Ajaib.co.id – Dalam sebuah perusahaan penyusutan aset merupakan hal yang tidak terhindarkan. Untuk operasionalisasi perusahaan, penyusutan aset tidak hanya sekali namun akumulatif. Secara sederhana, akumulasi penyusutan adalah pengurangan yang bersifat simultan atau periodik, karena usia pemakaian atau nilainya.
Aset dalam sebuah perusahaan merupakan sesuatu yang sangat penting. Aset ini menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Selain itu, aset pun sebagai bentuk representatif dari tingkat produktivitas perusahaan. Sehingga semakin besar atau tingginya aset yang dimiliki perusahaan, maka produktivitas perusahaan pun akan semakin tinggi.
Namun, aset tidak mempunyai nilai tetap. Hal ini berarti, aset bisa mengalami penurunan nilai dari tahun ke tahun, dengan nilai buku aset yang tidak lagi sama dengan harga belinya.
Penurunan nilai tersebut contohnya bisa terjadi pada mesin pabrik atau kendaraan. Kedua aset tersebut adalah aset yang mendukung kelancaran operasional atau kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Setelah digunakan beberapa tahun, aset-aset tersebut, nilai bukunya akan mengalami penurunan. Hal ini yang disebut dengan penyusutan.
Pengertian Akumulasi Penyusutan
Secara definisi, akumulasi penyusutan adalah jumlah total dari biaya aset yang sudah dialokasikan ke beban penyusutan sejak aset mulai digunakan. Akumulasi penyusutan ini terdiri pada aset yang dibangun misalnya berupa bangunan, perabotan, peralatan kantor, mesin, kendaraan, perlengkapan dan lain sebagainya.
Dalam sistem akuntansi, akumulasi penyusutan adalah bagian dari akun kontra aset. Hal ini berarti, akun tersebut keseimbangan dari kredit yang mengurangi nilai aset secara keseluruhan. Akun akumulasi penyusutan ini dikreditkan saat beban penyusutan didebit pada setiap periode akuntansi.
Apa dampaknya? Adanya penyusutan atau depresiasi aset ini membuat suatu bisnis akan membebankan sebagian dari nilai aset modal setiap tahun selama berjalannya masa manfaat aset tersebut. Hal ini berarti pada tiap tahunnya, aset yang dikapitalisasi ini digunakan dan menghasilkan pendapatan, sementara untuk biaya atas penggunaan aset akan dicatat.
Sementara itu, pengurangan dari biaya perolehan aset dengan akumulasi penyusutannya akan menghasilkan sebuah nilai buku. Hal ini juga disebut dengan nilai yang tercatat sebagai aset. Terkait dengan hal ini, saldo kredit pada akun akumulasi penyusutan tidak bisa melebihi saldo debit pada akun aset terkait. Di akhir masa manfaat aset, nilai tercatatnya di neraca akan sesuai dengan nilai sisa.
Secara sederhana, penyusutan aset atau depresiasi menunjukkan adanya perubahan nilai aset bisnis. Kebutuhan dari ada penyusunan nilai aset ini merupakan suatu cara untuk menyebarkan biaya aset bisnis selama masa manfaat dari aset tersebut.
Contoh Akumulasi Penyusutan
Untuk lebih memahami lebih jelas, berikut contoh dari akumulasi penyusutan.
Ada sebuah perusahaan yang membeli sebuah mesin produksi dengan harga Rp100 juta kemudian menetapkan besaran beban penyusutan sebesar Rp18 juta selama 5 tahun. Maka setiap tahunnya, akun akumulasi penyusutan akan dikreditkan sebesar Rp18 juta.
Setelah selama tiga tahun, saldo akumulasi penyusutan akan menjadi saldo kredit sebesar Rp54 juta, sehingga nilai buku mesin produksi menjadi Rp46 juta.
Keberadaan biaya atau beban penyusutan aset bisnis ini menunjukkan hilangnya nilai aset secara bertahap pada setiap tahunnya. Hal ini memiliki arti, nilai buku aset tidak akan sama dengan nilai saat pembelian aset karena sudah dimanfaatkan selama beberapa tahun, namun cenderung menurun.
Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan
Cara menghitung akumulasi penyusutan aset sebetulnya tidak ada formula perhitungan dengan standar baku tertentu. Kendati demikian, berikut ini terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghitung akumulasi penyusutan aset:
Metode garis lurus
Metode yang pertama adalah garis lurus, ini bisa dikatakan sebagai cara paling mudah dalam menghitung akumulasi penyusutan. Jika kamu menggunakan metode ini, maka aset terdepresiasi dengan jumlah yang sama pada setiap tahun selama sisa umur manfaatnya.
Di bawah ini langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung akumulasi penyusutan dengan metode garis lurus ini, yakni:
- Melakukan pengurangan nilai sisa aset atau nilai buku aset setelah semua penyusutan dibebankan sepenuhnya dari harga beli aset. Ini dilakukan untuk menentukan jumlah yang bisa disusutkan.
- Kemudian, hasil yang didapatkan dari langkah 1 tersebut dibagi dengan jumlah tahun dalam masa manfaat aset untuk memperoleh penyusutan tahunan.
Adapun formulasi penghitungan akumulasi penyusutan lewat metode garis lurus bisa dirumuskan sebagai berikut:
Penyusutan tahunan = (Harga pembelian – Nilai sisa)/Tahun dalam masa manfaat
Dengan contoh kasus seperti ini, sebuah perusahaan membeli kendaraan untuk operasional dengan harga Rp120 juta. Kemudian kendaraan tersebut mempunyai nilai sisa sebesar Rp40 juta dan masa manfaat selama 10 tahun. Lalu berapa penyusutan tahunannya?
Penyusutan tahunan = (Rp120 juta – Rp40 juta)/10 tahun
= Rp8 juta
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menunjukkan, kendaraan telah terdepresiasi sebesar Rp8 juta setiap tahunnya.
Metode selanjutnya yang bisa diaplikasikan dalam menghitung akumulasi penyusutan ialah saldo menurun ganda.
Cara ini memperlihatkan kalau penyusutan aset bisa terjadi lebih awal dalam usia asetnya. Hal ini berarti, aset terdepresiasi lebih cepat pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Akumulasi penyusutan = (Harga pembelian – Nilai sisa) x (1/Tahun masa manfaat) x 2
Contoh kasusnya, sebuah perusahaan Abadi membeli kendaraan dengan harga Rp150 juta. Dengan nilai sisa aset sebesar Rp50 juta, dan masa manfaat selama 10 tahun. Berapa akumulasi penyusutannya?
Akumulasi penyusutan = (Rp 150 juta – Rp 50 juta) x (1/10) x 2
= Rp 20 juta
Bisa dilihat dari perhitungan tersebut, pada tahun pertama, terdapat biaya penyusutan tahunan kendaraan adalah yang mencapai Rp20 juta. Dalam rangka menghitung penyusutan di tahun yang ke-2, maka kurangi total biaya penyusutan dari harga pembelian, lalu gunakan rumus yang sama seperti sebelumnya.
Akumulasi penyusutan tahun ke-2 = (Rp 130 juta – Rp 50 juta) x (1/10) x 2
= Rp 16 juta
Maka didapatkan biaya penyusutan kendaraan di tahun yang ke-2 adalah sebesar Rp16 juta. Kamu bisa menggunakan cara dan rumus yang sama untuk menghitung biaya penyusutan di tahun ke-3 dan seterusnya.