Ajaib.co.id – Lama tidak bertemu dalam sebuah reuni sekolah, Adam, Cahyo dan Khalis yang sama-sama berusia 30 tahun berkutat dalam sebuah diskusi. Khalis adalah seorang pekerja yang merasa galau dengan kebijakan yang diambil pemerintah terkait masalah ketenagakerjaan.
Kini, Khalis mulai berpikir untuk mendapatkan sampingan sebagai tambahan pendapatan. Ia sedang menimbang-nimbang dengan modal yang ia miliki sekarang apakah lebih baik ia berbisnis atau berinvestasi saja. Adam dan Cahyo adalah dua sahabat baiknya yang sudah lebih dahulu berpengalaman dalam berbisnis dan berinvestasi dan keduanya punya pendapat yang berbeda.
Setelah tiga tahun bekerja rupanya Adam memutuskan untuk berbisnis suplai kulit lembu di jalan Cibaduyut di Bandung dan mendulang kesuksesan. Ia telah menemukan target pasar yang tepat sehingga mampu merambah pasar ekspor untuk memenuhi permintaan kulit lembu dari para desainer sepatu dan tas di Italia. Dalam beberapa tahun saja ia sudah mampu memenuhi gaya hidup pribadinya.
Sedangkan Cahyo adalah seorang trader sekaligus investor yang sudah malang melintang selama delapan tahun lebih. Berbekal pengalamannya, Cahyo kenal betul tentang peluang dan tantangan yang ada di pasar saham. Ia sudah pernah menemukan saham-saham yang tepat yang memberikan ten bagger/keuntungan sepuluh kali lipat untuknya.
Bagi Adam, pasar saham adalah tempat yang buruk. Ia ngeri melihat saham-saham seperti BUMI dan ENRG yang sebelumnya pernah dihargai sebesar Rp8000 dan Rp11.000 masing-masingnya kini berada di level gocap alias Rp50 per lembar sahamnya.
“Menurut saya mah jelas lebih enak bisnis! Semuanya jelas, kita yang atur operasionalnya. Kita yang tahu jelas semua seluk-beluk termasuk masa depannya. Kalau beli saham, kita nggak tahu di dalam perusahaan kenyataannya seperti apa!” ujarnya.
Sedangkan menurut Cahyo lebih enak berinvestasi karena semua hal sudah dipikirkan oleh manajemen perusahaan yang sahamnya ia beli.
“…enak invest, dong. Ga perlu mikirin karyawan, pajak, sewa gudang, marketing, belum lagi kompetitor, izin usaha, daftar BPOM, dan sebagainya. Apalagi kalau stok di gudang masih banyak tapi selera pasar ‘dah berubah aja. Ya enak invest lah, kalau perusahaan mulai aneh-aneh tinggal jual sahamnya terus beli yang lain” kilah Cahyo.
Diskusi yang menarik ini berlangsung seru dan membuat kawan-kawan lainnya bergabung ke meja Adam, Cahyo dan Khalis. Sebenarnya ada perbedaan mendasar dalam berbisnis dan berinvestasi.
Jika kamu bertanya-tanya apakah kamu harus memulai bisnis atau berinvestasi di saham, maka dalam artikel ini Ajaib akan ungkap plus-minus dari berbisnis dan berinvestasi supaya kamu bisa bandingkan keduanya dan memutuskan mana yang lebih baik untuk kamu. Berikut beberapa hal yang bisa kamu pertimbangkan.
Persiapan Untuk Memulai
Persiapan yang dilakukan seorang pebisnis dan investor tentu berbeda. Seperti yang diungkap Cahyo, berbisnis perlu memikirkan segala detil dalam proses mengubah modal menjadi laba. Mulai dari peluang usaha, lokasi bisnis, desain produk, pengemasan sampai marketing. Ada banyak proses persiapan yang cukup panjang sebelum sebuah bisnis bisa mulai menghasilkan pendapatan.
Sedangkan di pasar modal persiapan untuk bisa menghasilkan pendapatan cenderung lebih sederhana. Yang perlu seorang trader atau investor lakukan sebelum membeli saham adalah melakukan analisis terlebih dahulu. Dalam berinvestasi proses untuk bisa mendapat keuntungan sebenarnya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan berbisnis. Begitu sebuah saham dibeli, jika di detik berikutnya saham tersebut naik beberapa fraksi saja maka kamu sudah bisa membukukan keuntungan.
Proses analisis kini sudah dipermudah dengan informasi yang berseliweran siap dikonsumsi oleh siapapun yang tertarik. Namun saking sederhananya banyak yang melewatkan proses analisis sebelum membeli saham. Oleh karenanya banyak yang merugi di pasar saham karena malas melakukan persiapan tersebut.
