Investasi

Iri hati Berisiko Mendorong Investor Salah Memilih Investasi

salah memilih investasi

Ajaib.co.id – Iri hati terhadap kesuksesan investasi orang lain cenderung mengaburkan kejelian akan analisis fundamental dan berujung salah memilih investasi. Jika tidak mau salah memilih investasi, ada baiknya simak ulasan redaksi Ajaib berikut ini.

Tiap individu normal pasti memiliki emosi, termasuk seorang investor. Sementara kita seringkali iri hati melihat pencapaian finansial yang dihasilkan “kejelian” dan “ketegaran” seorang investor sukses, banyak penelitian ilmiah yang justru mengungkapkan bahwa: semua investor selalu mengalami siklus naik-turunnya emosi gara-gara fluktuasi nilai investasi!

Tidak Perlu Iri Hati pada Kebahagiaan Investor

Secara keseluruhan siklus emosional itu akan melibatkan 14 jenis emosi, yang terbagi dalam 4 fase yaitu:

1. Fase Awal: Pengembangan Emosi

  • Optimism (optimisme)
  • Excitement (kegembiraan)
  • Thrill (sensasi)
  • Euphoria  > titik maksimal. risiko finansial dan salah pilih investasi

2. Fase Awal: Penurunan Nilai Investasi

  • Anxiety (kegelisahan)
  • Denial (penolakan)
  • Fear (takut)
  • Desperation (putus asa)

3. Fase Lanjutan: Penurunan Nilai Investasi

  • Panic (panik)
  • Capitulation (kapitulasi, menyerah, pasrah)
  • Despondency (kesedihan)
  • Depression (depresi) > titik maksimal potensi finansial

4. Fase Kebangkitan: Kembali Kinerja Investasi

  • Hope (harapan)
  • Relief (kelegaan)
  • kembali lagi ke Optimism (optimisme)

Iri Hati Merupakan Emosi yang Sering Luput Dari Pengawasan

Dari segi etimologi atau asal bahasa, emosi diambil dari bahasa Latin yaitu ‘movere‘ yang artinya “menggerakkan atau bergerak”.

Mulai dari pandangan tentang enam emosi dasar yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Dr Paul Ekman, yang kemudian mendapat tantangan dari penelitian terbaru Current Biology oleh tim ilmuwan University of Glasgow, Skotlandia yang menyatakan hanya ada 4 macam emosi dasar pada manusia, studi psikologi modern telah mengungkapkan 10 jenis emosi utama manusia yang luput dari penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya. Dan di antara ke-10 jenis emosi itu, dengki/iri hati dianggap yang paling berpotensi mengaburkan kejelian investor dalam memilih produk investasi.

Iri Hati Mengaburkan Kejelian

Dengki/iri hati adalah jenis emosi yang dirasakan seorang investor saat melihat kesuksesan investasi investor lain sehingga mendorong dirinya untuk tergesa-gesa mengikuti/mencontohnya, tanpa menganalisa lebih jauh tentang kesesuaiannya. Strategi berinvestasi tiap investor adalah bersifat unik terhadap dirinya sendiri, karena Manajer Investasi selalu mempertimbangkan kesesuaian karakter pilihan produk investasi yang mencakup aspek risiko dan potensi investasi – dengan karakter investornya.

Iri Hati Mendorong Salah Memilih Investasi

Dalam metode tradisional, pemilihan produk investasi didasarkan pada pertimbangan nilai keuangan ekspektasian – yaitu investor menganalisa berbagai alternatif produk investasi, lalu memilih yang memiliki positive nett present value (nilai bersih terkini positif) yang terbesar. Padahal, penggunaan positive nett present value sebagai dasar penentuan pilihan sudah memiliki celah kelemahan, karena tidak mempertimbangkan faktor-faktor non-finansial yang berpotensi muncul di dalam proses penilaian alternatif produk investasi yang tersedia, yang salah satunya adalah emosi sang investor sendiri.

