Risiko Investasi Saham dan Cara Mengelolanya
Pamela•August 12, 2025

Banyak orang tertarik investasi saham karena potensi keuntungannya yang besar. Namun, penting untuk diingat bahwa terdapat pula risiko investasi saham. Memahami kedua sisi ini sangat penting agar kamu bisa mengambil keputusan yang bijak dan tidak mudah panik saat pasar bergerak turun. Dengan bekal pengetahuan yang cukup, kamu bisa mengelola risiko, memanfaatkan peluang, dan membangun portofolio yang sehat dalam jangka panjang.
Apa Itu Risiko Investasi Saham?
Dalam konteks investasi, risiko adalah kemungkinan hasil investasi tidak sesuai dengan harapan, baik berupa kerugian nilai investasi maupun return yang lebih rendah dari yang diharapkan. Dalam saham, risiko ini bisa berasal dari fluktuasi harga pasar, kinerja perusahaan yang memburuk, hingga faktor eksternal seperti krisis ekonomi atau kebijakan pemerintah.
Meskipun investasi saham menawarkan peluang keuntungan yang tinggi, risiko juga sebanding. Oleh karena itu, investor perlu memahami bahwa semakin tinggi potensi imbal hasil (return), biasanya semakin tinggi pula risikonya.
Baca juga: 5 Strategi Investasi Saham untuk Jangka Panjang!
Jenis-Jenis Risiko Investasi Saham
Sebelum mulai berinvestasi saham, penting untuk memahami berbagai jenis risiko yang bisa memengaruhi nilai investasimu. Berikut beberapa risiko utama:
1. Risiko Pasar (Market Risk)
Merupakan risiko akibat fluktuasi harga pasar secara umum, dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, suku bunga, dan sentimen global. Bahkan saham perusahaan bagus pun bisa turun jika pasar sedang bearish.
2. Risiko Likuiditas
Terjadi ketika saham sulit dijual karena volume perdagangan rendah. Investor bisa kesulitan mencairkan dana saat butuh, atau terpaksa menjual dengan harga rendah.
3. Risiko Emiten
Risiko yang terkait langsung dengan kinerja atau kondisi internal perusahaan (emiten). Bisa disebabkan oleh manajemen buruk, penurunan laba, hutang menumpuk, atau konflik internal.
4. Risiko Valuasi
Saham yang terlihat mahal secara valuasi (PER dan PBV tinggi) cenderung lebih rentan terhadap koreksi harga ketika ekspektasi pasar tak terpenuhi.
5. Risiko Inflasi
Ketika inflasi meningkat, daya beli masyarakat menurun. Hal ini bisa berdampak pada laba perusahaan dan nilai riil dari imbal hasil yang diterima investor.
6. Risiko Psikologis (Behavioral Risk)
Bersumber dari emosi dan perilaku investor sendiri—seperti FOMO (takut ketinggalan), panik saat harga turun, atau terlalu percaya diri.
7. Risiko Regulasi & Kebijakan
Perubahan regulasi pemerintah, pajak, atau kebijakan suku bunga bisa memengaruhi kinerja sektor atau saham tertentu.
Contoh Kasus Risiko Saham: Sentimen Negatif & Emosi Investor
Kasus: Saham “A” (perusahaan teknologi besar yang IPO)
Saham A menjadi contoh nyata bagaimana sentimen negatif dan keputusan emosional bisa berdampak besar terhadap nilai investasi.
- Saat IPO: Harga perdana saham A sebesar Rp338 per lembar.
- Antusiasme tinggi: Banyak investor pemula membeli karena melihat popularitas merek dan tren digital.
- Namun… dalam beberapa bulan, harga turun drastis hingga menyentuh Rp100/saham.
Penyebab utama penurunan:
- Perusahaan belum mencetak laba
- Tekanan pasar global terhadap sektor teknologi
- Berakhirnya masa lock-up saham investor awal
Ilustrasi Kerugian karena Keputusan Emosional
Misalnya, kamu membeli 10.000 lembar saham A saat IPO:
- Harga beli: Rp338 x 10.000 = Rp3.380.000
- Harga turun jadi Rp100/saham → Nilai investasi tinggal Rp1.000.000
- Karena panik, kamu jual rugi.
