Ekonomi

Alasan Negara Tidak Bisa Cetak Uang Banyak

cetak-uang

Ajaib.co.id – Negara mempunyai wewenang untuk cetak uang yang bisa digunakan oleh rakyatnya. Yang menamai mata uang tersebut dan mendesainnya adalah negara. Lalu, mengapa negara tidak bisa mencetak uang negara dalam jumlah yang terlalu banyak?

Banyak yang berpikir bahwa mencetak uang dalam jumlah banyak akan membantu ekonomi dalam negeri. Padahal sebaliknya, jika hal ini tidak dipikirkan matang, bisa membuat perekonomian lebih kacau. Hal ini dibuktikan dari kejadian di masa lalu.

Di sini akan dijelaskan mengapa negara harus memperhatikan uang yang beredar di negaranya.

Fungsi Uang sebagai Alat Tukar yang Resmi

Kamu pasti sudah mengetahui bahwa uang menjadi alat tukar resmi yang dibutuhkan. Dengan uang, kamu bisa memenuhi segala kebutuhanmu. Kamu juga bisa menggunakannya untuk hiburan yang menyenangkan harimu.

Jenis mata uang yang kamu gunakan di Indonesia adalah Rupiah yang dicetak oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia sebagai bank sentral punya kriteria tersendiri dalam mencetak Rupiah, sehingga kamu pasti bisa membedakannya dengan yang palsu.

Masalah uang palsu memang sejak dulu menjadi hal yang cukup serius dan memang wajib diberantas.

Selain masalah uang palsu, ada lagi masalah uang yang beredar terlalu banyak. Banyak orang yang mengira hal ini akan membuat masyarakat terbantu karena uang yang dicetak bisa mereka gunakan secara maksimal.

Faktanya hal ini tidak membantu sama sekali. Malah bisa merugikan.

Alasan Negara Tidak Bisa Cetak Uang yang Banyak

Fakta ini terjadi setelah Perang Dunia I yang membuat negara-negara yang ikut berperang mengalami krisis ekonomi yang begitu gawat. Salah satu negara yang terlibat perang adalah Jerman.

Jerman saat itu sedang kesulitan uang dan pemerintahnya pun memutuskan untuk cetak uang lebih banyak. Bukannya membantu taraf hidup masyarakatnya, hal itu malah menjadi bumerang yang membuat perekonomian mereka jatuh. Mereka harus bersusah payah untuk mengembalikkan keadaan ekonomi seperti semula.

Dari sini membuktikan bahwa uang yang beredar dalam jumlah terlalu banyak pada suatu negara, malah akan merugikan negara itu sendiri.

Di bawah ini adalah hal-hal merugikan yang bisa terjadi ketika uang yang beredar terlalu banyak.

1.    Nilai mata uang berkurang

Uang yang beredar dalam jumlah yang terlampau banyak akan membuat nilai mata uang akan berkurang. Berkurangnya nilai mata uang ini ditandai dengan penggunaan angka 0 yang terlalu banyak di bagian belakang.

Berkurangnya nilai mata uang juga akan membuat nilai tukar mata uang negara akan menurun jika dibandingkan dengan mata uang negara lain. Akibatnya ketika akan menukarkan mata uang negara kita ke mata uang negara lain, kita membutuhkan uang yang lebih banyak.

Ini akan membuat para pengusaha yang mengimpor bahan usahanya dari luar negeri akan mengalami kesulitan melakukan pembelian. Mereka pun bisa terancam bangkrut.

Lalu, uang yang jumlah nolnya terlalu banyak juga akan membuat masyarakat yang menggunakannya kesulitan dalam menghitung secara cepat untuk sekadar uang kembalian.

2.    Harga barang naik

Uang yang terlalu banyak beredar juga akan membuat harga barang kebutuhan naik secara drastis. Kenaikan harganya tidak hanya di satu barang saja, tapi di seluruh barang kebutuhan, dan bisa merembet ke barang pelengkap juga.

Harga barang yang naik tentu saja akan membuat masyarakat kecil yang makin kesulitan membeli kebutuhan. Hal ini bisa membuat mereka harus bekerja lebih keras supaya punya uang cukup untuk membeli barang tersebut.

Apabila hal ini tidak segera ditanggulangi akan banyak perusahaan yang bangkrut karena untuk bertahan juga mereka tidak mampu.

Perusahaan juga butuh membeli bahan baku untuk usahanya, sayangnya bahan baku itu harganya ikut naik. Perusahaan pun jadi terpaksa melakukan efisiensi dengan melakukan PHK besar-besaran dan membuat lebih banyak pengangguran.

3.    Daya beli masyarakat berkurang

Kenaikan harga barang itu akan membuat daya beli masyarakat berkurang. Hal itu pun membuat masyarakat miskin jadi bertambah jumlahnya. Kemiskinan yang bertambah akan membuat ekonomi jadi semakin tidak stabil.

4.    Kesenjangan sosial kian terlihat

Jika hal ini tidak bisa diatasi dengan baik, maka akan memicu berbagai hal gawat lainnya, seperti kesenjangan sosial. Orang kaya tidak ada masalah harga barang naik karena mereka tetap bisa membelinya, sementara yang miskin merasa marah karena keadaan tidak adil baginya.

Hal ini bisa memicu ketidakstabilan dalam suatu negara, misalnya demo ada di mana-mana, terjadi kerusuhan, kriminalitas yang merajalela, dan lainnya.

Dengan melihat hal-hal yang terjadi di masa lalu itu, maka pemerintah pun tidak akan mengambil keputusan pencetakan uang dalam jumlah banyak karena tidak menjadi solusi terbaik.

Kalaupun uang dicetak dalam jumlah yang banyak, akan sulit membagikannya ke mereka yang membutuhkan. Penyalurannya pun menjadi tidak efektif karena bisa jadi yang menerimanya adalah orang yang mampu.

Untuk menyelesaikan krisis tersebut, pemerintah akan mencari cara lain yang lebih aman, misalnya berutang, tapi dengan melihat rasio utang negara. Sejauh ini Indonesia masih memegang perhitungan utang yang konservatif. Rasio utang yang diajukan tidak akan melebihi PDB karena pemerintah tidak mau mengambil risiko.

Itulah penjelasan tentang mengapa negara tidak bisa cetak uang dalam jumlah yang banyak di saat krisis sekali pun. Mungkin banyak yang mengira bahwa cetak uang baru itu mudah, padahal banyak sekali perhitungannya supaya tidak salah langkah.

Alasannya sudah cukup jelas, yaitu uang beredar terlalu banyak bisa memicu krisis yang lebih besar lagi. Untuk itulah di saat tidak terjadi krisis ekonomi pun pemerintah akan mengontrol peredaran uang sebaik-baiknya.

Artikel Terkait