Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan kredit pada September 2022 tumbuh mencapai 11% (yoy).
“Pertumbuhan kredit pada September 2022 tercatat tinggi yaitu sebesar 11% year-on-year ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan seluruh sektor ekonomi,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pada Kamis (20/10).
Selain itu, BI juga mengungkapkan bahwa pemulihan intermediasi terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 19% pada September 2022.
Dari sisi penawaran, berlanjutnya perbaikan intermediasi perbankan ini didukung oleh standar penyaluran kredit yang tetap longgar. Hal ini seiring dengan membaiknya minat perbankan dalam penyaluran kredit, khususnya di sektor industri, pertanian, perdagangan, dan konstruksi.
“Dari sisi permintaan peningkatan intermediasi ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga yang terus berlanjut,” tambah Perry.
Selain itu, Perry menjelaskan bahwa kinerja korporasi tersebut tercermin dari perbaikan kemampuan tingkat penjualan, membayar, dan belanja modal. Terutama, di sektor perdagangan dan pertambangan.
Sementara untuk kinerja rumah tangga, hal tersebut dapat tercermin dari konsumsi dan investasi yang membaik sejalan dengan optimisme konsumen. Di mana pada segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 17,13% (yoy) pada September 2022, terutama didukung oleh segmen mikro.
Lebih lanjut, Perry menyebutkan, permodalan perbankan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal Agustus 2022 sebesar 25,12%.
Hal ini seiring dengan kuatnya permodalan dan risiko tetap terkendali yang tercermin dari Non Performing Loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah pada Agustus 2022 yang tercatat 2,88% (bruto) dan 0,79% (neto).
“Likuiditas perbankan pada September 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,77% year-on-year, meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Agustus 2022 sebesar 7,77%,” ungkapnya.
Perlambatan DPK, kata Perry, dikontribusikan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat, belanja modal korporasi, dan preferensi penempatan dana pada aset keuangan lain yang terindikasi dari nilai kepemilikan surat berharga negara (SBN).
“Hasil simulasi Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga. Namun, potensi dampak dari sejumlah faktor risiko, baik dari sisi kondisi makro ekonomi domestik maupun gejolak eksternal, tetap perlu diwaspadai,” pungkasnya.
Sumber: Kredit Tumbuh 11 persen pada September 2022, dengan perubahan seperlunya.