Perencanaan Keuangan

Mengenal Terapi Ritel, Hilangkan Stres dengan Berbelanja

terapi ritel

Ajaib.co.id – Terapi ritel disebut-sebut salah satu cara untuk mengatasi stres dengan berbelanja. Namun, terdapat garis pembatas antara terapi ritel dengan pembelanjaan impulsif yang mengacaukan perencanaan keuangan. Apa saja?

Pernah merasakan kesenangan yang tidak diungkapkan ketika melakukan aktivitas belanja? Meskipun seringkali singkat, perasaan tersebut memberikan kamu perasaan kesenangan yang nyata. Tenang saja itu bukan hal buruk. Besar kemungkinan kamu sedang mengalami sebuah terapi ritel.

Tidak sedikit orang-orang yang melakukan terapi ritel atau juga bisa disebut terapi belanja ketika mereka perlu menghibur dirinya sendiri. Entah mereka sedang mengalami patah hati karena putus cinta atau tekanan yang berat dari lingkungan kantor. Di lain waktu, terapi seperti ini justru digunakan untuk merayakan acara khusus, seperti promosi di tempat kerja atau pengumuman pertunangan.

Pada artikel berikut, akan mengeksplorasi bagaimana psikologi di balik berbelanja untuk kesenangan dan berbelanja hanya jika dibutuhkan. Kita akan sama-sama menggali & mempelajari bagaimana terapi ritel akan berguna dan dapat menjadi pelepasan, alih-alih berdampak negatif, seperti pemborosan dan pembelian impulsif.

Artikel ini juga akan memberikan panduan tentang membuat perencanaan keuangan yang membantu menyediakan dana khusus untuk terapi ritel, cara untuk melancarkan arus kas, serta membantu kamu keluar dari berbagai utang yang berpotensi timbul karena pengeluaran berlebihan akibat terapi ritel.

Psikologi Terapi Ritel

Terapi ritel ini diyakini terus naik seiring meningkatkan kemudahan untuk berbelanja online, tidak peduli siang atau malam, pekan kerja atau akhir pekan, terapi ritel menjadi metode yang cukup efektif untuk sedikit keluar beberapa saat dari tekanan yang dialami individu. Namun sayangnya, banyak individu yang menyembunyikan perilaku ini karena takut dianggap pribadi yang boros.

Data yang dikumpulkan Forbes mengindikasikan bahwa sebanyak 52% respon memutuskan berbelanja secara impulsif setidaknya sekali untuk menangani tekanan.

Melakukannya sekali tentu saja tidak akan menyebabkan hancurnya perencanaan keuangan atau target finansial kamu, kecuali jika kamu melakukan pembelian dengan nominal yang besar hingga melebihi batas wajar budget.

Apa yang terjadi pada otak ketika belanja menjadi kebiasaan? Bagaimana mengetahui garis pemisah antara memanjakan diri dan berbelanja yang berujung permasalahan untuk perencanaan keuangan?

Penyedia layanan kesehatan mental Psych Central pada 2017 membagikan podcast dengan pertanyaan yang mendalam, membandingkan sejumlah variasi terapi ritel, seperti membeli makanan yang membuat kamu nyaman.

“Kamu tidak tidak terlalu lapar, tetapi makanan ringan tersebut terlihat enak”, dibandingkan dengan “kamu tidak membutuhkan sepasang sepatu lagi, tapi bukankah sepatu tersebut tampak menawan?”

Para tamu di podcast tersebut mencari tahu alasan individu melakukan terapi ritel, dari yang tidak berbahaya sama sekali, sedang, hingga yang dapat mengganggu perencanaan keuangan. Misalnya, membeli setelan jas berkualitas untuk wawancara kerja.

Keputusan ini akan sangat tepat jika jas tersebut dapat membuat kamu merasa percaya diri ketika wawancara. Atau, membeli barang-barang koleksi yang yang memberikan kesenangan jangka panjang untuk kamu sendiri, meski sebenarnya kamu tidak terlalu membutuhkan.

