Mulai berinvestasi sejak dini itu perlu. Mengapa? Temukan jawabannya dalam ulasan yang telah redaksi Ajaib himpun ini.
Menghasilkan uang di masa kini tidak harus melulu lewat cara konvensional dengan bekerja kantoran. Menghasilkan uang di masa kini juga tidak harus menunggu keluarnya ijazah S1 atau selesai pendidikan tinggi lainnya. Industri keuangan moderen telah memungkinkan peluang penanaman modal yang dapat menguntungkan si penanam dan penerima, yaitu investasi.
Bagi mereka yang sebelumnya telah mendengar istilah investasi, mungkin membayangkan investasi sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks dan membutuhkan modal besar. Memang tidak sepenuhnya salah, bahwa keseluruhan proses investasi terbilang rumit dan membutuhkan perhitungan serta, tidak jarang, modal yang besar.
Meski begitu, apabila anggapan tersebut terlalu digeneralisir, dapat berubah menjadi sangat salah. Pada dasarnya, semua orang dapat berinvestasi. Bahkan, investasi tersebut dapat dimulai sejak dini. Investasi tidak harus dengan modal yang besar, investasi termurah dapat dimulai dengan modal dibawah Rp100.000.
Selain itu, investasi tidak berarti anda harus datang ke pasar saham atau bursa indeks, sebab investasi kini dapat dilakukan secara online. Macam-macam investasi yang bisa dilakukan akan dibahas lebih lanjut nanti.
Mengapa Perlu Berinvestasi Sejak Dini?
Sebelum mulai berinvestasi, pahami lagi mengapa anda mau berinvestasi. Jawaban simpelnya tentu saja meraih keuntungan. Tetapi selain itu, inflasi menjadi salah satu alasan utama mengapa anda harus berinvestasi dan tidak bisa berdiam diri saja. Inflasi sendiri adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus yang dipengaruhi banyak sekali faktor. Misal, pada tahun 2000, dengan Rp100 anda bisa mendapatkan dua buah permen.
Sekarang, dengan Rp100 anda tidak akan mendapatkan permen. Biasanya, baru dengan Rp500 anda bisa mendapatkan dua atau tiga permen. Dengan kata lain, semua uang yang anda diamkan mengalami pengurangan nilai terus-menerus. Oleh karena itu, melakukan investasi menjadi teramat sangat penting.
Investasi yang paling mudah dan dilakukan oleh banyak orang adalah menyimpan uangnya di bank. Meski begitu, investasi di bank memiliki return rate yang sangat kecil dan hampir tidak menguntungkan sama sekali.
Misal, jika anda menabung seperti biasa di bank, bunga yang anda dapat hanya berada di kisaran 1-3%. Beberapa bank bahkan memberi bunga dibawah 1%. Jika anda membuat deposito, anda akan mendapat bunga sekitar 5-10%. Semakin panjang jangka deposito anda, semakin besar bunganya.
Secara umum, bunga dibawah 5% tidak memberikan anda keuntungan, tetapi hanya membantu anda menghadapi inflasi. Menurut Bank Indonesia (BI), inflasi 2019 rata-rata berada di angka 3%. Pemerintah dan BI berusaha mengendalikan inflasi sebaik mungkin agar tidak terlalu tinggi, tetapi juga kondusif bagi perekonomian. Sewaktu-waktu, mungkin saja inflasi melonjak tinggi dan menjatuhkan nilai mata uang rupiah. Oleh karena itu, kita sangat diperlukan investasi selain bank yang lebih menguntungkan.
Tiga Profil Risiko Investor dan Strategi Investasi
Dalam investasi berlaku prinsip high risk high return, low risk low return. Itulah mengapa investasi di bank yang sangat aman dan bahkan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tidak terlalu menguntungkan. Investasi yang lebih menguntungkan, tentu saja, memiliki risiko yang lebih besar juga. Memahami kemampuan anda menghadapi risiko dan meraup keuntungan menjadi penting dalam merancang stretagei investasi anda.
