Ajaib
Menu

Obligasi

Strategi Investasi Obligasi Jangka Menengah dan Panjang

ajaibSeptember 29, 2025

investasi obligasi

Dalam investasi obligasi, strategi memegang peranan penting karena setiap keputusan yang diambil akan berdampak langsung pada risiko dan imbal hasil yang diterima. Tidak cukup hanya membeli obligasi berdasarkan iming-iming kupon tinggi atau tenor panjang, investor perlu memahami bagaimana kondisi pasar, suku bunga, hingga profil risiko pribadi bisa memengaruhi kinerja investasinya. 

Dengan strategi yang tepat, obligasi bisa menjadi instrumen yang tidak hanya menjaga kestabilan portofolio, tetapi juga mendukung pencapaian tujuan finansial, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Ringkasan

  • Strategi investasi obligasi yang tepat membantu menjaga stabilitas portofolio sekaligus mendukung tujuan finansial.
  • Tersedia berbagai strategi seperti buy and hold, laddering, barbell, dan bullet yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
  • Diversifikasi antar jenis obligasi penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang imbal hasil.
  • Hindari kesalahan umum seperti fokus pada kupon tinggi atau mengabaikan profil risiko agar investasi tetap optimal.

3 Strategi Investasi Obligasi 

1. Strategi Buy and Hold

Strategi buy and hold merupakan cara paling sederhana namun efektif dalam berinvestasi obligasi. Investor membeli obligasi, kemudian memegangnya hingga jatuh tempo untuk menikmati pendapatan kupon secara rutin dan pengembalian pokok pada akhir periode. Dengan pendekatan ini, fluktuasi harga di pasar sekunder tidak terlalu berpengaruh, karena fokus utama ada pada stabilitas pendapatan dan kepastian pengembalian modal. Strategi ini cocok bagi investor konservatif yang mengutamakan keamanan modal dan kestabilan arus kas.

Selain itu, strategi ini juga mengurangi biaya transaksi karena investor tidak terlalu sering melakukan jual-beli obligasi di pasar. Meski begitu, buy and hold memiliki keterbatasan: investor berisiko kehilangan peluang capital gain yang muncul saat harga obligasi naik di pasar sekunder. Namun bagi mereka yang lebih fokus pada kepastian dan tidak ingin repot dengan dinamika pasar, strategi ini tetap menjadi pilihan aman dan praktis.

2. Strategi Laddering Obligasi 

Strategi laddering dilakukan dengan membeli obligasi dalam beberapa tenor berbeda, misalnya obligasi dengan jangka waktu 2, 5, dan 10 tahun sekaligus. Tujuannya adalah menyebar risiko dan menjaga likuiditas. Saat obligasi jangka pendek jatuh tempo, dana bisa digunakan kembali untuk kebutuhan atau diinvestasikan pada obligasi baru dengan suku bunga yang lebih kompetitif. Dengan begitu, investor memiliki fleksibilitas untuk menghadapi perubahan kondisi pasar.

Pendekatan ini membantu menjaga keseimbangan antara pendapatan rutin, keamanan modal, dan peluang imbal hasil. Laddering cocok bagi investor yang ingin menghindari risiko konsentrasi pada satu tenor tertentu. Dengan portofolio yang berlapis, investor bisa lebih tenang menghadapi gejolak suku bunga, karena selalu ada obligasi yang segera jatuh tempo untuk menyesuaikan strategi ke depannya.

3. Strategi Barbell dan Bullet 

Strategi barbell menggabungkan obligasi jangka pendek dan jangka panjang sekaligus, sementara obligasi jangka menengah dihindari. Tujuannya adalah memanfaatkan likuiditas dari obligasi jangka pendek sekaligus mengejar imbal hasil lebih tinggi dari obligasi jangka panjang.

Dengan cara ini, investor bisa mendapatkan keseimbangan antara fleksibilitas dan potensi pertumbuhan aset.

Sebaliknya, strategi bullet berfokus pada satu tenor tertentu, biasanya jangka menengah, sehingga seluruh obligasi akan jatuh tempo dalam periode yang hampir bersamaan. Strategi ini cocok bagi investor yang memiliki kebutuhan keuangan pada waktu tertentu, misalnya biaya pendidikan anak dalam 7 tahun mendatang. Kedua strategi ini menuntut perencanaan yang matang, karena salah memilih tenor bisa memengaruhi ketersediaan dana dan hasil investasi secara keseluruhan.

