Sekarang, kamu tidak perlu jadi kaya untuk memahami cara pikir orang kaya dalam menentukan reksa dana mana yang ingin mereka investasikan. Pada pembahasan kali ini, kamu akan mempelajari faktor-faktor yang menjadi basis pemikiran orang kaya, serta alasan di balik pengambilan keputusan investasi reksa dana.
Mengidentifikasi Tujuan dan Toleransi Risiko Investasi
Sebelum berinvestasi dalam reksa dana apa pun, kamu harus mengidentifikasi tujuan investasi terlebih dahulu. Apakah tujuannya untuk mendapatkan pengembalian modal jangka panjang, atau pengembalian modal secepat mungkin? Apakah hasil investasinya mau dipakai untuk bayar uang pendidikan (sekolah/kuliah), atau untuk biaya pensiun beberapa dekade yang akan datang?
Mengidentifikasi tujuan investasi menjadi langkah penting untuk membantu menjatuhkan pilihan antara 800 reksa dana yang tersedia. Kamu juga wajib mempertimbangkan toleransi risiko pribadi. Bisakah kamu menerima perubahan drastis dalam nilai portofolio investasi? Haruskah kamu memilih investasi yang lebih konservatif?
Risiko dan pengembalian dalam produk investasi pasar modal berbanding lurus. Artinya, makin tinggi risiko, makin tinggi pengembaliannya. Jadi, akan sangat bermanfaat bila kita bisa menyeimbangkan antara tingkat pengembalian dan risiko yang bisa kita tolerir.
Terakhir, jangka waktu investasi juga harus kamu tentukan. Berapa lama dana investasi bisa ditahan (tidak dicairkan)? Apakah kamu berencana untuk mencairkan dana dalam waktu dekat? Beberapa reksa dana mengenakan biaya penarikan dana jika kamu berinvestasi jangka pendek. Karena itu, jangan lupa memastikan kamu sudah membaca informasi terkait reksa dana tersebut.
Nah, kamu juga bisa menghindari biaya tersebut dengan berinvestasi jangka panjang, idealnya lima tahun. Beberapa reksa dana terbukti memiliki performa lebih optimal bila modal ditanamkan jangka panjang, contohnya Shinhan Dana Saham (Shinhan Equity Growth), yang puncak performanya diperoleh justru setelah beberapa tahun berinvestasi (periode Jan 2016-Jan 2020).
Gaya dan Tipe Investasi Reksa Dana
Tujuan utama reksa dana saham adalah pengembangan modal. Jika kamu berencana untuk berinvestasi demi kebutuhan jangka panjang, kuat menghadapi risiko maupun volatilitas, reksa dana yang dapat mengembangkan modal jangka panjang mungkin merupakan pilihan yang baik.
Sebagian besar portofolio dari reksa dana ini biasanya sebagian terdiri atas saham biasa, dan, karenanya, dianggap berisiko. Mengingat tingkat risiko yang lebih tinggi, mereka menawarkan potensi pengembalian yang lebih besar dari waktu ke waktu. Guna mendapatkan pengembangan modal yang optimal, investasi pada reksa dana jenis ini harus ditahan selama lima tahun atau lebih.
Jika di bawah lima tahun, kamu mengharapkan untuk meraih penghasilan dari investasi, reksa dana obligasi mungkin merupakan pilihan yang lebih baik. Reksa dana ini biasanya membeli obligasi dan instrumen utang lain yang membayar bunga secara teratur. Reksa dana ini seringkali memiliki volatilitas yang jauh lebih kecil, tergantung pada jenis obligasi dalam portofolio mereka.
Korelasinya cenderung rendah atau negatif terhadap pasar saham. Artinya, meskipun performa pasar saham turun, belum tentu obligasi ikut turun. Oleh karena itu, reksa dana obligasi dapat menjadi pilihan diversifikasi dalam portofolio. Kendati demikian, reksa dana obligasi tetap memiliki risiko, yakni:
- Risiko suku bunga: obligasi sensitif terhadap perubahan suku bunga. Ketika suku bunga naik, harga obligasi turun.
