Ajaib.co.id – Nikah muda merupakan topik yang tidak pernah habis dibahas di internet. Ada yang setuju dengannya, ada juga yang kontra. Yang pro dan kontra memiliki pendapatnya masing-masing. Yang setuju mengatakan bahwa nikah di umur muda sebenarnya bisa dilalui dengan baik. Yang kontra berpendapat jika nikah di umur muda memiliki banyak risiko yang seharusnya dipikirkan.
Pernikahan di usia muda di bawah umur 20 tahun di Indonesia masih marak terjadi, dan menjadi perhatian banyak orang. Di umur segitu umumnya mereka masih bersekolah, ada juga yang sudah bekerja. Pilihan untuk memutuskan menikah muda mungkin dipengaruhi beberapa faktor, seperti faktor keluarga dan faktor lingkungan.
Walaupun ada yang merasa bahagia dengan pernikahan mudanya, ada juga yang mengalami riak, dan akhirnya bermasalah sepanjang penikahannya. Di bawah ini adalah masalah yang biasanya dihadapi mereka yang menikah di usia muda.
Masalah finansial
Masalah yang sering dihadapi mereka yang menikah di usia muda adalah masalah keuangan. Ketika memutuskan berumah tangga, hal ini memang yang harus dipikirkan. Hidup tidak lagi sendiri, tapi berdua. Harus mengetahui dengan jelas berapa uang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keduanya.
Terlebih ketika memutuskan memiliki anak, uang yang dibutuhkan akan lebih banyak lagi. Masalah finansial ini yang paling diributkan. Sebenarnya ada banyak faktor yang membuat pasangan muda kesulitan memenuhi kebutuhan keuangannya. Kita membicarakan mereka yang tidak lagi menggantungkan hidupnya dari orang tua. Rata-rata dari mereka masih minim pengalaman bekerja.
Tidak mudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang layak di usia semuda itu. Mereka harus meniti karier dari bawah sekali. Alhasil terpaksa bekerja apa saja untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika uang yang didapatkan tidak cukup, inilah yang menjadi permasalahannya. Jangan meremehkan penghasilan yang berada di bawah kebutuhan, apabila tidak ditangani dengan baik lama-lama akan menjadi bom waktu.
Masalah reproduksi
Menurut penelitian, mereka yang hamil di usia muda lebih berisiko mengalami keguguran. Hal ini karena tubuhnya sebenarnya belum siap untuk menghasilkan keturunan, masih berkembang ke tahap yang lebih sempurna. Alhasil, banyak komplikasi yang harus ditemui.
Mungkin ada banyak perempuan muda yang bisa melahirkan anaknya dengan selamat, tapi tidak sedikit pula yang kehilangan anaknya. Faktor reproduksi ini jangan dianggap remeh karena ketika bermasalah, taruhannya adalah nyawa.
Melahirkan bukanlah pekerjaan yang mudah. Sang ibu harus mendapatkan dukungan dari sisi mental dan finansial juga untuk mendukung kehamilannya berjalan dengan lancar. Pasangan muda biasanya minim pengalaman dan pengetahuan. Terkadang mereka bingung harus melakukan apa sehingga akses yang sudah ada tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.
Masalah pengembangan karier
Ada banyak pasangan muda yang kesulitan mengembangkan karier karena fokusnya sudah terpecah belah. Ketika masih single, ia masih bisa fokus sekolah atau bekerja dengan sungguh-sungguh. Ketika sudah berkeluarga, hidupnya bukan hanya tentang dirinya.
Yang paling sulit mengembangkan karier di dunia perkantoran adalah perempuan yang nikah muda. Banyak perusahaan yang lebih memilih perempuan single, dibandingkan yang sudah menikah. Kenyataan ini memang membuat miris.
Alhasil mereka pun hanya bisa mengandalkan suaminya untuk pemasukan, walaupun dari dasar hatinya sangat ingin sekali bekerja seperti perempuan-perempuan di luar sana. Padahal mungkin perempuan-perempuan itu memiliki cita-cita yang ingin dicapai, tapi terpaksa menguburnya karena merasa jalannya sudah tidak ada.
Sebenarnya mereka masih punya alternatif memiliki bisnis sendiri, tapi berbisnis pun tidak mudah apabila dilakukan dengan setengah-setengah. Perempuan harus bisa membagi waktu antara keluarga dan bisnisnya. Ada juga perempuan yang tidak diizinkan bekerja oleh suaminya karena takut anak-anak jadi terlantar. Ini harus dirundingkan dengan baik agar tidak menimbulkan pertengkaran yang serius.
Masalah pengendalian emosi
Pasangan yang nikah muda cenderung sering bertengkar karena sifat mereka yang masih labil. Mereka belum dewasa, belum banyak pengalaman, sehingga pengendalian emosi pun masih terasa kurang.
Pengendalian emosi ini sangat penting. Bukan berarti kamu tidak boleh marah. Kalau ada sesuatu yang terasa salah, kamu boleh marah, tapi akan lebih baik jika kemarahan itu diarahkan pada sesuatu yang tepat.
Berumah tangga menuntutmu menjadi orang yang bertanggung jawab. Jadi, marahlah dengan bertanggung jawab pula. Dalam berumah tangga jika terus bertengkar tanpa ada penyelesaian, maka ujung-ujungnya pun bakal berpisah.
Perceraian yang tinggi
Karena masalah-masalah di atas, perceraian tinggi terjadi di antara pasangan yang nikah muda pun tidak dapat dihindari. Yang paling merasakan dampak dari perceraian biasanya adalah anak. Padahal anak-anak yang masih kecil sangat membutuhkan peran kedua orang tuanya untuk berkembang dengan baik.
Perceraian memang diperbolehkan, tapi banyak yang bisa dilakukan agar tidak bercerai, salah satunya adalah untuk menikah di waktu yang tepat dan penuh persiapan.
Semua orang rasanya ingin menikah hanya sekali seumur hidupnya. Pasalnya terkadang mendapatkan pasangan yang langsung klop dan bisa bertahan dalam waktu yang lama itu tidak begitu mudah. Sebelum menikah, banyak yang harus dipikirkan, jadi intinya harus siap secara fisik dan secara mental terlebih dahulu.
Pernikahan di usia muda bukanlah solusi yang tepat untuk membuat kehidupan jadi lebih baik. Malah tantangannya jauh lebih banyak, dan tidak hanya menguras tenaga, tapi pikiran juga. Kalau tidak siap, maka akan bubar sebelum waktunya.
Tidak perlu mempermasalahkan pernikahan yang katanya terlambat. Pernikahan tidak ada yang terlambat. Pernikahan yang langgeng harus dipersiapkan dengan baik bersama orang yang tepat pula.