Perencanaan Keuangan

Cara Menyimpan Dana Darurat yang Efektif

cara menyimpan dana darurat yang efektif

Ajaib.co.id – Keberadaan dana darurat makin terasa penting untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga, seperti pandemi Covid-19 saat ini. Sayangnya, tidak banyak yang memahami cara menyimpan dana darurat yang efektif.

Pada prinsipnya, dana darurat merupakan uang yang kamu siapkan untuk kejadian-kejadian yang tidak terduga. Untuk menghadapi kejadian tidak terduga seperti terkena PHK, mengalami kecelakaan, genteng di rumah bocor, atau lainnya. 

Mengapa dana darurat perlu ada? Dana darurat diperlukan untuk menghadapi kondisi darurat yang tiba-tiba terjadi. Antisipasi ketidakpastian inilah yang menjadi salah satu alasan betapa pentingnya mengumpulkan dana darurat.

Lalu, bagaimana cara menyimpan dana darurat yang efektif? Jawabannya bisa merujuk pada dua hal, yakni berapa dan di mana.

Berapa?

Berapa besar dana darurat yang harus kamu alokasikan? Ada yang bilang jumlah dana darurat sebaiknya tiga kali pengeluaran bulanan bagi individu yang masih lajang. Ada juga yang berpendapat empat kali pengeluaran bulanan adalah angka yang lebih ‘aman’. Lalu, ada pula yang menilai dana darurat untuk keluarga yang sudah memiliki anak adalah 12 kali pengeluaran bulanan. 

Sebetulnya, tak ada rumus pasti dalam menentukan besaran dana darurat. Si A, misalnya, bisa saja membutuhkan uang untuk dana darurat sebesar Rp100 juta, sedangkan si B hanya perlu menyiapkan dana darurat sebesar Rp50 juta. Padahal, keduanya sama-sama belum menikah. Mengapa bisa berbeda? Bisa saja profesi, kebutuhan, sampai gaya hidup A memerlukan pengeluaran yang tinggi tiap bulannya. 

Jadi, dana darurat yang sebaiknya kamu alokasikan tergantung dari pendapatan dan pengeluaran kamu. Bila memiliki pendapatan tetap, maka kamu membutuhkan dana darurat lebih sedikit dibandingkan bagi yang sudah berkeluarga. 

Status juga mempengaruhi besaran ideal dana darurat yang harus disiapkan. Perhitungkan pula bila di keluarga kamu atau yang menjadi tanggungan kamu memiliki kondisi kesehatan yang kronis. 

Di mana?

Mari beralih ke hal berikutnya, di mana menyimpan dana darurat? Setelah menentukan besaran dana darurat, selanjutnya kamu bisa menentukan lokasi penempatan dana darurat. 

Seperti besaran nilainya, tak ada juga instrumen yang paten untuk segala keadaan darurat. Perlu ditekankan adalah instrumen tersebut dapat dicairkan dalam waktu singkat dan tidak mudah ditarik sewaktu-waktu. Tujuannya, agar dana darurat tidak mudah “diganggu” oleh keperluan yang tidak sebetulnya darurat. 

Kriteria instrumen di atas mengimplikasikan tabungan jelas tak masuk kriteria. Pengecualian bila kamu memiliki tabungan khusus untuk memisahkan dana darurat yang tidak dicampur untuk keperluan lainnya.

Bagaimana dengan tabungan emas? Mirip menabung biasa, tabungan emas bisa dilakukan secara rutin. Bedanya, uang yang disetorkan setiap bulan digunakan untuk membeli emas. Saat ini, kamu tidak perlu menyimpan emas yang dibeli karena emas disimpan oleh pengelola tabungan emas, seperti Antam atau Pegadaian.

Jika ingin mendapatkan fisik emas, kamu bisa meminta pengelola untuk mencetak emas setelah memenuhi persyaratan tertentu. Pencairan dana pada tabungan emas dapat dilakukan dengan mudah. Caranya, dengan menjual kembali ke pengelola. 

Tabungan emas ini tidak mudah diganggu gugat dan relatif mudah pencairannya. Plus, tabungan emas juga dapat menjadi instrumen investasi yang menjanjikan karena harganya cenderung naik dari waktu ke waktu.

Pilihan lain sebagai instrumen yang tepat adalah di reksa dana pasar uang. Reksa dana pasar uang menawarkan return yang lebih tinggi. Selain itu, dana di reksadana pasar uang bisa dicairkan dalam waktu singkat, maksimal tiga hari kerja setelah pengajuan. 

Lalu, ada pula ORI atau obligasi ritel negara. ORI adalah surat utang yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia. Surat utang ini dijual secara umum kepada individu warga negara Indonesia melalui agen penjual resmi yang ditunjuk Pemerintah.

Umumnya, ORI memberikan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi daripada deposito sehingga lebih menguntungkan. 

Risiko investasi ORI juga relatif rendah karena dijamin Pemerintah Indonesia. Jaminan ini membuat investor terhindar dari risiko gagal bayar. Tapi, transaksi ORI memiliki sejumlah syarat, seperti minimal waktu penempatan selama tiga tahun. Meski begitu, jika butuh dana mendadak sebelum jatuh tempo, kamu bisa menjual ORI di pasar sekunder. Jadi, ORI juga pas untuk kamu pertimbangkan.

Tabungan berjangka atau tabungan berencana juga dapat menjadi opsi berikutnya. Jenis tabungan ini mensyaratkan setoran rutin dalam jangka waktu tertentu dengan bunga sedikit di atas tabungan biasa. Keuntungan lainnya adalah kamu bisa mengatur debet secara otomatis dari gaji bulanan. Instrumen ini cocok untuk tujuan yang spesifik di masa mendatang, seperti tabungan dana pendidikan, pernikahan dan sebagainya.

Lebih menarik lagi, tabungan ini bisa diandalkan untuk dana darurat karena penarikan dananya sebelum jatuh tempo. Memang kamu akan terkena denda. Namun, denda ini lazimnya tidak terlalu besar dibandingkan bunga yang diterima. 

Hal yang paling penting, gunakanlah uang yang kamu sisihkan secara bijak. Seperti namanya, uang ini diperlukan saat situasi darurat maka kamu perlu memasukkan ke dalam perencanaan keuangan. Ingat, kamu harus menguatkan diri untuk tidak tergiur tergoda menggunakannya bila tidak sesuai dengan apa yang telah kamu tetapkan.

Sumber: Finansialku, Gobear

Artikel Terkait