Dari pengamatan terhadap risiko investasi, ditemukan tiga profil risiko investor, yaitu tipe konservatif, moderat, dan agresif. Pertama, investor tipe konservatif memiliki kemampuan menghadapi risiko yang rendah, cenderung menghindari risiko.
Kedua, investor tipe moderat memiliki ciri siap menerima gejolak investasi dalam jangka pendek. Ketiga, investor tipe agresif, yaitu mereka yang siap menerima risiko besar dan terburuk dari sebuah investasi. Setelah memahami karakter investasi tersebut, baru anda bisa mulai memilih instrumen yang sesuai dengan profil risikonya.
Pertama, bagi investor tipe konservatif, disarankan investasi dengan instrumen logam mulia alias emas, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan reksa dana pasar uang. Misal, untuk investasi emas dapat dilakukan lewat instansi resmi pemerintah atau secara online.
Instansi resmi Persero seperti PT Pegadaian dan PT Aneka Tambang (Antam) memungkinkan pembelian emas mulai dari 0,01 gram yang dapat dibeli dengan harga kurang dari Rp10.000. Sementara itu, banyak juga fasilitas investasi online melalui aplikasi seperti Ajaib, yang juga dapat dimulai dengan modal Rp10.000 saja dan sangat mudah.
Sedangkan untuk ORI, investor harus mengikuti jadwal penerbitan ORI oleh Kemenkeu. Pemerintah telah menerbitkan ORI016 pada Oktober lalu. Instrumen itu menawarkan kupon tetap sebesar 6% per tahunnya. Dengan sasaran pasar ritel, maka pembelian minimal ORI016 dipatok sebesar Rp1 juta hingga maksimum Rp3 miliar.
Terakhir, untuk investor konservatif juga terdapat reksa dana. Produk reksa dana pasar uang memiliki aset investasi underlying 100% di instrumen pasar uang, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan surat utang (obligasi) yang jatuh tempo di bawah satu tahun.
Kedua, bagi investor tipe moderat, disarankan investasi dengan instrumen reksa dana pendapatan tetap (fix income), reksa dana campuran, ORI maupun Sukuk Ritel (sukri). Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang menempatkan investasinya kurang lebih 80 persen dalam bentuk efek obligasi, baik yang diterbitkan pemerintah maupun perusahaan.
Sementara itu, reksa dana campuran adalah reksa dana yang memiliki kombinasi investasi dari berbagai instrumen yakni pasar uang, obligasi dan saham. Terakhir, Sukri adalah produk Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk) yang diterbitkan pemerintah RI dan dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar Perdana dalam negeri.
Terakhir, bagi investor tipe agresif yang berani mengambil risiko tinggi, disarankan investasi dengan instrumen saham dan reksa dana saham. Untuk saham, investor bisa membeli dengan modal hanya Rp100 ribu melalui perusahaan sekuritas. Perhitungan dalam membeli saham adalah minimal 1 lot, yaitu harga saham dikali 100 saham.
Meski begitu, kita harus berhati-hati dalam memilih perusahaan sekuritas yang akan mengelola aset anda. Cara paling mudah menilai kredibilitas aset manajemen dan perusahaan sekuritas adalah melihat peringkat manajer investasi dan perusahaan sekuritas melalui media. Perusahaan yang namanya masuk dalam daftar, dipastikan telah melewati proses seleksi dan penilaian oleh lembaga resmi, sehingga terjamin.
Dengan demikian, memahami tiga profil risiko investor anda menjadi penting untuk memilih instrumen investasi yang akan anda gunakan dalam berinvestasi sejak dini. Setelah itu, baru mulai menyusun strategi dalam melakukan investasi anda. Mulai saja dari yang kecil, sambil memantau perkembangan dan menambah investasi pada produk yang dinilai lebih menguntungkan. Mudah bukan? Yuk, mulai berinvestasi sejak dini.