Saham

Macam-macam Aksi Korporasi dan Dampaknya Bagi Investor

Aksi Korporasi

Ajaib.co.id – Pernahkah kamu mendengar istilah rights issue, stock split, akuisisi atau merger? Beragam istilah yang sering muncul dalam berita-berita ekonomi itu termasuk ke dalam aksi korporasi (corporate actions).

Baik investor dan trader saham perlu mengetahui macam-macam aksi korporasi tersebut, karena dapat berdampak besar terhadap pergerakan harga suatu saham di bursa. Jadi, mari pelajari apa itu aksi korporasi.

Apa itu Aksi Korporasi?

Aksi korporasi adalah aktivitas apa pun yang mengakibatkan perubahan materiil terhadap sebuah perusahaan dan berdampak pada kepentingan para stakeholder perusahaan tersebut, termasuk pemilik saham dan kreditur. Aksi korporasi biasanya membutuhkan persetujuan dari dewan direksi perusahaan. Kadang-kadang, pengambilan keputusan membutuhkan respons dari pemilik saham.

Ketika sebuah perusahaan publik melakukan aksi korporasi, itu artinya perusahaan memulai sebuah proses yang akan mempengaruhi nilai semua sekuritas yang sedang diterbitkannya. Aksi korporasi bisa berkaitan dengan masalah keuangan, seperti pailit dan likuidasi aset. Tapi aksi korporasi juga bisa jadi berupa tindakan non-finansial seperti perubahan nama perusahaan atau kode saham-nya di bursa. Selain itu, beberapa contoh aksi korporasi yang populer antara lain merger, pembagian dividen, dan stock split.

Aksi korporasi dapat bersifat wajib atau sukarela. Aksi korporasi wajib akan langsung diberlakukan secara otomatis, contohnya stock split, akuisisi, dan perubahan nama perusahaan. Sedangkan aksi korporasi sukarela akan membutuhkan respons tertentu dari investor agar dapat berlaku, contohnya seperti rights issue.

5 Aksi Korporasi yang Wajib Diketahui Investor

  1. Pembagian Dividen Tunai

Dividen tunai adalah bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham secara proporsional dengan porsi kepemilikan masing-masing. Biasanya, dividen tunai dibagikan satu kali dalam setahun. Namun, perusahaan juga dapat memutuskan untuk tidak membagikan dividen apabila laba ingin dioptimalkan untuk ekspansi bisnis. Pembagian dividen harus disetujui oleh dewan direksi dan biasanya dikomunikasikan terlebih dahulu dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Pembagian dividen tunai bisa jadi merupakan aksi korporasi paling populer, karena akan mempengaruhi harga saham dan keuntungan investor secara langsung. Investor pasti akan memantau jadwal pembagian dividen emiten BEI setiap tahun. Beberapa hal yang perlu dicermati adalah cum date, ex date, tanggal recording, tanggal pembayaran, dan dividen per share.

Umpama pembagian dividen untuk saham BBCA ditentukan dengan cum date 20 April 2020, ex date 21 April 2020, tanggal recording 22 April 2020, tanggal pembayaran 11 Mei 2020, dan dividen per share Rp455. Berdasarkan pengumuman ini, investor yang tercatat memiliki saham BBCA per tanggal 20 April 2020 akan menerima pembagian dividen sebesar Rp455 per lembar. Seandainya kamu punya 50 lot saham BBCA, maka kamu akan memperoleh dividen sebanyak (50x100x455), yaitu Rp2.275.000.

Apabila pembagian dividen cukup besar dan melampaui tahun sebelumnya, maka harga saham akan cenderung meningkat menjelang cum date. Investor yang membeli mulai ex date sudah tidak akan dihitung sebagai penerima jatah dividen lagi untuk periode ini, sehingga harga saham seringkali jatuh setelah tanggal tersebut.

2. Stock Split (SS)

Stock split adalah aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham dengan tujuan agar harga nominalnya menjadi lebih terjangkau bagi investor kebanyakan. Stock split akan meningkatkan jumlah saham beredar yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan, tetapi tidak akan mempengaruhi proporsi kepemilikan saham investor.

Contohnya: Pada bulan Desember 2019, UNVR mengumumkan akan melaksanakan stock split dengan rasio 1:5 (1 lembar saham menjadi 5 lembar saham). Jumlah saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia setelah stock split meningkat dari 7,63 miliar menjadi 38,15 miliar saham. Berdasarkan aksi korporasi tersebut, maka mulai Kamis, 2 Januari 2020, nilai nominal saham UNVR setelah stock split berkurang dari Rp10 menjadi Rp2 per lembar saham.

Apakah stock split berdampak positif atau negatif untuk investor? Umpama kamu telah memiliki 1000 lembar saham UNVR dengan total nilai nominal Rp10x1000 lembar = Rp10.000 sebelumnya, maka kamu akan memiliki Rp2x5000 lembar = Rp10.000 pasca-stock split. Tidak ada perubahan sama sekali dalam kepemilikan saham kamu. Tapi stock split biasanya membangkitkan sentimen positif, sehingga harga saham di pasar reguler berpotensi meningkat.