- Risiko kredit: emiten memiliki kemungkinan untuk dapat menurunkan peringkat kreditnya. Risiko ini berdampak buruk pada harga obligasi.
- Risiko wanprestasi: adalah kemungkinan bahwa penerbit obligasi wanprestasi (ingkar) atas kewajiban utangnya.
Meskipun memiliki risiko-risiko tersebut, akan lebih baik jika kamu juga memasukkan reksa dana obligasi guna diversifikasi portofolio.
Ada kalanya seorang investor memiliki kebutuhan jangka panjang, tetapi tidak mau atau tidak dapat mengambil risiko yang besar. Oleh karena itu, alternatif terbaiknya adalah reksa dana campuran yang berisi saham dan obligasi sekaligus.
Biaya
Penting untuk melihat beban operasional (expense ratio) manajer investasi, guna memberikan pencerahan terkait biaya penjualan reksa dana. Beban operasional adalah persentase total aset reksa dana yang dibebankan untuk menutup biaya operasional reksa dana. Semakin tinggi rasio beban operasionalnya, semakin rendah pengembalian investor pada akhir tahun.
Manajemen Aktif vs. Pasif
Tentukan apakah kamu ingin reksa dana yang dikelola secara aktif atau pasif. Reksa dana yang dikelola secara aktif memiliki manajer portofolio yang membuat keputusan tentang instrumen investasi dan aset mana yang akan dimasukkan dalam dana kelolaan mereka.
Para manajer ini melakukan banyak penelitian tentang aset, serta mempertimbangkan sektor industri, fundamental perusahaan, tren ekonomi, dan faktor ekonomi makro ketika membuat keputusan investasi. Reksa dana aktif akan berusaha mengungguli performa indeks patokan, tergantung pada jenis reksa dana. Biayanya sering kali lebih tinggi untuk reksa dana aktif, dengan rasio 0,5% hingga 5%.
Reksa dana yang dikelola secara pasif, atau sering disebut reksa dana indeks, berupaya melacak dan menduplikasi kinerja indeks acuan mereka. Biaya umumnya lebih rendah daripada dana yang dikelola secara aktif, dengan beberapa rasio pengeluaran serendah 0,5%.
Pasalnya, reksa dana pasif jarang memperdagangkan aset mereka, kecuali jika komposisi indeks acuan berubah. Itulah yang menyebabkan beban operasionalnya rendah, yang disebabkan oleh rendahnya biaya perdagangan aset. Reksa dana yang dikelola secara pasif juga dapat memiliki ratusan saham dalam portofolio, sehingga terdiversifikasi dengan baik.
Pengaruh Biaya Manajemen
Ketika ingin menghasilkan kekayaan melalui investasi reksa dana, penting untuk mempertimbangkan dampak beban operasional reksa dana. Secara umum, reksa dana yang dikelola lebih aktif, seperti obligasi dengan pengembalian tinggi dan reksa dana saham, cenderung memiliki beban operasional lebih tinggi, yang pada akhirnya tercermin melalui biaya jual-beli reksa dana.
Jika beban operasional reksa dana sangat tinggi, keuntungan tahunanmu dapat berkurang secara substansial. Ada manajer investasi dan pialang di luar sana yang memiliki tujuan untuk menekan biaya dan memastikan bahwa investor tahu persis apa yang mereka dapatkan dan bayar.
Ada juga yang mencoba untuk mencocokkan pasar ketika sedang naik, dan mempertahankan performanya ketika pasar sedang turun. Ini dapat dilakukan melalui alokasi aset dan manajemen portofolio yang sangat berhati-hati. Mungkin tidak banyak perusahaan yang beroperasi dengan cara ini. Namun, perusahaan-perusahaan seperti ini layak untuk dicari, meskipun akan memakan waktu dan tenaga dalam proses pencariannya.
Mengevaluasi Manajer Investasi & Kinerja Historis
Penting untuk meneliti kinerja historis, terlepas dari apapun jenis investasinya. Untuk itu, berikut ini adalah daftar pertanyaan yang harus ditanyakan oleh calon investor saat meninjau rekam jejak reksa dana: Apakah manajer investasi memberikan hasil yang konsisten dengan pengembalian pasar secara umum? Apakah reksa dana lebih fluktuatif daripada indeks acuan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu akan memberikan wawasan tentang kinerja manajer investasi dalam kondisi tertentu, dan menggambarkan tren historis pengembalian reksa dana.
