Ajaib.co.id – Aktivitas manufaktur Indonesia pada bulan Juni 2020 mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Hal ini tercermin dari survei industri manufaktur yang dilakukan oleh IHS Markit.
Berdasarkan siaran CNBCIndonesia, IHS Markit mengumumkan data Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur Indonesia pada periode Juni 2020 berada di level 39,1. Angka tersebut mengalami kenaikan 36% jika dibandingkan angka bulan Mei pada 28,6.
“Angka PMI Juni menunjukkan bahwa pelemahan sektor manufaktur Indonesia agak mereda karena pelonggaran pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dengan rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih lanjut, sentimen dunia usaha membaik.
“Akan tetapi, jalan menuju pemulihan akan sangat menantang. Survei kami menunjukkan bahwa produksi dan permintaan sudah turun signifikan sehingga butuh waktu untuk mengembalikannya. Pabrik-pabrik juga masih mengurangi karyawan pada bulan lalu,” papar Bernard Aw, Principal Economist IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.
Manufaktur di Asia Mulai Menggeliat Didorong Permintaan dari China
Aktivitas manufaktur di Asia perlahan bergeliat pada Juni 2020 seiring permintaan dari China yang meningkat.
Berdasarkan data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang dirilis IHS bulan Juni 2020, sejumlah negara di Asia mencatatkan pertumbuhan meski masih di bawah 50, yang merupakan batas level kontraksi dan ekspansi.
Mengacu pada pemberitaan bisnis.com, negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan mencatatkan PMI manufaktur bulan Juni masing-masing, 40,1 dari bulan sebelumnya 38,4; 43,4 dari bulan sebelumnya 41,3; dan 46,2 dari bulan sebelumnya 41,9.
Output pabrik di Vietnam dan Malaysia juga tumbuh untuk pertama kalinya sejak Januari dan Desember, sebelum virus menyebar di wilayah tersebut. Vietnam di angka 51,1 dari PMI Mei 42,7 dan Malaysia 51,0 dari sebelumnya 45,6.
Adapun PMI Indonesia melonjak hampir 11 poin menjadi 39,1 dari 28,6 pada Mei, kenaikan terbesar sejak setidaknya 2011, tetapi masih di bawah 50. Sementara itu, PMI manufaktur Caixin China, indeks yang lebih fokus pada perusahaan berorientasi ekspor, pada bulan Juni 2020 naik menjadi 51,2 dari 50,7.
Tanda-tanda kenaikan PMI tersebut mengikuti laporan dari China padaawal pekan ini yang menunjukkan kenaikkan PMI menjadi 50,9 dari 50,6 pada bulan sebelumnya. PMI nonmanufaktur China juga meningkat menjadi 54,4.
Diperkirakan, pasar keuangan akan menguat pada kuartal kedua, hal ini didorong oleh optimisme pembukaan ekonomi dari lockdown secara global yang akan mengurangi pengangguran dan menghidupkan kembali konsumsi. Namun, meningkatnya wabah virus corona di banyak negara, termasuk AS telah meredam sentimen baik tersebut.
Bloomberg Economics memperkirakan akan terjadi kontraksi sebesar 4,7 persen ekonomi global pada tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya dengan kontraksi 4 persen.
Kepala Ekonom Bloomberg Asia Chang Shu mengungkapkan, indeks pembelian yang dilakukan manufaktur Juni di Asia mengindikasikan sebagian besar perekonomian pulih, meskipun pada kecepatan yang berbeda-beda.
“PMI resmi China menunjukkan bahwa pemulihan dipercepat, didukung oleh permintaan eksternal. Beberapa ekonomi seperti Australia mengalami rebound awal yang kuat karena kuncian santai. Beberapa yang lain terutama Jepang tetap tenggelam dalam kontraksi,” ujar Shu, Rabu (1/7/2020).