Berita

Rupiah Melemah, BI Membuat 7 Langkah Penyelamatan

lowongan bank indonesia

Ajaib.co.id – Nilai tukar rupiah tidak berdaya dihadapan dolar Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia atau BI membuat 7 Langkah penyelamatan rupiah.

Pada pada perdagangan pasar spot hari Kamis (19/3/2020) ditutup melemah 4,61% di level Rp 15.9000/US$, level terlemah sejak krisis moneter 1998. Kala krisis ekonomi di tahun tersebut rupiah sempat menyentuh level Rp 16.200/US$ pada perdagangan intraday.

Salah satu penyebab rupiah tertekan ialah Capital outflow yang terus terjadi akibat wabah virus corona (COVID-19) yang kini telah menjadi pandemi. Seperti dilansir CNBCIndonesia.com, di pasar obligasi terjadi capital outflow sebesar Rp 78,76 triliun sejak akhir 2019 hingga 17 Maret 2020.

Sedangkan capital outflow di pasar saham mencapai Rp 9,28 triliun sejak awal tahun (year-to-date/YTD).

Dikutip dari Bloomberg seperti dilansir dari bisnis.com, investor kini lebih condong pada dolar AS (greenback) demi mengantisipasi pandemi virus corona (Covid-19) yang berkepanjangan.

Hal ini tercermin dari indeks dolar AS (DXY) yang menguat 0,14 persen menjadi 101,86 pada perdagangan Kamis (19/3/2020) pukul 17.40 WIB. DXY menyentuh level tertinggi sejak 14 Maret 2017, pada waktu itu DXY bertengger di posisi 101,7.

DXY menggambarkan kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia. Bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan AS.

Bobot paling besar terhadap DXY adalah Eropa dengan mata uang  Euro (EUR) sebesar 57,6 persen, disusul mata uang Jepang dengan yen (JPY) sebesar 13,6 persen, disusul poundsterling (GBP) 11,9 persen, kemudian dolar Kanada 9,1 persen, lalu krona Swedia 4,2 persen, dan terakhir franc Swiss 3,6 persen.

Penguatan dolar AS di Asia Pasifik membuat pembuat kebijakan mulai dari Jepang hingga Australia pun mulai bertindak dengan  membendung pelemahan nilai tukar mata uangnya.

Manajer Portofolio Nikko Asset Management Sydney Chris Rands mengatakan bahwa, semua aset berisiko maupun safe haven dijual oleh investor. Mata uang Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan yang merupakan mata uang paling likuid di Asia Pasifik pun saat ini mengalami kejatuhan.

Hampir semua mata uang di kawasan Asia Pasifik melemah, mengikuti tren pelemahan mata uang negara Eropa termasuk pound yang mengalami kejatuhan dengan menyentuh titik terlemahnya dalam 35 tahun terakhir.

Pergerakan Mata uang Asia

Bahkan, bukan hanya mata uang yang mengalami pelemahan, obligasi dan saham di seluruh dunia .

“Aksi jual di pasar benar-benar gila, kami mencoba yang terbaik untuk bertahan dan melihat semua aset berada dalam tekanan sehingga saya melihat penyerbuan dolar AS tidak akan segera mereda,” ujar Chris seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/3/2020).

Aksi jual di pasar keuangan membuat pengambil kebijakan di seluruh dunia melakukan intervensi terhadap pasar valuta asingnya.

Chris Turner, analis ING, mengatakan melalui publikasi risetnya bahwa intervensi terkoordinasi dari seluruh bank sentral dunia di pasar valas kemungkinan akan terjadi sebagai upaya untuk menenangkan pasar yang sedang kacau.

Perlu diketahui bahwa, sejauh ini bank sentral secara global bertindak independen, sebagian besar kebijakan mereka ditujukan untuk menyediakan likuiditas dolar dan membuat tenang pasar obligasi.

Bank sentral AS telah menurunkan suku bunganya sebanyak dua kali pada tahun ini hingga berada di kisaran 0-0,75 persen. Tidak hanya itu, The Fed pun berjanji akan membeli obligasi di pasar lebih banyak.

Bank of Japan juga mengumumkan akan membeli setidaknya 1 triliun yen (US$9,2 miliar) obligasi di negaranya melalui operasi pasar yang tidak terjadwal.

Sedangkan Reserve Bank of Australia mengatakan akan membeli obligasi melalui kurva imbal hasil (yield) untuk mengatasi gejolak di pasar.

Ekonom Shinhan Bank Min Gyeong-won di Seoul mengatakan bahwa situasi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya, di mana bank sentral mudah menggelontorkan lebih banyak stimulus dan dolar AS semakin diborong oleh para pelaku pasar.

BI Membuat 7 Langkah Penyelamatan

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 membeberkan langkah-langkah penyelamatan rupiah dari tekanan.

Berikut petikan ketujuh langkah yang disampaikan dalam RDG tersebut:

Pertama, BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

Kedua, BI memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.

Ketiga, BI akan menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.

Keempat, BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.

Kelima, BI akan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.

Keenam, BI akan memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.

Ketujuh, BI akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui tiga hal. Pertama, menjaga ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai.

Artikel Terkait