Berita

Stimulus Baru Ditebar, Bursa Global Merespon Positif

ekonomi moneter

Ajaib.co.id – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (24/4/2020) waktu AS menandatangani paket stimulus baru senilai US$ 484 miliar. Hal ini memberi dampak cukup positif bagi bursa saham utama di tingkat global.

Bursa saham AS menguat merespon gelontoran stimulus tersebut. Sementara bursa utama Asia pada awal pekan juga menguat merespon kebijakan tersebut.

Paket stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah AS tersebut menjadi yang ke-4, termasuk stimulus jumbo US$ 2 triliun yang digelontorkan sebelumnya. Total stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah AS untuk penanganan Covid-19 nyaris US$ 3 triliun.

Dana sebesar US$ 370 miliar nantinya akan diperuntukan bagi UMKM, kemudian US$ 75 miliar untuk rumah sakit dalam rangka pengobatan pasien yang terpapar virus corona (Covid-19), dan sekitar US$ 25 miliar untuk perluasan tes COVID-19.

Selain AS, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) mulai melakukan program pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas guna meredam gejolak di pasar keuangan karena dampak penyebaran Covid-19.

Sebelumnya, pimpinan BOJ Haruhiko Kuroda menetapkan nilai QE sebesar 80 triliun yen per tahun. Akhirnya ketentuan tersebut dihilangkan, sehingga Jepang akan melakukan QE tanpa batas.

Kebijakan tersebut hampir sama dengan yang dilakukan bank sentral AS (The Fed). Pada Maret 2020 lalu, the Fed mengumumkan melakukan pembelian aset berapa pun yang diperlukan.

Stimulus fiskal di Tingkat Global Belum Cukup Melawan Corona

Setidaknya sudah lebih dari US$ 8 triliun digelontorkan sebagai stimulus untuk melawan penyebaran Covid-19. Ternyata, nilai stimulus itu dipandang belum cukup. Malahan semakin hari terjadi kesenjangan dan ekonomi global semakin memburuk.

Kontan memberitakan, kesenjangan terjadi antar negara, negara-negara kaya mempunyai akses untuk mendapatkan pendanaan. Sementara negara miskin dan berkembang gagal menghimpun dana untuk stimulus ekonomi.

Misalnya, Jerman dan Italia dapat mengalokasikan lebih dari 30% PDB untuk belanja langsung, jaminan bank, memberikan stimulus pinjaman dan ekuitas untuk bentuan senilai US$ 1,84 triliun.

Sementara negara-negara di Amerika Latin, dan Afrika justru gagal menghimpun stimulus fiskal untuk mencapai beberapa miliar dollar AS saja.

“Pemerintah di seluruh dunia memang memiliki dukungan fiskal, namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Sementara ‘bazoka fiskal’ memang cuma bisa dilakukan negara maju, pemerintah pasar berkembang tak memiliki amunsi dan ruang fiskal semacam itu. Paket fiskal mereka lebih seperti pistol air daripada bazokal,” kata Ekonom Senior Maybank Kim Eng Research Chua Hak Bin dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/4).

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath juga telah berulang kali menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara berkembang memiliki lebih sedikit ruang kebijakan dan infrastruktur yang kurang canggih untuk mengelola wabah di negara mereka.

Adapun dari nilai US$ 8 triliun total stimulus fiskal tersebut, paling banyak dialokasikan sebagai jaminan bank di negara maju. Prancis dan Spanyol misalnya masing-masing mengalokasikan US$ 300 juta dan US$ 100 juta.

Sementara total dana yang digelontorkan AS menghadapi pandemi ini mencapai US$ 2,3 triliun.

Afrika Selatan, satu-satunya negara G-20 dari Afrika juga berhasil mendorong dukungan fiskalnya menjadi US$ 26 miliar. Meskipun tetangga-tetangganya di Afrika mengalami kesulitan yang nyata.

Dana Stimulus Untuk Tangani Dampak Covid-19 di Indonesia Belum Cukup

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, besaran anggaran senilai Rp 405,1 triliun tidak akan cukup untuk menangani wabah virus Corona (Covid-19) di Indonesia.

“Apakah akan cukup? Terus terang kami ragu itu akan cukup. Pemerintah akan siap-siap juga kalau ini tidak cukup lalu apa yang harus dilakukan,” kata Febrio di dalam telekonferensi daring kepada Kontan, Senin (20/4/2020).

Sebelumnya, pemerintah telah meluncurkan paket stimulus ketiga untuk menangani dampak dari wabah Corona terhadap perekonomian negara. Alokasi anggaran yang diberikan adalah senilai Rp 405,1 triliun dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020.

Rinciannya, Rp 75 triliun untuk penanganan di bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk jaring pengaman sosial (social safety net), Rp 70,1 triliun untuk dukungan kepada industri, serta Rp 150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.

“Kami ragu anggarannya akan cukup, karena memang tanda-tanda yang kita lihat cukup mengkhawatirkan. Jadi kita memang harus antisipasi,” kata Febrio.

Ia juga mengungkapkan bahwa stimulus bagi program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 150 triliun, akan difokuskan untuk membantu sektor sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bahkan, relaksasi untuk sektor UMKM ini akan dirilis dalam waktu beberapa hari mendatang.

Febrio mengatakan, relaksasi untuk sektor UMKM ini akan ada dalam bentuk tambahan subsidi selisih bunga. Namun, ia tidak merinci lebih lanjut bagaimana formulasi dari subsidi yang diberikan.

Artikel Terkait