Sebelum membeli unit reksa dana, sebaiknya jangan lalai meninjau prospektus investasi. Prospektus reksa dana harus memberikan gambaran tentang prospek reksa dana dan kepemilikannya di tahun-tahun mendatang. Tentu harus ada didiskusikan juga mengenai industri secara umum, dan tren pasar yang dapat memengaruhi kinerja reksa dana.
Sejarah Belum Tentu Terulang Kembali
Tentu kita semua sudah pernah mendengar peringatan ini: “kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan.” Namun melihat berbagai pilihan reksa dana, sulit untuk mengabaikan bahwa banyak di antara mereka yang mampu menjadi yang terdepan dalam beberapa tahun terakhir.
Mengapa kinerja masa lalu begitu tidak dapat diandalkan? Tidakkah manajer investasi unggulan tinggal mengulangi saja kinerja mereka tahun demi tahun? Beberapa reksa dana yang dikelola secara aktif dapat menjadi yang terbaik secara konsisten setiap tahun, dan dalam jangka waktu yang lama. Namun, mereka yang ahli di bidangnya pernah, atau akan, mengalami tahun-tahun yang buruk.
Bahkan manajer investasi yang sukses pernah mengalami periode kinerja kurang baik yang berlangsung selama 2-3 tahun. Ada alasan mendasar untuk tidak mengejar pengembalian tinggi. Jika kamu membeli saham yang melampaui harga pasar, katakanlah, saham yang naik dari Rp1.000 menjadi Rp1.400 per saham dalam setahun, bisa jadi harga aslinya hanya Rp1.200. Setelah pasar menyadari bahwa saham tersebut terlalu banyak dibeli, koreksi pasti terjadi, sehingga harganya turun kembali.
Hal yang sama berlaku juga untuk reksa dana, yang sebenarnya hanyalah sebuah wadah berisi saham atau obligasi. Jika kamu membeli tepat setelah harga naik, seringkali penurunan harga terjadi setelahnya.
Melihat Hal yang Penting
Ketimbang melihat kinerja historis terbaru, sebaiknya investor mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi hasil masa depan. Morningstar, Inc., salah satu perusahaan riset investasi terkemuka dunia baru-baru ini memperkenalkan sistem penilaian baru berdasarkan lima P: Process, Performance, People, Parent, dan Price. Melalui sistem penilaian baru ini, berikut yang perlu menjadi perhatian:
- Rasio biaya perusahaan
- Tinjauan umum kepemilikan investasi
- Biografi tim manajemen
- Keterampilan kepengurusan perusahaan
- Sudah berapa lama perusahaan berdiri
Sistem peringkat yang dicetuskan oleh Morningstar ini cukup baik agar investor dapat merasakan betapa kuatnya kinerja reksa dana.
Kesimpulannya, suatu reksa dana layak dibeli jika memiliki campuran karakteristik berikut: rekam jejak jangka panjang (bukan jangka pendek) yang baik, membebankan biaya yang cukup rendah dibandingkan dengan perusahaan setara, berinvestasi dengan pendekatan yang konsisten dan memiliki tim manajemen yang telah ada sejak lama.
Kesimpulan
Memilih reksa dana mungkin tampak sulit dan menakutkan. Tenang, proses ini akan lebih mudah jika kita mau melakukan sedikit riset dan pemahaman tujuan investasi kita. Semua demi peluang keberhasilan investasi reksa dana di masa depan.
← Baca bagian kedua
Baca bagian keempat →
Tentang Penulis
Anderson Sumarli mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA) dari Stanford University, Amerika Serikat. Setelah berkarir di bidang manajemen keuangan selama bertahun-tahun, ia mendirikan Ajaib, salah satu perusahaan reksa dana online dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia. Ia memiliki visi untuk membantu sebanyak mungkin orang untuk berinvestasi, guna menghadapi inflasi. Saat ini, ia menjabat sebagai CEO di Ajaib sekaligus WAPERD.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.