3. Reverse Stock Split (RSS)

Reverse stock split merupakan kebalikan dari stock split. Dalam aksi korporasi ini, harga nominal saham digabungkan hingga menghasilkan harga yang lebih mahal. Reverse stock split akan mengurangi jumlah saham beredar yang diterbitkan oleh suatu emiten, tetapi tidak mempengaruhi proporsi kepemilikan saham investor.

Reverse stock split lebih jarang dilakukan dibanding stock split dan cenderung tidak disukai oleh investor. Sekitar tahun 2018, sebuah perusahaan dari grup Bakrie mengungkapkan niat untuk melakukan RSS, tetapi mendapati penolakan keras dari para investor-nya. Mengapa demikian? Karena reverse stock split menumbuhkan sentimen negatif. Berdasarkan beberapa aksi korporasi serupa yang dilakukan oleh grup tersebut sebelumnya, harga saham langsung jatuh menyusul eksekusi RSS.

4. Merger dan Akuisisi (M&A)

Banyak orang mengira merger dan akuisisi termasuk rangkaian tindakan yang sama, padahal keduanya memiliki makna berbeda. Konsekuensi bagi investor pun berbeda.

Merger adalah peleburan dua perusahaan atau lebih untuk menjadi suatu perusahaan baru. Perusahaan yang lama tidak akan berdiri lagi. Pemilik saham masing-masing perusahaan lama akan mempertahankan proporsi kepemilikannya dengan dicatat sebagai pemilik saham di perusahaan yang baru berdasarkan proporsi yang disepakati saat merger. Beberapa contohnya: Bank Mandiri (hasil merger Bapindo, BDN, BBD, dan bank Exim) serta Bank CIMB Niaga (hasil merger bank Lippo dan CIMB Niaga).

Sedangkan akuisisi melibatkan situasi di mana sebuah perusahaan mengambil alih kendali perusahaan lain (perusahaan target). Dalam sebuah akusisi, saham perusahaan target akan diperdagangkan seperti biasa. Hanya saja, kepemilikan mayoritas saham dan kendali manajemen telah dikuasai oleh perusahaan lain. Beberapa contohnya: akuisisi Bank Agroniaga (AGRO) oleh Bank BRI (BBRI) serta akuisisi HM Sampoerna (HMSP) oleh Phillip Morris Ltd.

5. Rights Issue

Dalam rights issue, sebuah perusahaan akan menambah jumlah saham beredar dengan memberikan hak kepada pemilik saham lama untuk membeli saham baru terlebih dahulu sebelum ditawarkan kepada publik. Dalam bahasa Indonesia, rights issue juga dikenal sebagai hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Mengapa perusahaan melaksanakan rights issue? Tujuan utamanya untuk menghimpun dana tambahan. Dalam keterbukaan informasi, perusahaan akan memaparkan rencana penggunaan dana yang terhimpun lebih lanjut. Sebuah rights issue akan berdampak positif jika perusahaan bermaksud menggunakan dana untuk ekspansi usaha prospektif, seperti mendirikan pabrik baru. Namun, rights issue biasanya berdampak negatif bagi investor jika perusahaan bermaksud menggunakan seluruh dana untuk membayar utang saja.

Sepintas, rights issue mirip dengan stock split. Namun, rights issue dapat mengakibatkan penurunan proporsi kepemilikan saham investor (dilusi). Rights issue juga membutuhkan respons dari investor. Berikut ini gambarannya.

Salah satu rights issue terakhir dilakukan oleh bank Artos (ARTO). Bank Artos menerbitkan 9,65 miliar saham baru dengan harga Rp 139 per lembar saham dengan masa penawaran 2-8 April 2020. Setiap pemilik 1 unit saham lama memperoleh hak untuk membeli 8 unit saham baru dalam masa penawaran tersebut.

Karena dinamakan hak, maka pemilik saham lama dapat memutuskan untuk membeli saham baru ataupun tidak. Apabila investor memutuskan untuk membeli saham baru, maka ia akan mampu mempertahankan proporsi kepemilikan sahamnya. Apabila investor memutuskan untuk tidak membeli saham baru, maka proporsi kepemilikannya akan berkurang (terdilusi) karena jumlah saham beredar makin banyak. Ada kemungkinan harga saham jatuh maupun melonjak setelah rights issue, sehingga investor perlu mempertimbangkannya dengan baik-baik.

Aksi korporasi dapat berdampak positif maupun negatif bagi investor. Oleh karenanya, investor perlu memperhatikan berita terkait aksi korporasi yang berhubungan dengan saham-saham dalam portofolio dan watchlist masing-masing.

Semua perusahaan terbuka yang telah go public diwajibkan untuk mengumumkan aksi korporasi berdasarkan aturan keterbukaan informasi yang berlaku di Bursa Efek Indonesia (BEI). Info mengenai aksi-aksi korporasi dapat ditemukan pada situs web BEI maupun platform trading saham.

Tak punya waktu untuk mengumpulkan informasi tentang aksi korporasi maupun mencermati fundamental saham? Tak usah khawatir. Ada opsi investasi lebih sederhana, yaitu berinvestasi pada reksa dana saham via aplikasi Ajaib. Reksa dana saham merupakan portofolio yang dikelola oleh manajer investasi berpengalaman. Pilih reksa dana unggulan, percayakan analisis pasar dan pengelolaan investasi kepada manajer investasi andalan.

Artikel Terkait