Ajaib.co.id – Kalau kamu termasuk penikmati rutin acara musik Djakarta Warehouse Project (DWP) atau We The Fest maka berarti kamu adalah pelanggan dari Ismaya Group. Ya, nama perusahaan ini memang melambung berkat dua gelaran konser musik paling hits bagi anak muda sekarang ini. Namun tahukah kamu bahwa bisnis utamanya sebenarnya ada di bidang kuliner?
Ismaya Group bukan pelaku bisnis baru di industri hospitality dan entertainment meskipun usianya belum pula mencapai 20 tahun. Namun dalam kurun waktu kurang lebih 18 tahun, perusahaan ini sudah berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu penyelenggara acara musik dan bisnis kuliner terdepan.
Sejumlah acara yang digelarnya termausk pula Jakarta Culinary Feastival selalu ditunggu-tunggu. Begitu pula dengan DWP dan We The Fest yang selalu berhasil mendatangkan para bintang yang sedang digandrungi anak muda. Djakarta Warehouse Project dan We the Fest digandrungi oleh penggemar musik dari dalam maupun luar negeri. Bahkan mereka tak segan mengundang musisi internasional, seperti Zedd, Martin Garrix, dan Calvin Harris.
Selain itu, banyak pula restoran dan bar di bawah naungan Ismaya yang sudah menjadi tempat nongkrong paling hits di Jakarta. Grup korporasi ini memiliki cafe dan restoran yang tersohor di ibu kota. Bagi penikmat kuliner, Ismaya Group bukan nama asing bagi mereka. Pasalnya, Ismaya ini memiliki cafe dan restoran yang mampu menawarkan atmosfer urban nan menarik.
Sebut saja Djournal Coffee yang tak sekadar menjual kopi, juga desain cafe urban dan sentuhan kayu yang memberikan nuansa hangat. Tak heran Djournal dan saudaranya, seperti Sushigroove, The People’s Cafe, maupun Social House tak pernah sepi pengunjung.
Sejumlah restoran lain yang tergabung dalam Ismaya Group adalah Blowfish, Social House, Pasta de Waraku, Pizza e Birra, Dragonfly, Puro, dan Mr. Curry. Semuanya memiliki ciri khas sesuai dengan visi dan misi perusahaan ini. Pelanggan tidak hanya datang untuk makan tapi juga merasakan pengalaman lain . Caranya melalui hiburan, konsep desain interior restoran, atau konsep penyajian restoran yang tidak bisa ditemui di tempat lain.
Ismaya Group merupakan perusahaan di bidang hospitality yang berdiri sejak 2002 di Jakarta. Perusahaan didirikan oleh Christian Rijanto, Bram Hendrata, dan Brian Sutanto. Satu per satu produk telah meraih sukses.
Ragam Kerajaan Bisnis Ismaya Group, dari Restoran ke Acara Musik Paling Hits Masa Kini
Pandemi Corona memukul sektor bisnis secara menyeluruh. Termasuk pula industri kuliner dan gaya hidup. Bayak usaha terpaksa tutup sementara dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang membatasi diri untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.
Termasuk pula Ismaya Group yang terpaksa menutup berbagai usahanya demi alasan kesehatan dan keselamatan pelanggan dan karyawannya pada 24 Maret 2020 lalu. Bukan hanya satu namun semua F&B store-nya tutup sementara.
Beberapa bisnis milik Ismaya di antaranya Djournal House, Kitchenette, Social House, Mr.Fox, dan The People’s Cafe. Ismaya Group juga punya ISMAYA Live, sebuah event organizer yang menghelat acara musik dan kuliner. Beberapa event mereka adalah Djakarta Warehouse Project dan Jakarta Culinary Feastival.
Sejumla event ini juga tertunda sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Namun sejak penerapan New Normal, Ismaya juga berangsur-angsur mulai membuka sejumlah restorannya. Bukan hanya sekedar menyediakan layanan take away namun pelanggan juga mulai bisa dine in di restorannya.
Hanya saja, Ismaya tetap menerapkan protokol untuk memastikan keamanan dan keselamatan baik pengunjung maupun karyawannya. Tentu saja kabar ini disambut baik oleh sejumlah konsumen loyalnya. Hal ini jadi kabar baik di tengah kepenatan akibat Corona.
Sembari cek mana saja restoran dan F&B yang sudah bukan, yuk kenali lebih jauh soal perusahaan yang digawangi oleh anak muda ini.
Awal Ide Bisnis
Christian Rijanto, pendiri perusahaan, adalah penghobi kuliner. Ketika tinggal di Amerika Serikat (AS), ia gemar berwisata kuliner di negara Paman Sam tersebut. Menurutnya, di sana ia menikmati menu sambil nongkrong dan merasakan pengalaman lain yang ditawarkan oleh pihak restoran atau cafe. Seperti desain interior, hiburan, serta konsep penyajian menu yang unik.
Kenangan.com (01/02/2019) menulis ketika Christian kembali ke Tanah Air, ia tak menemukan tempat tersebut. Baginya tempat makan yang kerap ia sambangi di AS mampu menarik banyak pengunjung. Lalu ia punya ide untuk membuka restoran impiannya.
Dalam merintis bisnis Ismaya, ia mengajak Bram Hendrata dan Brian Sutanto yang pernah bekerja di sektor keuangan dan investasi. Agar tak salah langkah, ketiganya kompak untuk meriset bisnis hospitality di Jakarta pada awal 2000-an. Bahkan Bram belajar bisnis restoran di AS kepada temannya.
