Milenial

Milenial, Ini yang terjadi Jika Menggunakan Aplikasi Penambah Like

aplikasi penambah like Instagram memiliki konsekuensi

Ajaib.co.id – Siapa yang tidak menginginkan media sosialnya seperti Instagram, Facebook, atau Twitter mendapatkan banyak like? Semenjak media sosial menjadi salah satu medium yang digunakan untuk menghasilkan uang melalui jasa endorse, banyak pengguna media sosial di Indonesia, terlebih generasi milenial melakukan self-branding dengan menciptakan konten-konten yang variatif. Namun, melakukan self-branding saja tidak cukup, banyak pengguna media sosial, salah satunya Instagram menggunakan jalan pintas dengan memanfaatkan aplikasi penambah like.

Sesuai dengan namanya, aplikasi penambah like berfungsi untuk meningkatkan jumlah like di setiap konten yang diunduh ke media sosial. Cara kerjanya cukup sederhana, aplikasi tersebut melalui sistemnya akan memberikan like dari pengguna Instagram acak ke konten yang likenya ingin ditingkatkan. Saat ini, aplikasi penambah like sudah beragam, mulai dari yang gratis hingga yang berbayar, dari yang menawarkan like dari akun bot (robot) atau like dari akun asli. Kamu hanya perlu mengunduh aplikasi tersebut melalui App Store atau Play Store.

Namun, ada satu hal yang perlu kamu ingat: ada sebab tentu ada akibat. Mendapatkan banyak like di konten yang kita unggah di media sosial merupakan hal yang menyenangkan, entah itu konten untuk akun pribadi atau akun bisnis. Tetapi, ada konsekuensi yang akan kamu dapatkan jika pihak media sosial terkait mendapati akun kamu menggunakan aplikasi tersebut.

Mengingat media sosial seperti Instagram selalu memperbarui sistemnya, banyak aplikasi yang atau jasa penambah like yang terpaksa gulung tikar, tetapi konsekuensi paling parah adalah ke akun yang menggunakan aplikasi atau jasa tersebut. Ada banyak alasan kenapa kamu perlu mempertimbangkan menggunakan aplikasi untuk meningkatkan like, beberapa di antaranya bisa kamu temukan di bawah ini.

Tingkat Engagement Akan Terlihat Buruk

Secara umum, tingkat engagement atau engagement rate akan semakin turun seiring meningkatnya followers di suatu Instagram. Anggaplah kamu menemukan akun selebgram dengan lebih dari 1 juta pengikut tetapi hanya mendapatkan like kurang dari 10.000 per foto. Sudah dipastikan akun tersebut menggunakan aplikasi penambah like.

Di Instagram, akun dengan followers kurang dari 1.000 cenderung memiliki engagement rate rata-rata di angka 8%, sementara mereka yang memiliki akun dengan followers di kisaran 1.000 hingga 10.0000 memiliki engagement rate sekitar 4%. Untuk akun yang memiliki followers 10.000 hingga 100.000 engagement ratenya semakin kecil menjadi 2,4%. Begitupun dengan mega influencers yang followersnya mencapai jutaan, maka engagement rate-nya hanya sekitar 1,7%. Dari angka-angka ini kita bisa tahu siapa saja yang membeli like.

Sebaliknya, jika rasio likes ke followers terlalu tinggi, misalnya di angka 7%, sebuah akun berpotensi membeli like, mengingat untuk mendapatkan like di Instagram lebih murah dibandingkan membeli followers for Instagram. Jika sebuah akun memiliki like yang banyak tapi proporsinya tidak seimbang dengan komentar, bisa dipastikan akun tersebut membeli like.

Tidak Efektif

Mungkin mendapatkan like terbanyak akan memberikan euforia sesaat bagi kamu, tetapi cepat atau lambat, rasa kepuasan tersebut akan berubah menjadi penyesalan karena media sosial seperti Instagram biasanya melakukan pembersihan followers secara berkala.

Di awal waktu, mungkin pihak Instagram akan memberi peringatan pertama jika kedapatan menggunakan aplikasi penambah like. Namun, jika kamu apes, pihak Instagram akan segera langsung membersihkan akun-akun bot yang bertugas memberi like ke pengguna lain. Instagram mendorong penggunanya memanfaatkan media sosial mereka untuk berinteraksi dengan pengguna lainnya. Tidak mengherankan jika beberapa tahun terakhir, Instagram rutin melakukan pembersihan akun tidak jelas.

Mantan Community Evangelist Instagram Jessica Zollman mengatakan bahwa aplikasi yang satu ini berdedikasi untuk mengidentifikasi spam, akun bot, dan akun yang menggunakan jasa like, dan mereka bahkan tidak segan untuk menonaktifkan akun yang sesuai dengan kriteria. Bahkan, sejak 2014 Instagram sudah menghapus jutaan followers palsu dari banyak akun Instagram, misalnya pada akun Ariana Grande, Justin Bieber, dan Kim Kardashian yang mengalami penurunan followers yang signifikan.

Instagram akan terus menerus melakukan membersihkan followers palsu, spam, dan akun bot, sehingga pada akhirnya kamu yang akan merasakan kerugian karena harus membayar sejumlah uang untuk meningkatkan like. Selain tidak efektif, usaha pembersihan ini memaksa pengguna untuk taat oada terms & conditions jejaring sosial Instagram. Jika ketahuan melakukan hal tersebut, besar kemungkinan akun kamu akan ditangguhkan atau suspended.

Tidak Akan Mendapatkan Uang dari Like Palsu

Jika kamu generasi millennial yang mengelola brand atau seorang influencers, ketahuilah fakta bahwa followers palsu atau tidak akan membeli produk yang kamu promosikan. Like palsu dari aplikasi penambah like juga hanya untuk membuat akun bisnis seakan-akan besar. Jika dilihat gambaran besarnya, hal ini justru hanya akan menimbulkan kerugian di jangka panjang.

Hanya karena seorang influencers memiliki followers dan like yang banyak, bukan berarti brand akan bekerja sama dengan mereka. Ketika media sosial dan promosi melalui influencers berkembang, pihak brand memiliki tools untuk mengetahui apakah seorang influencers menggunakan aplikasi atau jasa penambah like atau tidak.

Metrik followers berpengaruh terhadap jumlah like sebuah akun, belum lagi angka engagement rate akan membuktikan jika seseorang menggunakan penambah like atau tidak. Tanpa followers asli, sepertinya sulit untuk menunjukkan angka engagement rate yang bagus ke pihak brand. Jadi, pertimbangakn ulang jika kamu benar-benar ingin menghasilkan uang melalui media sosial seperti Instagram.

Bagaimanapun banyak agensi influencers atau media sosial yang telah menjalankan tes dan membuktikan bahwa menggunakan bot, baik itu like atau followers tidak sama sekali meningkatkan penjualan di media sosial. Kesimpulannya jelas, lebih baik memiliki followers dan like yang nyata, fokus, dan aktif dibandingkan sekelompok followers dan like palsu yang tidak pernah berinteraksi sama sekali.

Artikel Terkait