Industri pengolahan nonmigas di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif, sebagaimana tercermin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Mei. PMI tersebut berada di level 50,3, menandakan bahwa industri manufaktur masih dalam fase ekspansi. Pertumbuhan ini didukung oleh produktivitas yang tetap berjalan karena pasokan bahan baku terjaga.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa meskipun terjadi perlambatan laju pertumbuhan dibandingkan bulan sebelumnya, kondisi permintaan baru dan lapangan kerja masih cukup baik. Bahkan, PMI manufaktur Indonesia pada bulan Mei melampaui negara-negara seperti Malaysia, Taiwan, Vietnam, Korea Selatan, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Amerika Serikat, serta melampaui PMI manufaktur dunia dan zona Euro.
Menperin menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia mampu menghadapi perlambatan ekonomi global yang terjadi sejak akhir tahun 2022. Perlambatan ekonomi global tersebut juga mempengaruhi daya beli konsumen dalam negeri. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Mei juga mengalami sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Agus menyatakan bahwa pihaknya fokus pada kebijakan pengoptimalan produk dalam negeri melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Realisasi belanja produk dalam negeri oleh kementerian/lembaga, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BUMN pada tahun 2022 mencapai Rp762 triliun, sedangkan target tahun ini sebesar Rp1.100 triliun.
Agus menegaskan bahwa pelaku industri manufaktur perlu memanfaatkan peluang tersebut dengan mengembangkan bisnis dan menciptakan produk berkualitas dan kompetitif. Selain itu, aksi afirmasi Bangga Buatan Indonesia (BBI) diharapkan dapat meningkatkan permintaan produk manufaktur dalam negeri. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain adalah memperjelas identifikasi kebutuhan produk belanja pemerintah, meningkatkan jumlah produk industri dalam negeri sebagai substitusi impor, meningkatkan jumlah peserta showcase dalam negeri, melakukan pembelian langsung melalui e-katalog, dan melibatkan masyarakat umum.
Agus juga menyatakan bahwa jika permintaan terhadap produk dalam negeri terus meningkat, maka PMI manufaktur dan IKI akan kembali melambung. Kementerian Perindustrian juga fokus pada kebijakan strategis lainnya seperti hilirisasi industri. Jingyi Pan dari S&P Global Market Intelligence mengomentari pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia yang melambat pada pertengahan menuju triwulan kedua. Penurunan permintaan baru disebabkan oleh kondisi ekonomi domestik dan global yang lemah. Pan menekankan pentingnya memonitor penurunan permintaan saat ini yang dapat mempengaruhi perkiraan pertumbuhan jangka pendek.
Dengan upaya yang terus dilakukan untuk mengoptimalkan produk dalam negeri dan meningkatkan permintaan domestik, diharapkan industri pengolahan nonmigas di Indonesia dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian negara.
Sumber: PMI Manufaktur Masih Ekspansif, Menperin: P3DN Perlu Terus Dioptimalkan, dengan perubahan seperlunya.