Meski demikian Christian dkk. mengakui bahwa menjalankan bisnis hospitality tidak gampang. Mereka juga menghadapi kesulitan. Mereka juga tak segan terjun langsung di restoran. Mulai dari mencuci piring hingga membereskan meja makan. Tetapi dari kesulitan tersebut mereka banyak belajar bagaimana menyelesaikan masalah dalam berbisnis.
Satu per Satu Produk Lahir
Dengan misi Creating the Good Life, Ismaya merilis satu per satu produknya. Dimulai dari Blowfish pada 2003 di City Plaza, Wisma Mulia, Jakarta. Kini Blowfish menjadi salah satu nightclub terbaik di ibukota. Dengan desain Neo Gothic, Blowfish memiliki Puro Lounge yang lebih cozy untuk bersantai, makan sambil mendengarkan live music.
Setahun berikutnya, perusahaan mengoperasikan Dragonfly di Graha BIP. Produk kedua sama seperti Blowfish. Klub hiburan bagi masyarakat urban yang ingin menikmati musik dengan tata cahaya luar biasa serta teknologi suara terkini.
Pada 2005, Christian dkk. menjajal peruntungan untuk menjangkau pasar lebih luas lagi. Ismaya merilis Sushigroove di Jakarta, setahun kemudian disusul di Bandung. Setelah itu, bisnis perusahaan kian moncer. Sebut saja Tokyo Belly, SKYE, Kitchenette, Pizza E Birra, Publik Markette, dan yang terbaru adalah Manarai Beach House di Nusa Dua, Bali.
Perusahaan Melebarkan Sayap
Tak hanya di Indonesia. Ismaya melebarkan sayapnya ke luar negeri. Di antaranya di Shanghai dengan Sushigroove pada 20018, GIA dan Social House di Burj Khalifa, Dubai, pada 2018 dan 2009.
Seiring bisnis yang kian bersinar, Ismaya Group mendirikan lini bisnis baru di ranah event organizer, Ismaya Live pada 2008. Event pertama mereka adalah Djakarta Warehouse Project atau biasa disebut DWP digelar di Pantai Carnaval Ancol pada 2009. Festival musik internasional ini merupakan kelanjutan dari acara musik tahunan bertajuk Blowfish Warehouse Project.
Dalam perjalanannya, DWP menjadi festival musik Electronic Dance Music (EDM) terbesar di Indonesia. Pada 2017, DWP dikunjungi oleh penonton dari luar negeri sebesar 35 persen dari total penonton. Bahkan festival ini diperkirakan mendatangkan devisa negara Rp350 miliar lebih. Selain DWP, Ismaya juga memiliki We The Fest (musik) dan Jakarta Culinary Festival (kuliner).
Kiat Sukses Membangun Bisnis
Kamu pun bisa mengikuti jejak Christian, Bram, dan Brian. Apapun bisnis yang digeluti, kamu bisa meniru cara mereka. Pertama, membekali diri dengan ilmu. Christian dkk. memang tak memiliki latar belakang bisnis hospitality. Namun mereka membekali diri dengan mempelajari ilmu bidang hospitality.
Jika kamu ingin membuka kedai kopi, belajarlah tentang bisnis food and beverages serta seluk beluk bisnis kopi dari hulu hingga hilir. Jangan lupa pula belajar mengenai manajemen dan marketingnya.
Kedua, survei. Sebelum memulai berbisnis, survei di kota atau lingkungan sekitar, di sana sudah ada bisnis apa saja. Bagaimana kedai lama bisa bertahan atau kedai yang seumur jagung sudah gulung tikar.
Menurut Poppy Imlati dari Ismaya, Kompas.com (04/10/2017), perusahaan memiliki divisi penelitian dan pengembangan (litbang) yang terampil. Sehingga data dari litbang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis dan membuat brand semakin kuat di pasaran.
Ketiga, konsep. Sebuah bisnis harus memiliki konsep. Tujuannya untuk menonjolkan brand sekaligus membedakan dengan brand lain. Contoh Ismaya, setiap cafe atau restoran, Ismaya memiliki konsep berbeda. Sushigroove tak sama dengan Tokyo Belly atau Djournal Coffee. Bahkan konsep ketiganya tak seperti brand pesaing. Karena perusahaan memberikan pengalaman lain di dalam menikmati sebuah sajian.
Begitu juga saat kamu membuat sebuah kedai atau rumah makan. Selain memperhatikan makanan dan minuman, perhatikan pula konsepnya. Seperti Kulo, kedai kopi grab-and-go; Eatlah, restoran minimalis yang menyajikan rice box; atau Kong Djie, kedai legendaris Belitung menawarkan kopi yang dimasak dengan cara manual.
Saatnya, kamu merealisasikan ide bisnismu. Tak perlu terburu-buru. Jalankan bisnis sesuai kemampuanmu dengan fokus. Jika keuntungan sudah ada di tangan, kelola dengan baik untuk biaya produksi dan investasi. Tak ada manfaatnya punya penghasilan yang banyak tanpa bijak berinvestasi.
Pilihan dan informasi tentang investasi bisa dicek di Ajaib untuk pengalaman dan keuntungan terbaik. Ajaib merupakan satu-satunya tekfin yang menyediakan instrumen investasi reksa dana dan saham sekaligus dalam satu aplikasi. Yuk buruan download aplikasi Ajaib.