Padahal pelajaran tentang analisis saham saat ini ada banyak sumbernya, dan seringkali hanya sejauh ujung jempol dengan Google search. Tidak seperti beberapa dekade yang lalu.
Nyatanya baik berbisnis maupun berinvestasi sama-sama membutuhkan persiapan, dan bisa dibilang pesiapan yang dilakukan sebelum berbisnis lebih banyak daripada berinvestasi.
Banyak juga yang lebih suka berbisnis karena memilih bahan baku, mendesain produk dan lain sebagainya menyenangkan untuk dijalani. Jadi investor pun sama saja. Kamu perlu teliti untuk membaca informasi yang tersedia agar bisa mendapat gambaran tentang masa depan perusahaan yang sahamnya kamu beli.
Proses Menghasilkan Keuntungan
Costas Lapavitsas, profesor ekonomi di School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London, menyebut dunia finansial sebagai dunia tempat keuntungan didapatkan tanpa memproduksi (profiting without producing).
Secara formula proses berbisnis dinotasikan dengan M-K-M yang bermakna Modal Awal (M) diubah menjadi komoditas (K) dalam proses produksi, baru kemudian dalam distribusi dan marketing kemudian produk akan menjadi Modal akhir (M) atau produk akhir, barulah dapat dijual untuk bisa menghasilkan keuntungan. Bisa tidak menjadi untung dan malah menjadi rugi dengan adanya beberapa faktor ekternal di luar kendali manajemen.
Sedangkan proses berinvestasi secara formula dinotasikan dengan M-M, modal awal yang langsung menjadi modal akhir tanpa perlu melalui proses produksi yang mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Dengan kata lain dalam investasi, modal awal dalam prosesnya akan langsung menjadi modal akhir plus keuntungan atau kerugiannya.
Keuntungan
Jenis keuntungan dibagi menjadi dua yaitu Pendapatan berulang dan Selisih jual-beli. Keduanya bisa didapat baik dari berbisnis maupun berinvestasi. Ada yang dinamakan dengan dividen dalam saham. Dividen adalah laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Dividen bisa menjadi sumber pendapatan rutin yang didapat sekali dalam setahun. Untuk bisa menutup kebutuhan sehari-hari tentu dibutuhkan modal yang cukup besar untuk mengoleksi sejumlah besar saham dan mendapat dividen yang bisa menghidupi kita selama setahun.
Lain halnya dengan berbisnis di mana pendapatan bisa diraih dari hari ke hari sehingga modal dengan cepat bisa dimodalkan kembali dan menghasilkan pendapatan lebih besar. Tentunya penjualan menyesuaikan dengan permintaan pasar. Itu jika kita berbicara mengenai pendapatan. Sayangnya dalam dunia usaha alias berbisnis, pendapatan masih harus dipotong beban pokok pendapatan, pajak, gaji karyawan dan lain sebagainya sebelum benar-benar menjadi laba bersih.
Sedangkan pendapatan yang didapat dalam bentuk dividen saham adalah bersih, kamu hanya akan dipotong pajak saja.
Mengenai keuntungan dari selisih jual-beli, transaksi jual-beli bisnis biasanya terjadi tidak dalam waktu singkat. Terdapat negosiasi, pertimbangan valuasi aset dan pemeriksaan kelengkapan dokumen sebelum sebuah bisnis diakuisisi dan berpindah tangan.
Dalam saham keuntungan dari selisih jual-beli bisa dengan lebih sederhana didapat. Disebut lebih sederhana karena dalam melakukan jual-beli saham prosesnya dilakukan melalui platform online trading tanpa perlu tatap muka antar investor. Transaksi dilakukan dalam hitungan detik, menit, jam atau hari tergantung target profit yang sudah dianalisis.
Untuk memperoleh capital gain/ keuntungan dari selisih jual-beli, maka capital gain jelas lebih sederhana didapat dari saham. Jika kamu mencari pendapatan rutin, maka berbisnis memberikan pendapatan lebih sering daripada perusahaan yang membagikan dividen setahun sekali.
Faktor Keberhasilan
Berbicara tentang keberhasilan, kepastian keberhasilan tidak pernah ada. Namun potensi keberhasilan selalu ada. Dalam dunia bisnis sendiri 78% bisnis gagal di tahun pertamanya berdiri. 90% nya gagal setelah berdiri selama lima tahun atau lebih.
Bagaimana dengan saham? Tidak jauh berbeda; 90% pelaku pasar saham gagal dan merugi. Artinya hanya 10% yang akhirnya bertahan dan berhasil baik dalam dunia bisnis maupun investasi. Apakah fakta tersebut menyurutkan nyalimu?