- Kerugian: Rp2.380.000 atau -70%
Investasi karena ikut-ikutan dan tanpa memahami risiko bisa membuat kamu menjual di waktu yang salah. Investor sebaiknya punya strategi jangka panjang dan tetap tenang saat pasar turun.
Cara Mengelola dan Meminimalkan Risiko Saham
Berinvestasi di pasar saham memang memiliki risiko, tapi bukan berarti tidak bisa dikelola. Dengan strategi yang tepat, kamu bisa meminimalkan potensi kerugian dan menjaga pertumbuhan aset jangka panjang. Berikut beberapa cara yang bisa kamu terapkan:
1. Diversifikasi Portofolio
Jangan menaruh seluruh dana pada satu saham atau sektor. Bagi investasimu ke beberapa saham berbeda dari industri yang tidak saling berkaitan. Ini membantu mengurangi risiko jika salah satu saham mengalami penurunan.
Baca Juga: Portofolio Terfokus atau Terdiversifikasi, Pilih Mana?
2. Riset Sebelum Membeli
Jangan asal ikut tren. Pelajari laporan keuangan, kinerja bisnis, prospek industri, dan valuasi saham. Kamu bisa mulai dengan analisis fundamental sederhana seperti PER, PBV, dan ROE. Gunakan sumber resmi seperti, IDX dan OJK Sikapi Uangmu.
3. Gunakan Uang Dingin
Hindari menggunakan dana yang kamu butuhkan dalam waktu dekat, apalagi dana darurat. Gunakan uang yang memang dialokasikan untuk investasi jangka panjang agar tidak tertekan saat pasar fluktuatif.
4. Investasi Bertahap
Alih-alih masuk dengan jumlah besar sekaligus, lakukan pembelian secara berkala (dollar cost averaging). Ini mengurangi risiko beli di harga puncak dan membantu kamu mendapatkan harga rata-rata lebih stabil.
5. Tetap Tenang dan Rasional
Jangan mudah panik saat harga turun, dan jangan terlalu euforia saat harga naik. Emosi seringkali menjadi musuh utama investor. Fokus pada strategi dan tujuan jangka panjang.
Risiko = Teman Investor
Dalam dunia investasi, risiko bukanlah musuh, melainkan bagian alami dari perjalanan membangun kekayaan. Tidak ada instrumen investasi yang benar-benar bebas risiko — bahkan menabung pun memiliki risiko tergerus inflasi.
Sebagai investor, penting untuk mengubah sudut pandang: risiko bukan untuk dihindari, melainkan dipahami dan dikelola.
Mindset yang perlu dimiliki investor yakni memahami bahwa risiko adalah bagian dari proses pertumbuhan aset. Kemudian, tanpa adanya risiko, potensi imbal hasil yang lebih tinggi tidak akan tercapai. Terakhir, fluktuasi harga adalah hal wajar yang perlu disikapi dengan tenang dan strategi jangka panjang.
Investasi saham memang memiliki risiko, tetapi bukan berarti harus ditakuti. Justru dengan memahami jenis-jenis risiko dan cara mengelolanya, kamu bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dan bijak. Ingat, risiko adalah bagian dari proses menuju pertumbuhan aset. Bukan untuk dihindari, tetapi untuk dipahami, dikendalikan, dan dijadikan bahan belajar. Dengan strategi yang tepat dan mentalitas yang kuat, kamu bisa menjadi investor yang tangguh dan siap menghadapi berbagai situasi pasar.
Mulai Investasi Saham di Ajaib!
Ajaib adalah aplikasi investasi all-in-one, mulai dari Saham Indonesia, reksadana, obligasi, kripto, hingga saham Amerika. Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di beragam instrumen di Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online.
Artikel Terkait





Artikel Populer
Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi
Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!