Bisnis & Kerja Sampingan

Rumah Sakit Hermina Perluas Jaringan Melalui Kemitraan

rumah-sakit-hermina

Ajaib.co.id – Sejatinya, pelayanan kesehatan memang mengedepankan kualitas kesehatan. Namun, kualitas kesehatan dapat berjalan beriringan dengan perluasan jaringan mengingat masih banyaknya masyarakat yang belum mendapat akses kesehatan yang layak. Inilah yang coba ditawarkan oleh Rumah Sakit Hermina, yakni memperluas jaringan melalui kemitraan.

PT Medikaloka Hermina, pemilik Rumah Sakit Hermina, masih terus mengembangkan sayap bisnisnya di seluruh Indonesia. Kemitraan yang dimaksud adalah mengajak para dokter bekerja sama mendirikan rumah sakit (RS) di daerahnya. Satu RS memerlukan sekitar 30 hingga 40 dokter yang berminat menjalin kemitraan.

Ada berbagai perbedaan model kerja sama yang ditawarkan oleh Hermina dibandingkan dengan bentuk-bentuk kerja sama lainnya. Umumnya, Medikaloka Hermina menawarkan saham minimal 0,5% dan maksimal 1% dari nilai investasi.

Nilai investasi sebuah RS diperkirakan, contohnya, adalah sekitar Rp50 miliar. Maka, per dokter maksimal menanamkan modal Rp500 juta. Kepemilikan setiap RS jaringan Hermina mencakup tanah dan bangunan. Hal ini guna memastikan kelangsungan bisnis serta mendapat dukungan manajemen Hermina.

Selain itu, para dokter tersebut juga harus bersedia untuk membuka praktik di RS yang dimilikinya. Dengan begitu, Medikaloka Hermina tetap menjaga ketersediaan tenaga dokter di jaringan rumah sakitnya, terutama dokter spesialis.

Selain itu, kemitraan Hermina juga tak terbatas oleh waktu. Bila dalam model kerja sama kemitraan hotel, misalnya, umumnya ada durasi kontrak kerja sama. Durasi kontrak kerja sama tersebut bervariasi, contohnya 10, 15, atau 20 tahun.

Lebih menarik lagi, model kerja sama Hermina bisa diwariskan ke keturunan pemilik sahamnya atau dijual kembali. Meski begitu, perubahan komposisi pemegang sahamnya tidak diperbolehkan. Dengan kata lain, tak boleh ada pengeceran saham.

Pola kemitraan Rumah Sakit Hermina tak terlepas dari pendirinya, yakni mendiang Hermina Sulaiman. Pada tahun 1967 silam, ia menjalin kemitraan dengan seorang dokter untuk mendirikan rumah bersalin di Jatinegara, Jakarta Timur. Sebagai catatan, Hermina sendiri bukanlah seorang dokter.

Rumah bersalin tersebut berdiri dengan kapasitas tujuh tempat tidur. Saat itu, status rumah bersalin tersebut belum menjadi RS bersalin.

Rumah bersalin itu mengalami perkembangan. Jumlah kamar dan perlengkapan medis bertambah, termasuk kamar operasi. Kemudian, namanya pun diubah dan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Bersalin Hermina atau kini lebih akrab dengan sebutan Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina (RSIA Hermina).

Di tengah perkembangan tersebut, dokter mitra Hermina meninggal dunia. Praktis rumah sakit itu tak memiliki dokter. Dari kejadian itulah, terbersit ide Hermina untuk mengajak para dokter lain untuk berpraktik dan membeli saham rumah sakit miliknya.

Rumah Sakit Hermina pun terus tumbuh dan berkembang. Tingginya kebutuhan layanan kesehatan yang berkualitas mendorong Hermina terus memperluas jaringannya. Saat ini, Hermina mengelola 41 rumah sakit dengan ketersediaan 5.277 tempat tidur hingga Maret 2021. Lokasinya tersebar di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

Rumah Sakit Hermina juga telah membuktikan tak terdampak di tengah pandemi Covid-19 karena sektor kesehatan menjadi segelintir sektor yang menarik disimak sepanjang pandemi ini. Terbaru, emiten bersandi saham HEAL ini berencana menambah empat RS baru dan 400 tempat tidur pada tahun ini.

Ekspansi ini dinilai tak menutup potensi pertumbuhan pendapatan Hermina. Ekspansi Hermina termasuk tertinggi dibandingkan dengan jaringan rumah sakit lainnya. Salah satu penyebabnya adalah partisipasi Hermina dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) lebih tinggi daripada RS swasta lainnya.

Pada tahun lalu, Hermina mencatatkan pendapatan Rp4,41 triliun. Pencapaian ini meningkat 21,65% dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp3,63 triliun. Melonjaknya pendapatan Hermina berimbas pada peningkatan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp473,22 miliar. Angka ini meningkat drastis 85,31% dibandingkan tahun sebelumnya.

Efisiensi oleh Hermina juga menunjang pendapatannya. Rinciannya, beban pokok pendapatan Hermina hanya meningkat tipis menjadi Rp2,28 triliun dibandingkan dengan 2019 yang sebesar Rp2,03 triliun.

Rumah Sakit Hermina berfokus untuk melayani segmen pasien dari kelas menengah. Perawatan wanita dan anak-anak merupakan titik masuk Hermina ke keluarga muda. Hal ini memungkinkan Hermina memberikan layanan berkesinambungan pada pasien mereka dan keluarganya.

Rumah Sakit Hermina juga kerap menjalin sinergi dengan berbagai stakeholder guna menunjang perkembangannya. Salah satunya dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) pada bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara RS Hermina dan Unpad berlangsung secara virtual Agustus silam.

Kerja sama dengan Unpad menjadi salah satu tonggak pencapaian yang besar bagi RS Hermina. Kerja sama ini menjadi momentum diikutsertakannya RS swasta sebagai lahan pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi.

Artikel Terkait