Memang betul tidak mudah untuk berbisnis dan berinvestasi namun semoga tidak menyurutkan niatmu untuk mendapat pendapatan tambahan. Peluang untuk keduanya sangat besar sebenarnya jika kamu punya mata yang jeli yang bisa mengenali potensi cuan. Baik berbisnis maupun berinvestasi sama-sama akan menyedot waktu luangmu dan dibutuhkan skill juga dalam melakukan keduanya.
Sebenarnya ada cara yang lebih mudah dalam melakukan keduanya. Dalam berbisnis kamu bisa mencoba franchise alias bisnis waralaba. Dalam berinvestasi ada yang namanya reksa dana di mana kamu bisa menitipkan danamu untuk dikelola manajer investasi.
Jika kamu memilih jalan yang lebih mudah, maka kamu sebaiknya pintar dalam memilah-milah mana yang kiranya terbaik bagimu. Dalam berbisnis kamu bisa temukan ada banyak sekali waralaba yang tersedia untuk kamu pilih mulai dari tiga juta rupiah.
Untuk berinvestasi, kamu bisa mulai dengan Ajaib. Ajaib, satu platform untuk berinvestasi saham dan reksa dana dengan cara yang mudah dan aman dan bisa dimulai dari sepuluh ribu rupiah saja.
Risiko
Berbicara mengenai hal ini, maka kita mengetahui risiko datang dari faktor internal dan eksternal. Dalam berbisnis kamu memiliki kontrol penuh atas faktor internal. Sehingga risiko internal ada di tangan kamu.
Kamu bisa kendalikan dari supplier mana kamu mau beli bahan baku, bagaimana kamu mengatur karyawan dan cara kamu menghasilkan keuntungan dengan menekan beban produksi atau kegiatan marketing. Risiko eksternal datang dari hal-hal yang tak bisa kamu kendalikan dari dalam; misalnya tentang selera pasar yang berubah, datangnya pandemi Covid, krisis ekonomi dan lainnya.
Sedangkan di saham, risiko internal maupun eksternal bisa menghantam kamu. Kamu tidak bisa kendalikan apa yang terjadi di internal perusahaan yang sahamnya kamu beli. Satu-satunya informasi adalah paparan publik, laporan keuangan dan berita di media masa. Kamu tidak benar-benar mengetahui tentang apa yang terjadi di dalam perusahaan. Sebenarnya bursa sudah mengharuskan transparansi, namun seringkali kita sebagai investor kurang jeli membaca aktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kamu bisa mengurangi risiko di pasar saham dengan membeli saham yang masih undervalued alias berada di bawah harga wajarnya. Dan dengan diversifikasi saham dari berbagai sektor.
Yang jelas dibutuhkan keterampilan dalam mengelola risiko baik dalam berbisnis maupun berinvestasi.
Perbedaan Mendasar Berbisnis dan Berinvestasi
Singkat saja, dalam berbisnis kamu akan memiliki kuasa penuh atas segala hal dalam proses mengubah modal menjadi laba bersih. Dalam berinvestasi kamu memiliki kuasa penuh atas modalmu dan atas perusahaan mana saja yang sahamnya hendak kamu beli.
Keduanya bisa menguntungkan atau merugikan bagi kamu.
Keduanya juga menuntut keterampilan yang harus kamu asah terus. Baik dalam berbisnis maupun berinvestasi pastikan bisnis yang kamu jalani atau yang kamu tanamkan dana adalah bisnis yang luar biasa. Jika tidak luar biasa, setidaknya pastikan bagus.
Dalam kutipan berikut, diambil dari Laporan Tahunan Berkshire Hathaway 2007, Warren Buffett menjelaskan bahwa ada tiga jenis kualitas perusahaan. Ada yang disebut dengan bisnis yang luar biasa yaitu perusahaan yang menghasilkan banyak uang tanpa perlu investasi ulang dalam bisnis. Jadi modal awal terus bergulir menghasilkan pendapatan dan ekspansi bisnis yang terus membesar.
Lalu ada bisnis bagus, yaitu perusahaan yang menghasilkan banyak uang dalam operasionalnya tetapi memerlukan suntikan dana dan investasi ulang untuk bisa menjadi semakin besar.
Kemudian ada yang disebut bisnis yang mengerikan yaitu perusahaan yang membutuhkan banyak investasi ulang, suntikan dana terus-menerus hanya untuk bisa beroperasi tetapi menghasilkan sedikit sekali keuntungan atau malah merugi.
Ketika berbisnis berusahalah dirikan bisnis yang luar biasa. Ketika berinvestasi temukanlah perusahaan yang bisnisnya luar biasa. Dengan begitu kamu bisa jadi satu dari 10% dari total pelaku usaha dan investor yang berhasil. Jadi plih mana, berbisnis atau berinvestasi?