Milenial

Menguak Identitas Jordan Belfort, Si Wolf of Wall Street

Siapa Jordan Belfort?
sumber gambar: broadsheet.ie

Ajaib.co.id – Tidak banyak figur yang dikenal oleh masyarakat dan memiliki pengaruh yang besar berasal dari dunia finansial. Beberapa di antaranya merupakan figur yang terkenal, seperti Peter Lynch dan Warren Buffett yang terkenal akan metode investasinya di pasar modal atau Michael Burry, seorang Hedge Fund Manager yang memprediksi anjloknya ekonomi global pada tahun 2008. Selain mereka, ada satu figur yang terkenal di dunia finansial karena keserakahannya bernama Jordan Belfort yang dijuluki The Wolf of Wall Street.

Ia begitu dikenal di kalangan komunitas Wall Street hingga memiliki film sendiri yang menjelaskan tentang sepak terjangnya sebagai broker saham berjudul The Wolf of Wall Street, dibintangi oleh Leonardo diCaprio. Pada tahun 1999, Jordan Ross Belfort akhirnya mengaku bersalah atas berbagai kejahatannya yang berkaitan dengan manipulasi pasar saham dan menjalankan penipuan jangka panjang melalui strategi trading saham gorengan. Namun, siapa dia sebenarnya?

Selama dihukum di penjara, Belfort menulis dua memoar, yang pertama, The Wolf of Wall Street yang pada 2013 dipopulerkan dalam film dan memoar kedua merupakan sebuah buku bertema Self-Help Way of the Wolf. Perilisan buku tersebut menuai kritik karena dianggap mengambil keuntungan dari menjual ceritanya mencuri uang dari nasabah, sementara korbannya hanya mengalami kerugian.

Setelah dihukum karena manipulasi investasi saham, Jordan Belfort kini menjadi seorang motivator yang selalu membawa topik utama perbedaan antara keserakahan, ambisi, dan hasrat di Wall Street. Berikut info lebih lanjut yang dilansir Redaksi Ajaib dari Investopedia.

Awal Kehidupan dan Karir

Belfort lahir tahun 1962 di Queens, New York, Amerika Serikat. Ia telah menunjukkan pemahamannya tentang dunia bisnis dan finansial sejak dini. Berdasarkan memoar The Wolf of Wall Street, Belfort bekerja dengan seorang teman untuk menjual makanan penutup es asal Italia menggunakan styrofoam murah, lalu dijual di pantai dekat rumahnya. Pada bulan musim panas antara masa SMA dan perkuliahan, Belfort dan rekannya memperoleh sekitar $20.000 atau setara dengan Rp296 juta.

Belfort kemudian melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan Biologi di American University dan berencana untuk mendaftar di sekolah kedokteran gigi, menggunakan uang yang ditabung dari usaha sebelumnya. Namun semuanya berubah ketika Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Maryland University memperingatkan para mahasiswanya bahwa kedokteran gigi bukan jalan menuju kesuksesan finansial, Jordan Belfort segera memutuskan untuk keluar.

Belfort kemudian menjadi sales door-to-door di Long Island dan membuahkan keuntungan. Dia mampu mengembangkan bisnis hingga memiliki tim yang terdiri dari beberapa pekerja yang mampu memindahkan lebih dari dua ton produk jualan (daging dan makanan laut) setiap minggu. Namun, di usia 25 tahun, bisnis tersebut gagal. Di tengah kegagalan tersebut, Belfort mulai tertarik menjadi stock broker, posisi yang ia ambil berkat bantuan temannya.

Pada akhir 1980an, di saat Belfort hampir di usia 30 tahun, ia mendirikan firma keuangan bernama Stratton Oakmont, sebuah firma broker saham untuk membantu nasabah melakukan investasi. Stratton Oakmont sukses menjadi salah satu broker saham di beberapa tahun ke depan dan bertanggung jawab terhadap lebih dari tiga lusin perusahaan yang go public atau Initial Public Offering (IPO).

