Berita

Kinerja Obligasi Membaik, Pasar SUN Tetap Ramai

Ilustrasi artikel Ajaib: tulisan "mutual funds" dan grafik pada kertas kotak.

Ajaib.co.id – Merujuk pada data Infovesta Utama, Senin (29/6), reksa dana berbasis saham mencatatkan kinerja negatif dalam sepekan terakhir. Akan tetapi kinerja reksa dana pendapatan tetap (fixed income) berhasil meraih kinerja positif dengan pertumbuhan 0,35% sepekan hingga Jumat (26/6/20).

Hal ini tidak lepas dari positifnya kinerja obligasi pemerintah dan kinerja obligasi korporasi yang berhasil tumbuh 0,29% dan 0,08% pada periode tersebut.

Selain reksa dana berjenis fixed income, reksa dana jenis pasar uang (money market) juga masih konsisten naik dalam sepekan terakhir dengan pertumbuhan tipis 0,09%.

Asing Masuk Rp 3,4 Triliun, Obligasi RI Terapresiasi

Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Jumat (26/6/2020) terpantau menguat karena investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 3,4 triliun, selama periode 22-25 Juni 2020.

Kendati demikian, menurut laporan data dari Bank Indonesia (BI) arus modal asing keluar mencapai Rp 100 triliun. Sepanjang  tahun berjalan 2020 (year-to-date/YtD), non-residen atau asing di pasar keuangan domestik membukukan jual neto Rp 141,72 triliun.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun, sementara FR0082 bertenor 10 tahun justru melemah.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2,10 basis poin (bps) menjadi 6,62%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) yang juga menguat. Indeks tersebut naik 0,07 poin atau 0,03% menjadi 278,66 dari posisi kemarin 278,59.

Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Jumat ini (26/6/2020), Rupiah melemah 0,35% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.150/US$ di pasar spot.

Penguatan harga SUN senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, kendati bervariatif. Meskipun SBN tenor 10 tahun melemah dan menjadi yang terburuk ketiga.

Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield, kendati bervariatif.  Surat utang negara yang paling menguat yaitu Afrika Selatan, yang mengalami penurunan tingkat yield sebesar 22,50 basis poin (bps). Sementara yang paling melemah yaitu surat utang negara Singapura dengan kenaikan tingkat yield 3,00 bps.

Hal tersebut mencerminkan investor global mulai masuk aset pendapatan tetap (fixed income) yang rendah risiko di tengah kemungkinan resesi akibat pandemi virus corona.

Penawaran lelang SUN pada pekan depan diprediksi tetap tinggi

Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR) pada bulan Juni 2020 sebesar 25 basis poin ke 4,25% menjadi sentimen kuat untuk menggaet minat investor dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) pekan depan. Diperkirakan, penawaran lelang SUN pekan depan masih akan berada di atas Rp 75 triliun

Sekedar mengingatkan, pemerintah berencana melakukan lelang SUN pada Selasa (30/6). Sebanyak tujuh seri SUN ditawarkan mulai, dengan target indikatif Rp 20 triliun dan target maksimal masih di Rp 40 triliun.

“Dengan BI7DRR yang dipangkas, justru memberi potensi investor masuk lebih besar. Investor cenderung akan mencari instrumen kuat dan salah satunya Surat Berharga Negara (SBN), sehingga penawaran lelang ke depan masih akan besar,” kata Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto kepada Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Berkaca dari kondisi tersebut, Ramdhan memperkirakan, serapan pemerintah pada lelang SUN Selasa (30/6) akan berkisar Rp 20 triliun hingga Rp 22 triliun. Sedangkan untuk total penawaran SUN yang masuk masih akan di atas Rp 75 triliun.

Pada lelang SUN Selasa (16/6) lalu, total penawaran yang masuk mencapai Rp 84,82 triliun dengan serapan pemerintah Rp 20,5 triliun.

“Untuk tren yield diperkirakan akan bergerak stabil pekan depan, dimana tenor 10 tahun diperkirakan berada di kisaran 7%-7,2%, sedangkan yield tenor 5 tahun berada di kisaran 6,6% hingga 6,7%,” ungkapnya.

Ramdhan mengatakan, peran investor domestik pada lelang SBN dalam beberapa waktu terakhir cukup besar. Terlebih saat asing banyak yang keluar dan sempat menekan yield ke kisaran 8,3% untuk tenor 10 tahun.

Melihat fakta kinerja obligasi ini, ke depan, dia meyakini, pasar obligasi Indonesia masih jadi pilihan menarik bagi asing dan saat ini mereka sudah mulai masuk bertahap.

Artikel Terkait