Iri hati pada pencapaian investor lain – bisa mendorong seorang investor untuk melakukan kesalahan dalam membuat keputusan investasi, yang akhirnya menghambat kemampuannya dalam meraih kesuksesan berinvestasi. Bahkan, mengandalkan emosi untuk berinvestasi merupakan salah satu cara yang paling ampuh untuk menghabiskan modal dalam berinvestasi! Sedangkan investor yang “dingin” dan disiplin dalam menjalankan aturan investasi mereka akan mampu mengatasi jebakan emosi-emosi tersebut, dan tetap fokus pada strategi investasinya sendiri.

Bukti Studi Ilmiah Tentang Risiko Iri Hati

Dalam temuan Kida et al. (2001), emosi dinyatakan sebagai campuran reaksi afektif yang kompleks terhadap suatu target tertentu, yang sering muncul dan menjadi pertimbangan para investor dalam proses pemilihan alternatif investasi. Emosi itu muncul dalam bentuk negatif seperti: kecewa, marah, frustasi atau dengki (iri hati), yang ditimbulkan dari hubungan interpersonal antara penilai dan pihak yang dinilai. Emosi negatif ini kemudian akan membuat para investor cenderung menghindari alternatif produk investasi yang memicu timbulnya emosi negatif, meskipun alternatif investasi tersebut berpotensi memberikan keuntungan finansial yang lebih besar.

Studi eksperimen Hezberg et al. (1957), Staw (1991), Rafaeli dan Sutton (1987), dan Moreno et al. (2002) juga memperkuat temuan Kida et al (2001), bahwa emosi akan mempengaruhi keputusan investasi modal pada suatu organisasi.

10 Jenis Emosi Utama Manusia

Setidaknya, manusia memiliki 10 jenis emosi utama. Apa saja itu?

1. Cinta

Ini adalah salah satu emosi yang paling penting dalam kehidupan manusia karena akan membuatnya bahagia, aman, dan nyaman.

2. Benci

Emosi ini lahir dari ketidaksukaan kepada hal – hal yang tidak membuat bahagia, atau senang.

3. Takut

Emosi timbul ketika merasa terancam atau berada pada suatu situasi yang gawat secara mental dan fisik.

4. Marah

Emosi ini timbul ketika harapan tidak terpenuhi, atau merasa diperlakukan tidak adil.

5. Malu

Perasaan ini akan timbul ketika seseorang merasa telah melakukan suatu perbuatan yang tercela atau mempertaruhkan harga dirinya.

6. Iri Hati/Dengki

Rasa dengki adalah emosi yang dimiliki oleh banyak orang, hanya kadarnya berbeda – beda. Dengki muncul apabila merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, rasa mencintai apa yang menjadi milik orang lain dan mengharapkan bahwa hal itu akan menjadi miliknya juga. Dengki juga bisa timbul karena tidak suka melihat kesuksesan orang lain dan berharap dirinya lah yang menjadi nomor satu.

7. Cemburu

Ketika seseorang merasa cintanya tersaingi, timbul semangat untuk bersaing memperlihatkan yang terbaik kepada objek cintanya.

8. Gembira

Ini adalah emosi yang dirasakan saat seseorang merasa bahagia, dan itu berarti ada suatu hal yang menyenangkan hatinya.

9. Terkejut

Ini adalah emosi yang dirasakan apabila seseorang tidak siap atau tidak mengetahui apa yang akan terjadi.

10. Sedih

Sedih adalah emosi yang dirasakan ketika seseorang mengalami hal yang mengecewakan dan menyakiti hatinya.

Jadi, jangan sampai salah mengartikan emosi sebagai insting bisnis, lalu terburu-buru memilih produk investasi cuma karena iri hati dengan kesuksesan investor lain ya. Seorang investor yang nggak bisa mengatur emosinya, nggak akan sukses berinvestasi.