Terapi ritel juga dapat berfungsi sebagai penghubung untuk melewati masa yang sulit. Dengan membeli barang baru untuk apartemen setelah perceraian menjadi contoh yang tepat dari ritel terapi.

Misalnya membeli peralatan dapur baru, karena mantan pasanganmu membawa semua peralatan dapur yang lama karena perceraian. Hal tersebut dapat memudahkan individu memulai lagi kehidupan barunya.

Dari Terapi Ritel Menjadi Pembelian Impulsif

Setidaknya ada dua metode untuk menemukan garis pemisah antara pengeluaran yang sehat dan pengeluaran yang impulsif: secara psikologis dan finansial.

Sejauh ini, ketika psikolog menjadi alasan di balik berbelanja, terapi ritel hanya akan menghadirkan kesenangan tanpa menimbulkan masalah dalam kehidupan individu. Ini adalah batasan antara terapi berbelanja yang asli dengan pembelian impulsif.

Namun, jika seseorang berbelanja sebagai aktivitas untuk meningkatkan mood untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang di kehidupan pribadi atau profesionalnya dan masalah tersebut tidak diatasi. Maka berbelanja mungkin akan menjadi pola disfungsional yang berpotensi menjadi lebih buruk.

Jika pola ini terus menerus terbentuk dan menjadi impulsif, hal ini akan menimbulkan dampak negatif dan besar kemungkinan individu mengalami Oniomania, seseorang dengan kecenderungan berbelanja impulsif akan benar-benar sulit mengendalikan dirinya untuk berhenti berbelanja.

Kondisi seperti ini sangat umum ditemukan meski tidak ada angka akurat yang menyebutkan karena setiap individu berjuang dengan masalahnya masing-masing dan enggan untuk menceritakan kecenderungan pembelanjaan impulsif mereka.

Dari sudut pandang finansial, definisi “pengeluaran berlebih” untuk individu akan berbeda sebab setiap orang memiliki pendapatan dan hutang yang berbeda.

Individu yang menyisihkan uangnya untuk membayar tagihan bulanan lalu berbelanja kemudian berbeda dengan individu yang berbelanja dahulu dengan menggunakan kartu kredit, meski hutang sebelumnya belum dibayar.

Untuk membantu menemukan garis pembatas antara terapi ritel dengan pembelanjaan impulsif, Psychology Today menemukan sejumlah perilaku pembelanjaan impulsif yang bisa diidentifikasi.

Di antaranya adalah tidak berani membuka laporan kartu kredit, menyembunyikan pembelian, berbohong tentang sesuatu yang sudah dibeli, bolos kerja karena belanja, dan merasa bersalah atas pembelian tersebut.

Mengatasi Tantangan Terapi Ritel

Agar tidak terperangkap pembelian impulsif, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola emosi dalam melakukan pembelanjaan di luar budget adalah mengenali pemicu emosional yang menyebabkan keinginan belanja.

Lacak pembelian yang dilakukan karena emosi, jika kamu tidak yakin dengan pembelian tersebut tunggu hingga 48 jam, tanya teman apakah pembelian tersebut penting,

Membuat Anggaran

Dari sudut pandang finansial, sangat penting untuk membuat anggaran khusus untuk model pembelanjaan seperti ini. Kamu perlu memasukkan jumlah pengeluaran paling maksimal dan harus menaatinya.

Aeperti mengumpulkan seluruh berkas finansial, mulai dari rekening bank hingga laporan kartu kredit, buat daftar pengeluaran rutin bulanan, buat daftar penghasilan setiap bulan, catat tabungan dan investasi yang kamu miliki, dan meninjau anggaran tersebut untuk disesuaikan dengan target yang bisa diterapkan.

Memiliki terapi ritel juga? Ceritakan pengalamanmu untuk menghindari pembelian impulsif.

Artikel Terkait