Milenial

Milenial, Pahami 7 Pelajaran Hidup Penting dari Orang China

Ajaib.co.id – Berbicara tentang China, berbicara tentang kulinernya, pemandangannya, sejarahnya, dan budayanya. Namun, satu dan lain hal yang terbaik dari China adalah orang China itu sendiri yang menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terbesar untuk dikunjungi di dunia.

Penduduk China dikenal ulet, gigih, dan pantang menyerah dalam hal pekerjaan. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka adalah pekerja keras dalam hal mencapai tujuan yang sudah ditentukan dari awal.  

Etos kerja budaya orang China didasarkan pada prinsip konfusianisme, yang menuntut rasa hormat kepada orang tua dan kesempurnaan dalam bekerja. Prinsip inilah yang membentuk masyarakat dan budaya mereka hingga sekarang. Banyak pelajaran hidup dari orang-orang dan budaya China yang bisa diterapkan sehari-hari.

Tim Ajaib merangkum 10 pelajaran hidup penting dari penduduk Negeri Tirai Bambu tersebut yang bisa generasi milenial pelajari untuk membuat kehidupan jadi lebih baik ke depannya.

China Memiliki Budaya Kelapa

Kelapa sepertinya metafora yang tepat untuk mewakili orang China. Mereka dianggap menganut budaya kelapa, sementara Amerika menganut budaya persik.

Apa artinya? Jika kamu memiliki teman yang berasal dari Amerika, kamu mungkin akan menyadari bahwa mereka mudah terbuka ke orang baru. Inilah yang disebut dengan budaya persik, seperti persik yang memiliki bagian lembut di luar dan bagian dalam yang keras, buah ini menggambarkan keterbukaan orang Amerika dengan orang baru.

Sementara, China menganut budaya kelapa. Mungkin kamu mengangap mereka adalah orang yang ‘dingin’, tetapi tidak bisa diartikan sebagai perilaku yang kasar. Budaya kelapa adalah budaya di mana orang-orang menampilkan penampilan luar yang formal dan persahabatan diperoleh dari waktu ke waktu.

Orang China mungkin menampilkan sisi luar yang terlihat keras, tapi mereka sama baik dan ramahnya dengan orang lain.

Keluarga Adalah Prioritas Utama

Dalam budaya barat, jika kamu bertemu dengan orang dewasa yang masih tinggal bersama orang tuanya, kamu mungkin akan membuat asumsi negatif tentang orang tersebut.

Sementara di China, ikatan keluarga jauh lebih penting dari apa pun. Anggota keluarga yang tinggal di satu rumah bukanlah cerminan dari kesuksesan mereka dan seringkali merupakan tempat tinggal yang dipilih untuk semua orang.

Penghormatan dan hubungan dekat dengan orang tua dan anak-anak adalah norma di China, begitu berlawanan dengan pendekatan yang lebih individual di budaya barat. Tidak heran jika kamu berada di lingkungan yang didominasi oleh orang China, mereka akan sangat menghargai keberadaanmu sebagai teman.

Kesehatan Adalah Motivasi Utama

Kunci untuk memahami seseorang adalah mengetahui mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Dalam konteks warga Tiongkok, beberapa perilaku yang paling membingungkan muncul sebagai akibat dari kepercayaan tradisional tentang kesehatan.

Kamu mungkin kesulitan memahami mengapa pemandu bahasa Mandarin mengenakan mantel tebal pada hari di mana kamu mengenakan jaket tipis, atau mungkin kamu bertanya-tanya mengapa tuan rumah di restoran lokal menawarkan air panas di tengah musim panas.

Beberapa hal ini dan masih banyak lagi perilaku yang kita anggap aneh ini merupakan kepercayaan pengobatan turun temurun tentang suhu panas dan dingin dalam tubuh.

Kebanyakan orang Tiongkok akan sering menggunakan baju lapis musim dingin lebih lama dari yang dianggap pantas oleh orang pada umumnya untuk menahan musim dingin. Demikian juga dengan air panas yang dianggap sebagai minuman yang sehat untuk diminum di musim panas.

Beda Filosofi, Beda Budaya

Di Tiongkok, sebagian besar budaya dibentuk oleh para penganut filsafat dan agama timur seperti Konfusianisme, Taoisme, dan Buddha. Dalam masing-masing kepercayaan tersebut, nilai-nilai yang mencakup harmoni, rejeki, dan komunitas.

Memahami nilai utama ini dapat membantu kamu memahami bagaimana nilai tersebut mempengaruhi cara hidup masyarakat Tiongkok modern.

Masyarakat China, bahkan di zaman modern, dipengaruhi oleh ide-ide ini. Di negara yang populasinya begitu besar, menjaga perdamaian dan keharmonisan selalu menjadi perhatian yang utama, itulah sebabnya orang China sering menghindari dari konflik langsung.

Bergaul dengan orang-orang seringkali dianggap lebih penting daripada meminta pendapat mereka sendiri didengar orang lain.

Persepsi Waktu

Ketepatan waktu sangat penting di Tiongkok dan bahkan dianggap sebagai norma. Penduduk Tiongkok selalu tepat waktu (atau jika perlu datang lebih awal), dan kebanyakan dari mereka akan mudah tersinggung dengan keterlambatan waktu.

Budaya yang sama juga diterapkan di Jepang. Aturan tentang waktu dan ketepatan waktu masih dipandang sebelah mata di India dan Indonesia. Tidak sedikit orang-orang yang masih memaklumi datang telat 10-15 menit dari waktu yang ditentukan. Namun, sikap seperti ini tidak akan pernah diterima di China.

Fokus pada Hasil Akhir

Orang-orang China memiliki beberapa peribahasa yang menunjukkan sikap mereka terhadap etos kerja keras. Etos kerja budaya Tionghoa menyebutkan bahwa kerja keras membuahkan hasil dan berkontribusi pada kehidupan yang bahagia.

Salah satu pepatah tersebut adalah shìshàng wú nánshì yang diartikan “tidak ada hal yang mustahil bagi mereka yang menginginkannya”.

Penduduk Tiongkok menggunakan tekad dan ketekunan untuk mencapai tujuan mereka, apapun itu. Sikap dan prinsip ini adalah alasan kuat untuk kehadiran perusahaan dan proyek ambisius CIna yang berkembang pesat di seluruh dunia.

Sukses Tidak Dibiarkan Begitu Saja

Kamu mungkin pernah mendengar peribahasa ‘kerja keras mengalahkan bakat”. Ini adalah peribahasa yang dibuktikan oleh penduduk asli Tiongkok. Sejak sekolah, mereka diajari bahwa apapun dapat dicapai melalui kerja keras dan ketekunan, bukan hanya bakat.

Bukti fakta bahwa Tiongkok menerapkan prinsip ini adalah mereka dianggap sebagai Negara Adidaya Ekonomi.

Di saat ekonomi global anjlok, China terus menunjukkan pertumbuhan yang mengejutkan. Perkembangan pesat mereka selama satu dekade terakhir bukan karena kemajuan teknologi mereka, tapi itu adalah puncak dari etos kerja budaya.

Artikel Terkait