Saham

Saham BMRI Terus Merosot di Agustus, Isu Bangkrut Beredar

Pada 26 Agustus 2019, saham BMRI (Bank Mandiri) berada di zona merah. Saham BMRI berada di angka Rp 7.175 per lembar saham, turun 0,69 persen per harinya.

Pencapaian mereka terus menurun sepanjang bulan Agustus 2019. Padahal, mereka menutup bulan Juli 2019 di angka yang sangat tinggi, yakni Rp 7.975 per lembar.

Gelagat lesu saham ini tampak sejak awal bulan ketika saham BMRI dibuka sama dengan harga penutupan sebelumnya. Bulan ini, mereka sempat menyentuh harga tertinggi Rp 7.425 dan harga terendah Rp 7.175, saham BMRI ditutup turun Rp 25 dalam sehari.

Bila dikalkulasikan, sepanjang Agustus 2019, jumlah volume yang mereka transaksikan sebanyak 42,8 juta. Dengan lesunya saham BMRI, investor asing secara terus menerus melepas saham mereka.

Tidak hanya itu, pada 15 Agustus lalu, dengan terus menurunnya saham BMRI, salah satu perbankan di Indonesia milik negara tersebut dikabarkan bakal bangkrut. Namun, manajemen Bank Mandiri sudah membantah isu tersebut.

Head of Research Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe mengatakan, isu tersebut tak membuat pelaku pasar lari dari saham Bank Mandiri. Hal itu dikarenakan isu yang dilemparkan tersebut hanya hoaks semata, sehingga kebenarannya tidak bisa dibuktikan ke publik.

“Itu hoaks semata, tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Apalagi saham Bank Mandiri kinerjanya di atas pertumbuhan industri perbankan. Jadi pelaku pasar tak memusingkan hal itu,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut, dia berpandangan, kinerja emiten perbankan tumbuh dengan baik selama semester I tahun 2019.

“Dengan growth yang bagus, terlihat dari net profit dan pendapatan yang bagus dan sehat. Jadi tak perlu memusingkan, kinerja perbankan bagus, yang akhirnya berdampak baik bagi pelaku pasar yang memegang saham perbankan, khususnya Bank Mandiri,” jelas dia.

Bank Mandiri merupakan Bank milik pemerintah terbesar di Indonesia dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia Dengan kondisi ini, tidak mungkin segala kejadian tidak dimonitor dan diawasi oleh kedua institusi tersebut.

Selain itu, Bank Mandiri adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta, dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.

Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi pada sistem information technology Perseroan beberapa waktu lalu sudah diatasi secara menyeluruh dan Bank Mandiri telah meningkatkan sistemnya agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.

“Sebagai Bank BUMN terbesar di Indonesia, kami memiliki rencana bisnis jangka panjang dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami optimistis, stakeholder maupun shareholder memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Bank Mandiri, sebagai bank yang cocok sebagai tempat berinvestasi, dan kami akan menjaga kepercayaan tersebut,” pungkasnya.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang. 

Artikel Terkait