Saham

Pertumbuhan Saham Bank Swasta & Saham Bank BUMN di Indonesia

Prospek Pertumbuhan Saham Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN

Ajaib.co.id – Bicara mengenai saham-saham bank di Indonesia, khususnya saham bank BUMN sering jadi pilihan investor. Setidaknya, ada 4 (empat) bank pelat merah ini pasti masuk diantaranya mulai dari Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI), Bank BNI (BBNI), dan Bank BTN (BBTN). Namun, kinerja saham di negara maju satu ini tidak bisa dianggap setara, karena bank swasta seperti Bank BCA (BBCA) pun menjadi salah satu bank swasta terbesar di Indonesia yang juga menjadi incaran para investor.

Nah, di bawah ini, kita coba melihat bagaimana rata-rata prospek pertumbuhan saham keempatnya dari perspektif valuasi saham dan analisis teknikal sederhana.

Kinerja Saham Bank di Indonesia

1. Saham BBRI

Meski sektor pebankan mulai bangkit setelah tertekan pandemi COVID-19 sejak 2020 lalu, saham BBRI pernah mengalami peningkatan yang lumayan baik. Agus Pramono selaku analis Aldiracita Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa sektor perbankan mulai bangkit setelah tertekan pandemi COVID-19 yang telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun dan restrukturisasi utang terjadi secara masif. Dikutip dari Bisnis.com, Agus mengatakan bahwa tahun 2021 akan menjadi masa pemulihan ekonomi makro dan stimulus bakal terus menjadi juru selamat sektor perbankan.

Pada 27 Desember 2021 lalu, saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBRI persis di harga penutupan Rp4.060 per saham. Dibandingkan dengan penutupan Jumat (24 Desember), harga saham BBRI turun 0,25% dari Rp4.070. Dan pada pertengahan 2022 ini, saham BBRI kembali meningkat menjadi Rp4.460 pada 16 Mei 2022 lalu.

Selain itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah mencatat total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 1.203,00 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 2.716.164 lot.

2. Saham BBCA

Meski begitu, ternyata ada saham BUMN yang memiliki nasib berbeda dari saham BBRI, di mana saham BBCA ditutup merah pada April-Mei 2022.

Penurunan harga saham BBCA juga terus berlanjut hingga perdagangan Selasa (10/5/2022), yang mengalami koreksi sebesar 0,99 persen atau turun 75 poin ke level Rp7.525 per saham. Meski mengalami koreksi selama dua hari usai libur Lebaran, saham BBCA masih bertengger di daftar top market cap pada perdagangan kemarin. Berdasarkan data perdagangan BEI, Selasa (10/5/2022), saham BBCA tetap berada di posisi pertama top market cap sebesar Rp918 triliun.

3. BBTN

Sebagai nasabah, kita mengenal nama BBTN sangat identik dengan kredit pemilikan rumah (KPR). Walaupun BBTN bukan pilihan favorit untuk menyimpan dana dalam bentuk simpanan maupun deposito, tetapi BBTN mendukung program KPR murah pemerintah dari tahun ke tahun. BBTN selalu menjadi nama pertama yang terlintas di benak nasabah yang membutuhkan KPR.

Pada akhir tahun 2020 lalu, Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengatakan, salah satu sentimen yang akan menguntungkan BBTN adalah tren suku bunga rendah. Ia mengatakan hal ini jadi katalis positif karena BTN punya porsi time deposit di total DPK yang tertinggi jika dibandingkan bank besar lain. Hal ini akan membuat blended cost of funds turun lebih signifikan. Di satu sisi lain, rendahnya suku bunga ini akan sangat membantu BTN untuk menjaga atau bahkan untuk meningkatkan net interest margin (NIM) untuk ke depannya.

Bukan hanya itu, Edward juga menilai bahwa BBTN punya prospek yang baik dan memproyeksikan BBTN akan membukukan pertumbuhan pemulihan kinerja yang baik di berbagai bidang. Mulai dari laba bersih, perbaikan NIM, pertumbuhan hipotek bersubsidi, dan credit costs yang lebih rendah. Edward juga memproyeksikan biaya pencadangan BBTN masih akan tetap rendah seiring biaya pencadangan saat ini. Sehingga, BTN masih akan berfokus ke segmen perumahan bersubsidi dengan risiko rendah. 

Selain itu, pihak manajemen BBTN yang baru telah menetapkan peningkatan kualitas aset BBTN dan pendanaan ritel sebagai prioritas. Meski masih dalam proses, Edward bisa menilai bahwa akan terlihat perbaikan secara gradual, khususnya pada kualitas aset seiring non performing loan (NPL) BBTN yang sudah berada pada level puncaknya pada kuartal pertama 2020 lalu.

4. BMRI

Posisi saham BMRI saat ini paling “mahal” secara nominal pada harga Rp8.000 per lembar saham per 17 Mei 2022, dan tergolong “agak mahal” dari perspektif PBV. Dilihat dari valuasi PE Ratio dan EPS, prospek saham BMRI juga tidak terlalu bagus. Bagaimana dengan dividen? Boleh dikatakan, potensi dividen BMRI termasuk yang paling tinggi. Bagi investor yang mengincar dividen, saham BMRI layak untuk dikoleksi.

