Ajaib.co.id – Apa yang terbersit dalam pikiran kamu ketika membahas mengenai Sinarmas? Perusahaan kertas? Perusahaan asuransi? Layanan keuangan atau perusahaan kelapa sawit? Lebih dari itu, Sinarmas Grup memang menguasai berbagai sendi kehidupan kita.
Sinarmas Grup didirikan oleh taipan fenomenal yakni Eka Tjipta Widjaja, imigran yang berasal dari Quanzhou, China yang mencoba berbagai macam bisnis semasa mudanya mulai dari tepung terigu, semen dan sebagainya hingga akhirnya bisa sesukses saat ini. Dengan total kekayaan US$8 miliar, Eka Tjipta menduduki peringkat ketiga orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes pada tahun 2011. Adapun, pada tahun 2019, ia meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
Salah satu perusahaan awal yang didirikannya, cikal bakal Sinarmas Grup adalah PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), perusahaan yang awalnya bergerak di bidang bahan kimia. Tak cukup puas dengan bisnis bahan kimia, Eka juga memperluas bisnisnya di bidang agribisnis, cikal bakal dari Golden Agri-Resurces Ltd (GAR) dengan anak usaha PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), sebelum akhirnya melakukan diversifikasi dengan melebarkan sayap ke pasar layanan keuangan.
Kinerja Keuangan Emiten Sinarmas Grup
Hingga minggu pertama bulan Februari, belum ada satupun emiten yang terafiliasi dengan Sinarmas Grup merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2020. Dengan demikian, kinerja keuangan yang akan dibahas adalah berdasarkan data pada laporan keuangan hingga sembilan bulan pertama tahun 2020.
*laporan keuangan INKP, TKIM, DSSA, DOID, GEMS adalah dengan denominasi dolar AS yang dikonversikan dengan kurs Jisdor per 5 Februari yakni Rp14.062/per dolar AS
Adapun, Sinarmas Grup memiliki 13 emiten yang terdaftar sebagai perusahaan terbuka yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) yang bergerak di sektor properti dan real estate, PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM), PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) dan PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA) yang bergerak di sektor jasa keuangan dan asuransi, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) yang bergerak di sektor pertambangan, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang bergerak di sektor telekomunikasi, PT Smart Agribusiness and Food Tbk (SMAR) yang bergerak di sektor perkebunan, dan tak lupa PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang bergerak di sektor pulp dan kertas.
Hingga saat ini, terdapat dua emiten yang terpantau paling banyak memberikan kontribusi terbesar untuk Sinarmas Grup yakni PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang bergerak di bidang pulp dan kertas serta PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA) yang bergerak di bidang jasa asuransi.
Hingga September 2020, pendapatan INKP mencapai Rp30,79 triliun. Kendati INKP mengalami koreksi pendapatan sebesar 11,34 persen secara tahunan, laba bersih perseroan nyatanya meningkat 20,75 persen secara tahunan akibat dari keuntungan kurs produk ekspor, sehingga keuntungannya menjadi Rp4,04 triliun.
Di sisi lain, SMMA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 7,3 persen secara tahunan menjadi Rp28,29 triliun hingga sembilan bulan pertama tahun 2020 lalu, adapun koreksi pendapatan tersebut juga turut memperparah laba bersihnya yang ikut terjun 79,29 persen secara year-on-year menjadi hanya Rp1,17 triliun.
Secara garis besar, hampir semua emiten yang terafiliasi dengan Sinarmas Grup terimbas dampak pandemi. Meski laba bersih perusahaan penjualan kertas, TKIM, meningkat 10,35 persen secara tahunan menjadi Rp2,37 triliun, namun sister company INKP tersebut juga mengalami penurunan pendapatan sebesar 21,41 persen secara tahunan menjadi Rp9,14 triliun.
Kejutan datang dari lini bisnis keuangan grup tersebut. Bank Sinarmas dengan kode saham BSIM mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 15,8 persen secara tahunan menjadi Rp2,93 triliun, Keuntungan dari penjualan efek yang diperdagangkan dan keuntungan lain-lain serta mata uang asing membuat laba bersih perseroan ikut terdongkrak dari yang sebelumnya hanya Rp10,54 miliar pada September 2019 menjadi Rp98,76 miliar pada September 2020.
Menariknya, emiten pertambangan milik grup tersebut GEMS berhasil mencatatkan kinerja yang apik dari sisi pendapatan dan laba bersih dengan raihan masing-masing Rp11,02 triliun dan Rp899 miliar, padahal sister company-nya yakni DOID dan DSSA masih membukukan koreksi baik dari sisi penghasilan maupun laba bersih.
Setali tiga uang, kinerja terburuk dipikul oleh perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate, yang mana BSDE, DMAS, dan DUTI kompak mencatatkan kinerja negatif hingga sembilan bulan pertama tahun 2020.
Dua emiten yang terafiliasi dengan Sinarmas Grup yakni FREN yang bergerak di bidang telekomunikasi dan DOID yang bergerak di sektor batubara mencatatkan rugi masing-masing Rp1,75 triliun dan Rp52 miliar.
Kinerja Saham
Hingga saat ini, emiten dengan kontribusi terbesar kedua untuk grup yakni SMMA tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi terbesar di antara 13 emiten grup Sinarmas Grup yakni sebesar Rp76,41 triliun, diikuti dengan emiten dengan kontribusi pendapatan pertama bagi grup yakni TKIM dengan kapitalisasi pasar yang tak jauh berbeda yaitu sebesar Rp76,18 triliun.
Jika kamu menganut paham value investor, ada baiknya menanamkan saham pada emiten Sinarmas Grup berkapitalisasi besar yang konsisten mencatatkan laba. Berdasarkan harga penutupan perdagangan Jumat, 5 Februari 2021, emiten INKP dan TKIM tercatat mengalami kenaikan harga saham masing-masing 105,54 persen dan 81,90 persen jika ditarik dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Nah, kalau kamu juga ingin berinvestasi saham-saham afiliasi Sinarmas Grup yang menarik, kamu juga bisa melirik platform investasi online Ajaib yang bisa kamu akses melalui Apple App Store dan Google Play. Selamat berinvestasi!