Ekonomi

5 Krisis Moneter Terburuk Dunia, 2020 Salah Satunya?

Ajaib.co.id – Krisis moneter mungkin merupakan istilah yang sangat akrab di telinga orang Indonesia, terutama yang mengalaminya saat terjadi tahun 1997-1998. Saat itu, Indonesia mengalami inflasi, harga bahan makanan naik drastis dan membuat gejolak di tengah masyarakat. 

Lalu, bagaimana dengan saat ini? Pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia membuat sebagian besar industri kolaps, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, hingga menurunnya daya beli masyarakat. Apakah sudah bisa disebut krisis moneter? Namun, sebelum menuju ke sana, redaksi Ajaib akan membahas 5 krisis moneter terburuk di dunia yang dirangkum dari berbagai sumber. Apa saja?

5 Krisis Moneter Terburuk di Dunia

Krisis Kredit 1772

Krisis ini berasal dari London kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Penyebab krisis ini adalah pemerintah Kerajaan Inggris yang mengumpulkan kekayaan lewat kepemilikan dan perdagangan kolonial. Hal ini membuat terciptanya aura optimisme dan ekspansi kredit dari bank Inggris.

Krisis dimulai tanggal 8 Juni 1772 saat salah satu mitra rumah perbankan Inggris Alexander Fordyce, yaitu Neal, James, Fordyce, dan Down melarikan diri ke Prancis untuk lari dari pelunasan utang. Saat itu, perbankan Inggris panik. Para kreditor mulai mengantre di depan bank untuk melakukan penarikan tunai. Penyebaran krisis ini hingga ke Skotlandia, Belanda, dan negara koloni Inggris-Amerika. Sejarah mencatatkan bahwa kejadian ini jadi salah satu faktor munculnya protes Boston Tea Party dan Revolusi Amerika.

Depresi Hebat 1929-1939

Depresi Hebat sering disebut sebagai krisis moneter terburuk di abad 20. Pemicunya adalah kehancuran Wall Street 1929 ditambah buruknya kebijakan pemerintah Amerika Serikat. Depresi ini berlangsung selama 10 tahun, menyebabkan pendapatan hilang besar-besaran, tingkat pengangguran memecahkan rekor terbanyak, kehilangan penghasilan, terutama di negara industri. Tingkat pengangguran bahkan mencari 25% di Amerika saat puncak krisis di tahun 1933.

Krisis Minyak 1973

Krisis Minyak 1973 terjadi saat negara-negara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terutama negara Arab membalas tindakan Amerika Serikat yang mengirimkan pasokan senjata ke Israel selama Perang Arab-Israel Keempat.

Negara-negara ini kemudian menyatakan melakukan embargo minyak dengan menghentikan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan sekutunya. Sontak terjadi kekurangan minyak dalam jumlah besar dan harga minyak melonjak parah sehingga terjadilah krisis moneter ini di Amerika dan berbagai negara maju lainnya. 

Para ekonom menyebut era itu sebagai periode “stagflasi” (stagnasi + inflasi) karena terjadinya inflasi yang sangat tinggi akibat lonjakan harga minyak dan stagnasi ekonomi dari krisis ekonomi yang muncul sebagai akibatnya. Perlu bertahun-tahun untuk memperbaiki kondisi ini sampai akhirnya pulih ke tingkat sebelum krisis.

Krisis Asia 1997

Jika kamu bertanya-tanya apa penyebab krisis 1998 yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 silam, penyebab utamanya adalah Krisis Asia yang terjadi tahun 1997. Krisis moneter ini diawali dari Thailand dan dengan cepat menyebar ke seluruh Asia Tenggara dan Timur dan mitra dagangnya. 

Saat itu, aliran modal spekulatif dari negara yang masuk dalam kategori maju di Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea selatan telah memicu optimisme berlebihan yang menyebabkan kredit berlebihan dan akumulasi utang menumpuk.

Juli 1997, pemerintah Thailand meninggalkan nilai tukar tetapnya terhadap bentuk dolar Amerika yang telah lama dipertahankan dengan alasan kurangnya sumber daya mata uang asing. Tindakan itu membuat kepanikan muncul di pasar keuangan Asia dan menyebabkan pembalikan investasi asing miliaran dolar AS. Kepanikan ini jugalah yang membuat para investor makin waspada terhadap kebangkrutan pemerintah negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur.

Krisis ini memerlukan waktu bertahun-tahun sampai akhirnya pulih. Bahkan International Monetary Fund (IMF) harus turun tangan untuk membuat paket bantuan bagi negara yang ekonominya paling terdampak untuk menghindari kebangkrutan.

Krisis Finansial 2007-2008

Krisis Finansial 2007-2008 ini memicu Resesi Hebat, jadi krisis moneter paling parah sejak Depresi Hebat dan berdampak ke seluruh dunia. Penyebabnya adalah runtuhnya gelembung perumahan di Amerika Serikat dan runtuhnya Lehman Brothers (bank investasi terbesar di dunia). Hal ini membuat banyak lembaga keuangan dan bisnis hancur dan membutuhkan dana talangan pemerintah dengan nilai yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Krisis moneter ini memerlukan satu dekade untuk kembali normal serta membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Lalu, bagaimana dengan 2020? Apakah pandemi virus corona ini bisa membuat dunia jatuh ke jurang krisis?

IMF mengatakan bahwa COVID-19 merusak ekonomi dunia dari perkiraan sebelumnya. Dalam laporan terbaru yang dikeluarkan 24 Juni lalu, dunia akan kehilangan output ekonomi senilai US$12 triliun selama dua tahun. Sejumlah negara Eropa Barat termasuk Inggris dan Perancis diperkirakan akan mengalami penyusutan lebih dari 10%. Satu-satunya negara yang diperkirakan akan tetap mencatat pertumbuhan PDB walau hanya 1% adalah Tiongkok.

IMF juga memperkirakan bahwa orang-orang akan lebih mengurangi konsumsi karena ketidakpastian kondisi global dan akan lebih banyak menabung. Memang betul, saat ini gelombang pemutusan hubungan kerja masih terus berlangsung di seluruh dunia, membuat perekonomian belum bisa bergerak normal.

Bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah menyiapkan dana yang ada untuk menabung? Jika kamu sedang mencari tips untuk mulai menabung, blog Ajaib bisa jadi solusinya. Ajaib adalah aplikasi investasi saham dan reksa dana yang telah dipercaya lebih dari 1 juta pengguna di seluruh Indonesia dan terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan. Ayo unduh Ajaib sekarang juga!

Artikel Terkait