Saham

Hindari Saham yang Melakukan Sulap Laporan Keuangan

laporan keuangan

Ajaib.co.id – Kawan-kawan investor menyatakan bahwa mereka kini lega bahwasanya beban mereka dalam menyaring saham berkurang. Pasalnya sulap-sulapan laporan keuangan yang dalam beberapa tahun belakangan kerap terjadi kini ditertibkan oleh Erick Thohir, sang Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Erick menegaskan bahwa semua BUMN yang sudah listing di bursa akan dipantau agar bisa jujur dalam publikasi laporan keuangannya. Yang paling jelas adalah Garuda Indonesia dan Jiwasraya yang ketahuan memoles laporan keuangannya agar terlihat laba padahal sebenarnya merugi. Tindakan seperti demikian biasa disebut “sulap” pada laporan keuangan.

Garuda sendiri sudah hampir sekarat di tahun 2018, marjin labanya semakin tahun semakin kempis dan akhirnya merugi. Di 2018 emiten penerbangan tersebut semestinya merugi sebesar USD244,95 juta namun sulap yang dilakukannya pada laporan keuangannya membuatnya tampak seperti laba USD809,84 ribu. Demikian juga dengan Jiwasraya.

Mengenai Jiwasraya kita seolah dikejutkan dengan laporan kerugian dana kelolaannya di tahun 2017. Di tahun 2017 Jiwasraya membukukan laba bersih sebesar Rp360,3 miliar namun ternyata Jiwasraya “lupa” menuliskan pencadangan sebesar Rp7,7 triliun, padahal jika tidak lupa menuliskannya Jiwasraya jelas merugi.

Michael Burry, pemilik perusahaan investasi Scion Capital, mengatakan bahwa bencana keuangan tidak pernah datang tiba-tiba melainkan selalu datang dengan tanda-tandanya terlebih dahulu. Kenyatannya memang demikian. Jiwasraya tidak serta-merta langsung merugi seperti itu di 2018. Nyatanya Jiwasraya sudah merugi sejak 2006. Hanya saja tidak banyak diketahui publik karena Jiwasraya telah menyulap laporan keuangannya agar tampak seperti untung padahal merugi.

Akhirnya meletuslah gelembung kerugian Jiwasraya di 2019, ribuan nasabahnya terancam tidak bisa klaim atau ambil dananya. Menteri-menteri sampai harus turun tangan untuk masalah ini memperjuangkan nasib para nasabah dan memikirkan skema penyelamatan BUMN yang satu ini.

Sepintas tampak seperti sulit rasanya untuk bisa identifikasi sulap pada laporan keuangan. Padahal jika mau diteliti kita orang biasa dengan latar belakang non keuangan juga bisa identifikasi sulap laporan keuangan lho. Perhatikan hal-hal berikut ini, modus emiten atau perusahaan dalam menyulap laporan keuangan pada umumnya hanya dua;

Revaluasi Aset

Revaluasi artinya penilaian ulang aset. Langsung saja ke contoh ya, di akhir tahun fiskal 2017 pernah sebuah emiten perkebunan kelapa sawit melakukan revaluasi aset tanamannya dan memasukkannya ke dalam akun laba-rugi sehingga terlihat laba. Itu adalah hal yang tidak masuk akal, mengapa demikian?

Analoginya sederhana saja, misalnya kamu punya sepatu limited edition yang kamu beli seharga Rp3 juta. Lalu sekarang tiba-tiba sepatu yang kamu punya sedang banyak dicari dan ada orang yang mau beli sepatumu seharga Rp5 juta. Tapi kamu enggan untuk menjualnya, nah sekarang apakah sepatumu jadi laba untukmu? Kan tidak dijual? Tentu tidak jadi laba, kan? Begitulah kira-kira.

Jika penilaian ulang aset tanamannya tidak dilakukan maka hasilnya ia akan terlihat merugi dan bukannya laba. Padahal memang aslinya emiten tersebut merugi, sob. Sayangnya para investor yang tidak teliti cencderung girang melihatnya menganggapnya sebagai saham salah harga. Berikutnya sudah bisa ditebak, sahamnya naik berhari-hari bahkan sebagian investor berencana untuk menyimpannya dalam jangka panjang.

Lalu di tahun berikutnya emiten yang satu ini membukukan kerugian yang tak terelakkan. Sebagian besar investor ternganga dibuatnya seolah tak percaya. Sahamnya jatuh dalam itungan hari. Padahal kalau mau teliti membaca, bau busuknya sudah tercium sejak tahun sebelumnya kok.