Diversifikasi Antar Jenis Obligasi 

Diversifikasi antar jenis obligasi adalah strategi untuk menyebar investasi pada berbagai tipe obligasi, seperti obligasi pemerintah, obligasi korporasi, maupun sukuk, guna mengurangi risiko dan meningkatkan peluang imbal hasil. Misalnya, obligasi pemerintah dapat memberikan keamanan karena risiko gagal bayar sangat rendah, sementara obligasi korporasi menawarkan kupon lebih tinggi meski dengan risiko yang lebih besar. Dengan memadukan keduanya, investor bisa menikmati stabilitas dari obligasi pemerintah sekaligus potensi pertumbuhan dari obligasi korporasi, sehingga portofolio lebih seimbang dan tahan terhadap gejolak pasar.

Menyesuaikan strategi investasi obligasi dengan profil risiko sangat penting agar pilihan instrumen tetap sejalan dengan kenyamanan dan tujuan finansial Anda. Investor konservatif mungkin lebih cocok dengan strategi sederhana seperti buy and hold pada obligasi pemerintah, sedangkan investor moderat bisa memilih pendekatan laddering untuk menyeimbangkan risiko dan likuiditas. Bagi investor agresif, strategi barbell atau bullet dapat dimanfaatkan untuk mengejar imbal hasil lebih tinggi dengan tetap memiliki instrumen penyeimbang. Dengan memahami profil risiko, setiap investor bisa menentukan strategi yang paling relevan, sehingga investasi obligasi tidak hanya aman tetapi juga efektif dalam mendukung rencana jangka pendek maupun panjang.

Kesalahan strategi yang perlu dihindari

Berikut beberapa kesalahan strategi investasi obligasi yang perlu dihindari:

  1. Tidak menyesuaikan dengan tujuan keuangan
    Membeli obligasi tanpa mempertimbangkan apakah untuk kebutuhan jangka pendek atau panjang dapat membuat hasil investasi tidak optimal.
  2. Mengabaikan profil risiko
    Investor konservatif yang terlalu banyak masuk ke obligasi korporasi berisiko tinggi bisa kehilangan stabilitas portofolio, begitu juga sebaliknya.
  3. Terlalu fokus pada kupon tinggi
    Kupon besar seringkali datang dengan risiko lebih tinggi, sehingga keputusan investasi hanya berdasarkan imbal hasil bisa berujung kerugian.
  4. Tidak memperhatikan likuiditas
    Beberapa obligasi sulit dijual di pasar sekunder. Jika butuh dana mendadak, investor bisa kesulitan mencairkan investasinya.
  5. Kurang melakukan diversifikasi
    Hanya mengandalkan satu jenis obligasi atau satu emiten meningkatkan risiko jika terjadi masalah pada penerbit tersebut.
  6. Mengabaikan kondisi pasar dan suku bunga
    Perubahan suku bunga sangat memengaruhi harga obligasi. Tidak memahami siklus ini bisa membuat investor salah timing dalam membeli atau menjual.
  7. Mengabaikan biaya transaksi dan pajak
    Biaya broker atau pajak kupon dapat mengurangi imbal hasil nyata, sehingga wajib diperhitungkan dalam strategi investasi.

Investasi obligasi bisa menjadi instrumen yang menarik untuk mendukung tujuan finansial, asalkan strategi yang digunakan tepat dan tidak terjebak dalam kesalahan umum seperti terlalu fokus pada kupon tinggi atau mengabaikan profil risiko. Dengan memahami tujuan, kondisi pasar, serta karakter obligasi yang dipilih, investor dapat menyusun strategi yang lebih matang sehingga portofolio tetap seimbang, aman, dan mampu memberikan imbal hasil optimal dalam jangka pendek maupun panjang.

Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Membeli dan Menjual Saham di Ajaib

Mulai Investasi Saham Dividen Terbaik di Ajaib!

Ajaib adalah aplikasi investasi all-in-one, mulai dari Saham Indonesia, reksadana, obligasi, kripto, hingga saham Amerika. Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di beragam instrumen di Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online. Sudah berizin dan diawasi OJK & BAPPEBTI.

Google Play StoreApple App Store

Artikel Populer

Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi

Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!