Bisnis & Kerja Sampingan

Ini Daftar BUMN yang Bertahan di Tengah Pandemi

Daftar BUMN
Daftar BUMN

Ajaib.co.id – Sejak awal covid-19 masuk ke Indonesia, virus ini langsung berkontribusi menampar sektor ekonomi Indonesia. Baik perusahaan swasta maupun perusahaan yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Banyak sekali perusahaan-perusahaan BUMN yang langsung tumbang. Terutama yang berada di sektor pariwisata dan transportasi.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Tentu saja karena mobilitas masyarakat langsung menurun drastis lewat sejumlah kebijakan pembatasan sosial. Sehingga masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di rumah untuk menekan penyebaran virus yang lebih masif.

Sebut saja perusahaan-perusahaan seperti PT KAI, Garuda Indonesia, hingga PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II yang langsung terhantam bisnisnya karena kedatangan covid-19 ini.

Meski begitu, di bawah ini masih ada daftar BUMN yang tetap bertahan dan justru mendapatkan peluang bisnis baru di tengah pandemi. Di antaranya:

1.     Bio Farma

Adanya pandemi covid-19 telah mengubah pola bisnis perusahaan di bidang kesehatan ini. Karena memang industri kesehatan justru melejit di tengah pandemi covid-19. Krisis kesehatan ini membuat masyarakat lebih menyadari akan pentingnya dan kebutuhan kesehatan.

Selain itu, industri kesehatan atau medis juga banyak mendapat tantangan untuk menemukan vaksin covid-19. Sebagai salah satu jalan yang dinilai para ahli bisa membuat dunia keluar dari kungkungan pandemi covid-19.

Hal ini dibenarkan juga oleh sang Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir. Menurutnya pandemi yang disebabkan oleh wabah covid-19 ini telah mentransformasi seluruh aspek kehidupan. Termasuk dengan sektor farmasi turut membuat perubahan dalam proses produksinya. Saat ini, industri farmasi tidak hanya merujuk pada regulasi di Indonesia. Namun juga harus merujuk pada regulasi yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Setidaknya, terdapat dua kata kunci dalam industri farmasi, yakni keamanan (safety) produk dan efektivitas sebuah produk yang dilihat dari besarnya manfaat produk tersebut untuk menyembuhkan orang yang menderita penyakit tersebut.

Kata kunci yang kedua, yakni dalam proses produksi tersebut diawasi secara ketat oleh pemerintah dan lembaga dunia WHO. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan seluruh hal mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga pengiriman produk tersebut terjamin akuntabel. Guna menghindari paparan covid-19 dan sebagainya.

Dari segi bisnis, dilansir dari antaranews.com, untuk tetap bertahan bahkan berkembang Bio Farma melakukan beberapa perubahan. Dimulai dari strategi rantai pasok dengan perubahan pada strategi stok, pencarian vendor atau sumber alternatif, peramalan berdasarkan permintaan, penyesuaian pembayaran, dan pemetaan serta pengawasan jadwal pasokan.

Selanjutnya, perubahan yang terjadi pada tahap distribusi dengan melakukan pemesanan kargo atau charter pesawat dan bersinergi dengan BUMN lain yang memiliki tujuan atau asal negara ekspor atau impor yang sama. Tujuannya agar lebih murah dan mengurangi potensi penyebaran covid-19 pada produk yang dikirim tersebut.

Selain itu, pada pasokan bahan baku, Bio Farma mencari alternatif sumber bahan baku obat di luar negara produsen utama (Tiongkok dan India). Karena pasokan bahan baku ini terganggu sejak pandemi covid-19. Seperti diketahui kedua negara tersebut sempat menerapkan lockdown. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan stok bahan baku obat dan produk prioritas yang diperlukan pada saat dan pasca pandemi covid-19 perlu ada alternatif. Akhirnya tersedianya dashboard supply chain PT Kimia Farma Tbk Group. Kemudian kajian importasi produk jadi.