7 Hal yang Wajib Dihindari Agar Tidak Salah Memilih Investasi?

Nah, agar kamu tidak salah memilih investasi. Hindari untuk bersifat iri dan melihat orang lain. Selain itu, kamu juga wajib menghindari beberapa hal seperti:

1. Tidak Memiliki Tujuan Jelas

Investasi butuh tujuan yang jelas sebelum kamu memulai investasi, misalnya kamu ingin mengumpulkan uang RP50 juta untuk dana pendidikan si kecil atau pensiun pada usia 50 tahun. Ini merupakan salah satu tujuan yang jelas. Namun sayangnya, sebagian besar investor tidak memiliki tujuan yang jelas dalam berinvestasi. Kebanyakan hanya ikut-ikutan namun tidak mengerti instrumen yang digunakan.

2. Tidak Realistis terhadap Risiko

Dalam berinvestasi, risiko selalu berbanding lurus dengan hasil investasi. Semakin besar uang yang disimpan, semakin besar juga risiko yang dihadapi. Banyak investor yang tergiur dengan tingkat keuntungan yang tinggi dan tidak wajar, ditambah lagi jika risiko yang ditawarkan minim. Padahal, ini merupakan salah satu ciri investasi bodong yang wajib kamu hindari.

Sebelum investasi, pastikan institusi yang kamu pilih telah memiliki izin salah satu lembaga yang berwenang (Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), dan Kementerian Koperasi dan UKM).

3. Tidak Melakukan Analisis

Semua instrumen investasi bisa kamu pilih, namun tidak semua instrumen cocok untuk semua orang. Sebelum memutuskan berinvestasi, cobalah melakukan perhitungan untuk menganalisis dengan matang kemungkinan keuntungan yang diperoleh dalam suatu periode beserta risiko yang mungkin terjadi.

4. Fokus ke Jangka Pendek

Umumnya, investasi dilakukan dalam jangka panjang dan biasanya keuntungan yang besar pun baru bisa kamu dapatkan jika kamu sudah berinvestasi dalam jangka panjang, minimal jangka waktu investasi adalah 3 tahun. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran lebih karena waktu yang dibutuhkan relatif lama. Banyak investor pemula hanya fokus untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek, padahal time horizon suatu instrumen tergantung dari jenis investasi dan berapa lama investasi tersebut berjalan.

5. Tidak melakukan Diversifikasi Investasi

Hindari untuk menempatkan dana di dalam satu instrumen investasi saja. Karena ini bisa memberikan tingkat risiko yang tinggi. Apalagi jika memilih instrumen investasi yang berisiko tinggi seperti saham. Pastikan kamu melakukan diversifikasi berbagai aset yang kalian miliki dan membagi risiko ke berbagai instrumen. Sehingga, jika salah satu instrumenmu memiliki nilai yang menurun, belum tentu instrumen lain pun mengalaminya.

6. Tidak Fokus ke Rencana yang sudah Dibuat

Hal lain yang mungkin memberikan kesalahan dalam investasi adalah kurangnya fokus pada tujuan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan diperlukan untuk dapat menghidari hal-hal yang membuat tujuan menjadi tidak jelas. Karena mempertahankan lebih sulit daripada meraih kekayaan.

7. Terlalu Cepat Mengambil Keputusan

Semangat yang terlalu tinggi tanpa melakukan pertimbangan matang membuat banyak investor salah memutuskan, yang pada akhirnya menggagalkan kesempatan untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Yuk belajar literasi investasi sambil berinvestasi reksa dana di Ajaib yang dengan minimum modal investasi hanya Rp10.000,- dan menyandang status kelulusan dari program pembinaan inkubator startup terkemuka Y Combinator di Silicon Valley, serta pengawasan penuh Otoritas Jasa Keuangan, jadi pilihan produk investasi yang cerdas dan berakal sehat untuk kaum milenial!

Artikel Terkait