Ajaib.co.id – Semua aktivitas investasi mengandung tingkat risiko tertentu. Seperti kata pepatah, “high return, high risk“. Pemahaman tentang hal ini melahirkan dua cara dalam menanggulangi risiko investasi, yakni mengurangi risiko (risk reduction) dan menghindari risiko (risk avoidance). Apa bedanya mengurangi dan menghindari risiko investasi?
Opsi mengurangi risiko (risk reduction) adalah upaya mengurangi potensi risiko sambil tetap berinvestasi dalam aset-aset uang mengandung tingkat risiko tinggi. Sedangkan opsi menghindari risiko (risk avoidance) adalah upaya menjauhi semua aktivitas investasi yang mengandung tingkat risiko tinggi. Sepintas keduanya terdengar sama saja, tetapi sebenarnya ada beberapa perbedaan signifikan.
Upaya Menghindari Risiko Investasi
Upaya menghindari risiko investasi tidaklah sama dengan tidak berinvestasi sama sekali. Investor hanya akan menghindari efek yang mengandung ketidakpastian dan risiko tinggi, sehingga ia bakal memilih efek yang mengandung tingkat risiko sekadar yang sanggup diterimanya saja.
Misalnya investor A tertarik pada saham sebuah perusahaan migas. Dari hasil analisis awal, ia menemukan bahwa harga minyak sedang mengalami penurunan terus menerus dan belum diketahui akan merosot sampai kapan. Ia membatalkan niatnya untuk membeli saham perusahaan itu, karena tidak mau menanggung risiko yang ditimbulkan oleh penurunan harga minyak terhadap harga saham perusahaan migas tersebut.
Upaya menghindari risiko investasi dapat dilaksanakan setelah investor menempuh tiga langkah berikut ini:
- Mempelajari spesifikasi efek dan aset investasi yang diminati.
- Berlatih menggunakan platform investasi hingga mahir.
- Menganalisis latar belakang fundamental dan teknikal dari efek dan aset investasi yang diminati.
Upaya Mengurangi Risiko Investasi
Investor yang ingin mengurangi risiko akan tetap membeli aset yang mengandung risiko tinggi, tetapi menambahkan metodologi tertentu agar risikonya berkurang. Umpama sang investor A tadi tetap berinvestasi dengan membeli saham perusahaan migas yang diminatinya. Selain membeli saham perusahaan migas itu, investor A akan membeli saham perusahaan dari sektor lain juga agar tidak semua modalnya dipertaruhkan pada satu perusahaan saja.
Sebelum berupaya mengurangi risiko, investor harus terlebih dahulu memahami berapa besar risiko yang siap ditanggungnya. Evaluasi ini cukup rumit, tetapi sangat krusial. Cara paling sederhana adalah dengan menentukan berapa maksimum kerugian yang siap ditanggung, seandainya nilai efek pilihan mengalami penurunan.
Setelah mengetahuinya, barulah investor menerapkan metodologi manajemen risiko tertentu demi menghindari skenario terburuk. Beberapa metodologi itu contohnya cut loss dan diversifikasi.
- Mengurangi Risiko Investasi dengan Cut Loss
Cut loss adalah langkah menjual aset investasi yang sedang minus demi menghindari kemungkinan rugi yang lebih besar. Umpama investor B memiliki saham bank Bukopin (BBKP) dengan harga rata-rata Rp500. Pada Mei 2019, saham BBKP sempat merosot sampai sekitar Rp280. Saham BBKP tidak juga meningkat hingga beberapa bulan berikutnya dan bahkan muncul rumor tidak sedap tentang perusahaannya. Daripada mengalami kerugian lebih besar, sang investor memutuskan untuk cut loss dengan melepas saham BBKP pada harga Rp280.
- Mengurangi Risiko Investasi dengan Diversifikasi
Diversifikasi adalah langkah membeli aset investasi di berbagai sektor dengan tujuan membagi risiko menjadi beberapa bagian. Prinsipnya seperti pepatah “don’t keep all your eggs in one basket” (jangan simpan semua telurmu dalam satu keranjang). Jika salah satu keranjang jatuh, investor masih akan memiliki “telur” di beberapa keranjang lain.
Diversifikasi dapat dilakukan dengan cara mengoleksi beberapa jenis aset investasi yang sama maupun berbeda. Contohnya jika investor A yang berinvestasi pada saham perusahaan migas tadi ingin melakukan diversifikasi, maka ia dapat menambah koleksi saham perbankan, consumer goods, atau lainnya. Alternatif lain, investor A juga dapat menambah koleksi investasi dalam aset non-saham seperti obligasi pemerintah yang lebih aman.
Ini merupakan strategi paling ampuh untuk mengurangi risiko. Seandainya saham perusahaan migas nanti gagal meningkat, investor A masih bisa menikmati cuan dari saham perusahaan lain atau obligasi pemerintah yang dimilikinya. Ia juga tidak akan kehilangan semua modalnya hanya karena salah satu saham dalam portofolio mengalami kemerosotan.
Lebih Baik Mengurangi atau Menghindari Risiko?
Kamu mungkin bertanya-tanya tentang mana yang lebih baik antara menghindari risiko dan mengurangi risiko. Tapi pada prakteknya, investor perlu menerapkan keduanya sekaligus. Ada waktunya untuk mengurangi risiko, dan ada waktunya untuk menghindari risiko. Situasi pasar yang berbeda perlu disikapi dengan langkah yang berbeda pula.
Ambil contoh misalnya kamu ingin nabung saham. Dalam hal ini, kamu perlu memilih saham perusahaan-perusahaan unggulan yang sudah mapan dan rajin membagi dividen. Kamu perlu menghindari risiko dengan cara menjauhi saham-saham gocap yang tidak bermutu. Di saat yang sama, kamu sebaiknya membagi modal untuk berinvestasi pada beberapa saham sekaligus.
Risiko berinvestasi pada 2-4 perusahaan berbeda akan lebih rendah daripada berinvestasi pada 1 perusahaan saja, walaupun perusahaan itu berstatus blue chip (saham terunggul). Umpama kamu punya dana Rp100 juta lalu membaginya ke empat saham berbeda, maka kamu bisa tetap untung meski salah satunya sedang merugi.
Contoh lain misalnya kamu ingin berinvestasi dengan target mendapatkan dana cukup untuk naik haji sepuluh tahun ke depan. Kamu dapat mengurangi risiko dengan membagi modal investasi menjadi dua, sebagian untuk berinvestasi saham dan sebagian lagi dalam obligasi pemerintah atau reksa dana pendapatan tetap. Obligasi pemerintah dan reksa dana pendapatan tetap menawarkan potensi keuntungan stabil, meskipun tidak setinggi saham.