Strategi lainnya yang dilakukan adalah efisiensi yang merupakan keniscayaan di situasi saat ini. Bio Farma melakukan beberapa efisiensi operasional diantaranya, rasionalisasi dan efisiensi kegiatan operasional, produksi dan distribusi. Sementara itu, investasi yang dilakukan hanya dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas, compliance, mengembangkan usaha, dan untuk faktor pertumbuhan. Perusahaan juga melakukan restrukturisasi utang bank.

Meski memang Bio Farma juga belum bisa meraup keuntungan hingga saat ini. Namun, perusahaan ini masih terus bertahan dan menjemput peluang yang ada di tengah pandemi. Bio Farma mencatatkan kinerja keuangan hingga kuartal II tahun ini mencapai Rp5,7 triliun. Angka ini masih terhitung menurun signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama 2019 yang mencapai Rp 13,3 triliun.

2.     PT Kimia Farma

Mengutip dari katadata.co.id, PT Kimia Farma Tbk tercatat berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 48,57 miliar pada semester I 2020. Angka ini menunjukkan kenaikan 1,72% dibandingkan semester I pada tahun 2019 yang sebesar Rp 47,75 miliar.

Capaian positif di tengah lesunya bisnis ini diketahui berkat peningkatan penjualan sepanjang paruh pertama tahun ini. Selama paruh pertama 2020 Kimia Farma berhasil mengantongi penjualan bersih Rp 4,68 triliun. Pencapaian ini mampu tumbuh 3,6% dibandingkan dengan realisasi penjualan bersih semester I pada tahun lalu sebesar Rp 4,52 triliun.

Selanjutnya, perolehan angka penjualan terbesar disumbangkan oleh produk pihak ketiga, sebesar Rp 3,08 triliun, naik 9,12% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,82 triliun. Adapun rincian dari penjualan produk pihak ketiga mayoritas berasal dari obat ethical, dengan raihan sebesar Rp 1,26 triliun, naik 5,85% dari Rp 1,19 triliun.

Sementara itu, penjualan produk Kimia Farma sendiri totalnya mencapai Rp 1,6 triliun pada semester I tahun ini atau turun 5,6% dibandingkan semester I 2019 yang mampu mencapai Rp 1,69 triliun. Namun penjualan produk obat generik milik perseroan tercatat tumbuh 10,06% menjadi Rp 739,12 miliar. Meski demikian, peningkatan penjualan, profitabilitas Kimia Farma sedikit tertekan karena beban usaha pada paruh awal 2019 ini tercatat sebesar Rp 1,51 triliun. Jumlah ini naik 4,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar dari Rp 1,44 triliun.

3.     Indofarma

Indofarma menjadi salah satu perusahaan BUMN yang menorehkan perbaikan kinerja di tengah pandemi. Meskipun belum mengantongi keuntungan bersih, kinerja PT Indofarma Tbk (INAF) membaik pada semester satu tahun 2020 ini. Pencapaian ini terlihat dari kerugian bersih yang terpangkas sampai 80,87% dari sebelumnya Rp 24,36 miliar pada Juni 2019 menjadi Rp4,66 miliar pada Juni 2020. Berkurangnya kerugian secara drastis tersebut lantaran disumbangkan oleh penjualan perusahaan yang tumbuh positif pada periode tersebut.

Dikutip dari laporan keuangan perusahaan, INAF berhasil membukukan penjualan bersih sebesar Rp 447,29 miliar yang meningkat 21,45% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 368,81 miliar. Adapun seluruh dana tersebut bersumber dari penjualan produk obat yang tumbuh 25,54% menjadi Rp 263,79 miliar dan penjualan produk alat kesehatan yang tumbuh 15,80% menjadi Rp 183,50 miliar pada paruh pertama tahun ini.

Meski tak dapat dipungkiri, sejumlah faktor masih membebani kinerja Indofarma sehingga belum dapat bebas dari jeratan kerugian. Contohnya, Indofarma masih menanggung beban pokok penjualan yang lebih besar pada semester I 2020 ini, yaitu 27,66% lebih tinggi dari Rp256,83 miliar menjadi Rp327,87 miliar. Namun, perusahaan yang bergerak di sektor farmasi ini masih mampu menekan pengeluaran untuk pos beban lainnya. (1.000 kata)

Artikel Terkait