Cara mengidentifikasinya sebenarnya cukup mudah. Kamu buka saja laporan keuangan lalu lompat dan perhatikan ke bagian Laba-Rugi. Di sana, perhatikan apakah ada yang aneh. Jika tiba-tiba ada istilah “Evaluasi Ulang”, “Penilaian Kembali”, atau “Penaksiran Ulang” maka bisa dipastikan itu adalah revaluasi aset.

Kamu harus paham bahwa Laporan Keuangan dibuat diatas sumpah keterbukaan publik yang mengikat. Semua akan dibuka ke publik, hanya saja untuk menutupi kekurangannya emiten-emiten biasanya menerapkan strategi “bikini”. Strategi bikini maksudnya adalah “menutupi atau menyamarkan bagian vital dan membuka bagian-bagian yang menarik perhatian”. Jadi segala kekurangan seperti misalnya merugi atau berutang banyak, atau apapun yang negatif akan di-framing seolah tidak begitu. Nah, strategi untuk kita mengungkapnya adalah kita perhatikan saja “Catatan” nya. Berikut adalah contoh laporan keuangan bagian Laba-Rugi

Tidak, emiten di atas yang Laba-Ruginya dilampirkan ini tidak melakukan revaluasi. Ini dilampirkan hanya sebagai contoh saja bahwa bagian Laba-Rugi itu seperti ini tampilannya.

Perhatikan bagian yang disorot warna kuning. Jadi akan selalu ada Catatan yang melengkapi informasi. Nah, kamu hanya perlu perhatikan bagian itu. Kamu cek saja bagian catatannya jika kamu melihat ada revaluasi aset di sana. Catatan tersebut bisa panjang sekali berhalaman-halaman, bisa juga hanya separagaf saja. Kamu cek di halaman-halaman berikutnya tentang Catatan 33 itu. Begitu contohnya. Nanti akan dijelaskan secara rinci tentang yang dimaksud. Nah, dengan membaca bagian Catatan maka kamu akan memperoleh kejelasan tentang apa yang dilakukan emiten.

Penjualan Aset

Siasat kedua yang biasanya dilakukan untuk menaikkan laba secara instan adalah dengan menjual aset. Misalnya saja emiten otomotif yang tahun kemarin menjual divisi oli-nya. Penjualan tersebut adalah penambahan laba yang tidak akan berulang lagi.

Maksudnya adalah kalau penambahan laba yang diperoleh dari kenaikan pendapatan maka artinya kita bisa berharap tahun-tahun berikutnya labanya bisa tetap sebesar itu atau bahkan lebih besar lagi. Tapi jika laba diperoleh dari penjualan aset maka hal itu tentunya tidak akan terjadi terus-menerus setiap tahun, kan?

Yang satu ini bukanlah penipuan, namun tetap merugikan investor yang tersentak gembira melihat laba emitennya meningkat tajam. Tahun berikutnya jangan kaget kalau harga sahamnya menurun karena labanya menurun atau bahkan merugi. Sedari awal juga labanya tidak sebesar saat ada penjualan aset.

Dalam kasus Jiwasraya, bukan revaluasi dan penjualan aset. Melainkan “lupa” menuliskan pencadangan yang semestinya dilakukan perusahaan pengelolaan keuangan. Kekurangan dalam laporan keuangannya segera terendus Badan Pemeriksa Keuangan. Untuk yang satu ini, strategi “lupa” dalam menyulap laporan keuangan hampir tidak pernah terjadi karena sangat mudah terendus bagian audit. Jadi itu hanya kasus langka dan nyaris tidak pernah terjadi lagi. Umumnya yang sering ditemukan adalah dua hal di atas tersebut.

Penutup

Ada dua hal yang umum dilakukan perusahaan untuk menyulap laporan keuangannya agar terlihat laba padahal sebenarnya tidak begitu. Yang pertama adalah revaluasi aset dan yang kedua ada penjualan aset. Kasus sulap-sulapan ala Jiwasraya tidak umum terjadi karena mudah terciduk saat audit.

Kamu pastinya ingin menghindari yang begini. Jika kamu ingin dana investasi kamu aman, sebaiknya pilih emiten yang transparan, jujur apa adanya dan memang laba betulan. Kamu bisa mulai kelola danamu sendiri di Ajaib Sekuritas. Kamu juga bisa meminta seorang profesional keuangan untuk bantu kelola danamu mulai dari Rp10.000 saja melalui Reksa Dana Ajaib. Ada beragam pilihan reksa dana untuk kamu pilih di Ajaib. Dan lagi Ajaib sudah saring terlebih dahulu reksa dana yang disajikan kepada kamu untuk memudahkan kamu memilih yang terbaik.

Artikel Terkait