
ROA | 3,35% |
ROE | 5,44% |
NPM | 201,3% |
DER | 62,39% |
Bagaimana Prospek Bisnis DNET Kedepannya?
Perseroan berencana menjaminkan harta kekayaan berupa gadai atas seluruh saham yang dimiliki di tiga entitas asosiasi. Adapun Indoritel mengambil langkah ini sebagai bentuk jaminan atas pinjaman.
Pada 18 November 2020 lalu, Indoritel memiliki pinjaman term loan dari Bank Mandiri senilai Rp900 miliar. Pinjaman tersebut dengan jangka waktu tiga tahun mempunyai suku bunga 8,50% per tahun.Namun, bisa berubah sesuai ketentuan Bank Mandiri.
Sementara demi mendapatkan pinjaman ini, Indoritel menggunakan jaminan aset manapun yang dimungkinkan dipersyaratkan oleh kreditur. Hal ini berdasarkan perjanjian kredit baik sekarang ataupun di kemudian hari.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) November lalu, Indoritel mengatakan akan menggunakan pinjaman tersebut untuk kebutuhan umum. Termasuk untuk aksi korporasi dan ekspansi usaha yang telah atau akan dilaksanakan.
Untuk gambaran, Indoritel mempunyai setara 40% modal ditempatkan dan disetor Indomarco. DNET memiliki 35,84% saham FAST dan 25,77% saham ROTI per 30 November 2020.
Dari segi harga saham sendiri dalam jangka 3-5 tahun, harga DNET telah mengalami peningkatan lebih dari 200%. Pada 5 tahun lalu, saham DNET ada di level Rp900an. Setelah itu, saham DNET terus melonjak dalam jangka panjang hingga kini bertengger di level Rp3.000an.
DNET masih memiliki peluang bisnis yang bagus dengan prospek harga saham yang terus meningkat. Meskipun secara laba bersih ikut turun karena pandemi covid-19. Namun secara fundamental perusahaan dalam keadaan stabil.