Jelas, apabila investor menginginkan cuan dari pertumbuhan harga, maka saham BMRI bukan pilihan bagus sekarang. Penilaian ini mungkin berubah jika harga saham BMRI mengalami koreksi atau melemah lagi sampai ke kisaran 4000-5000 atau lebih rendah.

5. BBNI

Dibandingkan BMRI atau BBRI, prospek pertumbuhan saham BBNI jauh lebih baik. Mengapa demikian? PBV BBNI hanya 1.24, termasuk murah untuk saham lini pertama (blue chip). Padahal, EPS-nya paling tinggi dan PE Ratio-nya paling rendah. Apabila investor menginginan risk/reward terbaik dari dividen maupun capital gain, maka saham BBNI bisa jadi pilihan.

Alasan Saham Bank Diminati Investor

Saham bank dan sektor perusahaan kebutuhan sehari-hari (common goods) biasanya menjadi saham yang diincar oleh para investor, apalagi jika perusahaan menunjukkan kinerja baik berdasarkan analisis teknikal maupun analisis fundamental. Di bawah ini adalah beberapa alasan saham bank selalu menjadi incaran.

1. Perbankan Indonesia termasuk menguntungkan

Sektor perbankan Indonesia termasuk bank-bank yang paling menguntungkan. Hal ini terlihat dari tingkat pengembalian atas ekuitas atau return on equity (ROE).

2. Potensi pasar di Indonesia cukup besar

Dengan potensi pasar yang besar, tingkat penetrasi investasi di Indonesia masih tergolong kecil dibandingkan negara-negara tetangga. Hal ini terlihat dari rasio pinjaman PDB di Indonesia sekitar 30 persen, dibandingkan dengan Singapura 150 persen dan Malaysia 125 persen. Oleh karena itu, saham bank terbilang potensial bagi investor asing untuk melirik pasar Indonesia.

3. Dari segi populasi, demografi Indonesia didominasi kelompok produktif

Dengan populasi hingga 240 juta jiwa, pertumbuhan angkatan kerja aktif dan kelas menengah terbilang sangat tinggi. Misalnya, sepanjang 2010-2020, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 29 tahun dan lebih dari 60 persennya di bawah 39 tahun. Kelas menengah Indonesia sendiri tumbuh sekitar 7 juta per tahun atau dan meningkat 80 juta pada 2003 menjadi 132 juta pada 2010.

4. Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Dalam 8 tahun terakhir, perekonomian Indonesia rata-rata tumbuh sekitar 6,1-6,2% dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Hal inilah yang membantu kinerja perbankan di Indonesia meningkat dan memperlihatkan saham bank potensial di Indonesia.

5. Rating Indonesia naik ke level layak investasi

Berdasarkan Moody’s dan Fitch Rating, peringkat utang Indonesia telah berpindah ke posisi layak investasi sejak tahun 2012. Tidak heran, banyak investor asing mengejar saham bank di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi besar. Berbagai lembaga riset terkemuka dunia memperkirakan Indonesia akan menduduki peringkat ketujuh sebagai kekuatan ekonomi terbesar pada 2030.

Tips Investasi Saham Bank

Untuk kamu yang mulai tertarik dengan saham bank, di bawah ini adalah beberapa tips yang bisa kamu lakukan sebelum memulai investasi saham perbankan.

1. Cek dan pilih perusahaan

Jika ingin berinvestasi, kamu harus memiliki prinsip yang jelas, yaitu harus memahami terlebih dulu industri yang ingin kamu beli sahamnya. Tetunya, hal ini akan memudahkan kamu untuk menganalisis fundamental perusahaan dan risikonya.

2. Ketahui kepemilikan saham dan manajemen perusahaan

Dalam hal berinvestasi, kamu juga harus memerhatikan kepemilikan saham dan manajemen dari perusahan terkait. Karena hal itu bisa menjadi penentu kemajuan perusahaan kedepannya. Kamu bisa melakukan pengecekan manajemen dan kepemilikan saham secara online di laman resmi Indonesia Stock Exchange (IDX) atau BEI, dan situs resmi perusahaan terkait.

3. Ketahui dan analisa tren pendapatan, laba, dan margin

Kamu juga perlu melakukan analisa tren pendapatan, laba, margin perusahaan, pendapatan, laba, rasio price-to-sales (P/S0 dan rasio price to-earnings (P/E).

4. Lakukan riset dan pahami riwayat harga saham

Jangan lupa juga untuk mengecek riwayat harga saham yang menjadi faktor yang perlu diperhatikan sebelum kamu membeli saham bank atau saham lainnya. Sebab, hal ini bisa menjadi analisa dan gambaran terkait kondisi keuangan dan saham perusahaan di masa mendatang.

Nah, bagi kamu yang ingin berinvestasi di industri pebankan, ini bisa jadi salah satu rekomendasi investasi jangka panjang yang bisa kamu lakukan. Untuk memulainya, kamu kini bisa memulainya di Ajaib!

Di Ajaib, kamu bisa membeli saham BUMN atau saham dari sektor dan industri lainnya dengan mudah, cepat, dan aman. Hanya dengan modal mulai Rp100 ribu, kamu bisa membuka rekening saham kapan dan di mana saja, tanpa perlu repot keluar rumah. Jadi, sudahkah kamu membeli saham di Ajaib?

Artikel Terkait