Scam, Penipuan, dan Kejahatan Lainnya

Dalam posisinya sebagai pendiri Stratton Oakmont, Jordan Belfort akhirnya tergiur dan termakan keserakahannya dengan melakukan aktivitas ilegal yang nanti akan membuatnya dijebloskan ke penjara. Firma keuangan tersebut berpartisipasi dalam sejumlah penipuan, termasuk skema pom-pom atau dikenal sebagai strategi mengambil keuntungan dengan menaikkan harga saham gorengan.

Stratton Oakmont seperti ruang ketel, dengan tim yang menekan investor untuk menginvestasikan uangnya mereka ke dalam emiten saham yang sangat spekulatif sehingga memungkinkan pembelian saham gorenan tersebut. Pada puncaknya, perusahaan dikatakan telah mempekerjakan sekitar 1.000 broker saham yang mengawasi lebih dana investor sekitar $1 miliar.

Sepanjang sejarah Stratton Oakmont, the National Association of Securities Dealers (NASD) akhirnya memutuskan untuk melakukan tindakan pendisiplinan kepada perusahaan tersebut. Pada tahun 1996, perusahaan keuangan tersebut resmi ditutup. Di beberapa tahun selanjutnya, Jordan Belfort dan rekannya Danny Porush didakwa atas tindakan money laudering alias pencucian uang dan penipuan sekuritas.

Belfort mengaku bersalah atas penipuan skema pom-pom yang merugikan investor lebih dari $200 juta. Pria berusia 58 tahun tersebut dijatuhi hukuman empat tahun penjara dan akhirnya menjalani 22 bulan masa penjara.

Kehidupan Setelah Penjara

Setelah dibebaskan dari penjara dan sebagai bagian dari perjanjian restitusi, Jordan Belfort diharuskan membayar 50% dari pendapatannya ke mantan investor yang ditipu hingga tahun 2009. Jaksa Federal mengajukan pengaduan pada tahun 2013, menuduh Belfort tidak membayar sesuai dengan jumlah kesepakatan. Akhirnya, Belfort mencapai kesepakatan dengan otoritas Federal untuk menyelesaikan pembayaran tersebut.

Selain memoar dan film adaptasi hidupnya, Belfort kembali ke masyarakat menjadi figur yang berguna sebagai motivator. Tema pembicaraannya seputar pertanyaan tentang etika dan motivasi di dunia keuangan hingga demonstrasi praktis keterampilan penjualan dalam dunia bisnis. Belfort menekankan kesalahan yang dia buat selama menjadi broker saham, menunjukkan bahwa dia berada di bawah pengaruh narkoba dan menyesal telah merugikan para investor.

Pada tahun 2014, sejumlah media mengungkapkan hubungan antara Belfort dan perusahaan pelatihan karyawan Australia yang mungkin telah berpartisipasi dalam penipuan yang melibatkan pendanaan pemerintah. Pada awal 2019, isu tersebut mulai menguap karena tidak bukti yang cukup kuat dan saksi yang terlibat. Kini Belfort terus menjalankan bisnisnya sebagai motivator dan pembicara yang sukses berkat masa lalunya sebagai penipu.

Ada yang sudah pernah menonton film the Wall of Wall Street? Pesan moral yang bisa kita petik adalah menghindari investasi yang menjanjikan return terlalu dahsyat untuk mencegah terjadinya investasi yang tidak sehat. Jika kamu mau memulai investasi, baik investasi saham, investasi emas, peer to peer lending, atau berbagai jenis investasi lainnya, catat pesan moral ini ya. Sesuaikan investasi yang profil risikonya cocok untuk keuangan yang kamu miliki. Jika kamu sudah memiliki reksa dana dan ingin mulai berinvestasi saham, perhatikan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mencatat nilai gabungan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Atau lebih mudah dan jelas aman, buka rekening saham di Ajaib saja yang sudah tercatat dan diawasi OJK dan IDX.

Artikel Terkait