Ajaib.co.id – Sebagai pemimpin sekaligus pengambil keputusan, seorang Chief Executive Officer (CEO) harus memiliki pengetahuan yang luas dalam banyak, mulai dari finansial, pemasaran, periklanan, keuangan, manajerial, hingga kepemimpinan. Salah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan selain dari sektor formal adalah melalui membaca buku, seperti CEO Slack Stewart Butterfield yang menjadikan baca buku sebagai hobi.
Tidak hanya Stewart Butterfield, CEO perusahaan besar di dunia melakukan investasi waktu luangnya untuk membaca buku. Misalnya, Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama merekomendasikan masyarakat untuk membaca ‘Thinking Fast & Slow’ karya Daniel Kahneman, Warren Buffett dengan buku ‘Intelligent Investor’ karya guru value investing Benjamin Graham, hingga ‘The Innovator’s Dilemma: The Revolutionary Book That Will Change the Way You Do Business’ yang merupakan buku favorit mantan CEO Apple Steve Jobs.
Dari kebanyakan buku-buku yang direkomendasikan oleh pemimpin perusahaan terbesar di dunia merupakan buku yang bertema bisnis, finansial, hingga perencanaan strategis. Tidak banyak dari mereka merekomendasikan buku bertema leadership, padahal kepemimpinan merupakan indikator penting untuk perkembangan bisnis. Manajemen yang mampu mengelola sumber daya manusia dengan optimal adalah aset bagi perusahaan.
Untungnya CEO Slack punya rekomendasi buku tentang kepemimpinan yang menurutnya terbaik di antara buku dengan tema sama yang beredar di pasaran. Saking bagusnya, Butterfield merekomendasikan buku ini ke hampir semua pegawainya, mulai staf biasa hingga tingkat eksekutif. Di perusahaan platform kolaborasi tim berbasis Cloud ini kini sudah lebih dari 70 pegawai yang memiliki buku tersebut. Memangnya sebagus apa sih bukunya?
Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, CEO Slack berusia 47 tahun membeberkan buku tersebut yang berjudul ‘Leadership and Self-Deception’ karangan Arbinger Institute, sebuah perusahaan yang berfokus di bidang pengembangan individu dalam organisasi berbasis psikologi. Menurut Butterfield, buku ini sangat penting bagi pemimpin organisasi karena menguraikan dua kebiasaan individu yang kerap kali menjadi penghambat dalam mengelola pegawai tanpa disadari.
Dilansir dari CNBC, berikut dua hal penting yang dipelajari CEO Slack dari buku Leadership & Self-Deception untuk menjadi perhatian para pemimpin organisasi.
Apa itu Leadership & Self Deception?
Setelah membaca buku ini, Butterfield memberi ulasan bahwa buku ini adalah salah satu buku kepemimpinan dan manajerial terbaik yang Ia baca selain Crucial Conversation karya Al Switzler, Joseph Grenny, dan Ron McMillan. Menurut Goodreads, sejak cetakan pertama pada tahun 2000, buku ini telah menjadi bahan pembicaraan dan penjualannya terus meningkat dari tahun ke tahun, dan kini popularitas buku ini telah tersebar di seluruh dunia.
Buku ini membahas bagaimana pemimpin menghadapi tantangan di dunia profesional dan kehidupan pribadi. Si penulis mengungkapkan bahwa kita kerap kali membutakan diri sendiri dan menyabotase efektivitas upaya dalam mencapai kesuksesan dan meningkatkan kebahagiaan dalam hidup.
Terdapat beberapa bagian yang menunjukkan banyak pembaca yang menjadikan Leadership & Self-Deception sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas diri yang berhubungan dengan strategi pembangunan tim, resolusi konflik, hingga pertumbuhan sumber daya manusia.
Jangan Memperlakukan Orang Seperti Benda
Sebagus apapun kinerja seorang pemimpin, secemerlang apapun strategi pemimpin untuk meningkatkan penjualan perusahaan, ketika pemimpin tersebut memperlakukan pegawainya seperti benda, pemimpin tersebut adalah pemimpin yang buruk. Dalam konteks bisnis, pemimpin sangat mudah untuk melakukan kebiasaan buruk ini yang justru akan menghambat produktivitas pegawai dan objektif perusahaan.
CEO Slack bahkan setuju bahwa sikap seperti ini justru akan menimbulkan konflik dalam tim dan pemimpin akan kehilangan rasa hormat dari pegawai. Masalah seperti ini akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu meledak dan memicu konflik yang lebih besar lagi. Akibatnya, pemimpin mendapatkan penilaian yang buruk dari perusahaan dan mempengaruhi rekam jejak sebagai pemimpin.
Alih-alih menganggap pegawai adalah benda yang memiliki kegunaan bagi objektif perusahaan, sebagai pemimpin yang baik kamu bisa mencoba untuk memahami setiap pegawai secara personal. Apa hal yang disukai mereka? Apa yang tidak disukai? Apa potensi terbaik mereka? Jika pemimpin melakukan hal sederhana ini, objektif perusahaan tidak hanya terwujud, tetapi kamu juga membantu pegawai dalam mengembangkan kompetensi terbaik mereka.
Jangan Mengabaikan Potensi Terbaik
Gagasan utama dalam ‘Leadership & Self-Deception’ adalah individu dapat menciptakan narasi palsu yang ‘membutakan’ dan membuat mereka tidak menyadari potensi terbaik dalam diri sendiri. Sebagai contoh, CEO Slack Stewart Butterfield memintamu untuk membayangkan memiliki anak berusia 3 tahun yang kerap kali menangis di tengah malam, di saat kamu tertidur lelap.
Meskipun kamu mengetahui hal tersebut, kamu tidak segera memutuskan untuk menenangkannya. Sebaliknya, kamu lebih memilih untuk menunggu pasangan melakukannya sampai akhirnya kamu merasa bahwa pasanganmu tidak mendengar tangisan anak dan kamu mulai berpikir bahwa pasanganmu hanya berpura-pura tidur dan malas untuk mengambil keputusan.
Butterfield menambahkan bahwa kita cenderung menciptakan tokoh penjahat untuk menjustifikasi kesalahan yang dilakukan pada diri sendiri karena gagal mencapai kesuksesan dan melampiaskannya ke orang lain. Dinamika seperti cukup lazim dan destruktif di dunia profesional. Sikap abai ini jika terjadi di lingkungan kerja akan menyebabkan kerusakan kepercayaan dan rasa hormat di seluruh tim.
Maka dari itu, Butterfield merekomendasikan semua pemimpin yang bekerja di start-up/korporat untuk menginvestasikan dirinya menumbuhkan perkembangan diri dengan menyadari kelebihan dan kekurangannya dalam mengelola tim. Salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan diri yaitu melalui pemberian umpan balik dari tim yang bersifat kritik membangun.
Apakah tanggapanmu tentang buku Leadership & Self-Deception?
Sumber: Slack’s CEO recommended this book to his entire executive team — here’s why, dengan perubahan seperlunya.