Ajaib.co.id – Indonesia adalah negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Kawasan ASEAN dengan pertumbuhan yang paling cepat. Sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia mencapai USD 40 miliar. Bahkan, laporan Temasek menyebutkan bahwa potensi pasar ekonomi digital Indonesia diprediksi akan menyentuh angka USD130 miliar tahun 2025 mendatang.
Potensi ini akan semakin berkembang karena Indonesia memiliki jumlah penduduk 267 juta jiwa dengan sumber daya manusia yang melek internet 65% tahun 2019. Selain itu, pemerintah juga membangun Palapa Ring, infrastruktur telekomunikasi yang menghubungkan lebih dari 500 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia agar potensi ekonomi digital di Indonesia semakin merata.
Dilansir dari Investor Daily, ekonomi digital memiliki dua konsep utama, yaitu Infrastructure Communication and Technology dan Internet. Dua hal ini dibagi lagi menjadi empat layer, yaitu network elements, network operator, apps and internet content, dan final consumer.
Era ekonomi digital sudah dimulai kalau semua aktivitas masyarakat sudah dilakukan secara digital. Tentunya perkembangan ini tidak akan terjadi jika tidak didukung oleh ekosistem ekonomi digital Indonesia yang baik.
Berbagai inisiatif muncul dari anak muda Indonesia yang mendirikan perusahaan rintisan (start up) adalah salah satu faktor keberhasilan dan perkembangan ekonomi digital. Indonesia kini memiliki 2.193 perusahaan rintisan dengan 1 decacorn dan 4 unicorn.
Apa saja inisiatif dan bisnis yang masuk dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia? Baca ulasannya berikut ini.
1. E-commerce
Hampir semua orang Indonesia kini punya akses untuk belanja di e-commerce, mungkin kamu adalah salah satunya. Dikutip dari GlobalWebIndex, Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi e-commerce tertinggi di dunia tahun lalu.
Bahkan, laporan dari KataData menyebutkan, 96% pengguna internet di Indonesia pernah menggunakan e-commerce.
Potensi yang besar ini tentunya membuat berbagai sektor lain turut berkembang seperti logistik, infrastruktur teknologi informasi, hingga inovasi di sistem pembayaran melalui platform digital.
Tahun ini, diprediksi bahwa e-commerce akan semakin berkembang dengan peningkatan engagement pengguna di luar Pulau Jawa didominasi oleh fesyen, consumer goods, dan produk kesehatan dan kecantikan.
2. Online Travel Agent (OTA)
Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan bahwa pasar travel online Indonesia masih akan jadi yang terdepan di Asia Tenggara. Masyarakat kini makin akrab dengan cara reservasi transportasi dan hotel saat akan berlibur melalui berbagai platform OTA yang ada di internet.
OTA mampu menggeser biro perjalanan konvensional karena punya berbagai solusi yang cocok dengan target market. Contohnya, berbeda dengan orang tua yang suka pergi secara berkelompok, anak muda tidak ragu untuk berlibur sendirian sehingga lebih bebas menentukan transportasi dan akomodasi.
OTA bisa jadi solusi untuk kebutuhan ini karena semua transaksi bisa dilakukan online ditambah promo yang menarik.
3. Financial Technology (Fintech)
Fintech adalah salah satu industri dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia yang sangat potensial. Berbagai layanan fintech yang kini sudah berkembang di Indonesia adalah peer to peer lending dan crowdfunding, market aggregator untuk pengajuan asuransi dan kartu kredit, payment, clearing, dan settlement seperti GO-PAY, OVO, dan Dana, hingga manajemen risiko dan investasi.
Fintech manajemen risiko dan investasi kini makin berkembang karena masyarakat Indonesia perlu untuk meningkatkan literasi keuangan.
Dilansir dari Katadata, 47 juta orang Indonesia masih underbanked (memiliki rekening bank, tapi tidak punya akses kredit, investasi, dan asuransi). Padahal tiga hal tersebut penting bagi perkembangan masyarakat dan industri digital.
Salah satu fintech manajemen risiko dan investasi yang ada dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia adalah Ajaib. Ajaib membuat kamu bisa melakukan investasi reksa dana mulai dari Rp10 ribu didampingi manajer investasi berpengalaman. Mudah dan simpel!
4. On Demand Services
On demand services adalah layanan jasa yang memanfaatkan teknologi untuk menghubungkan suppliers dengan pelanggan. Salah satu contoh sukses on demand services di Indonesia adalah Gojek dan Grab yang bisa memberikan solusi bagi kebutuhan pelanggan mulai dari transportasi hingga antar barang.
Gojek kini memiliki valuasi setara Rp142 triliun, 14 kali lipat dibanding Garuda Indonesia yang ada di angka Rp11,07 triliun. Hal tersebut bisa terjadi karena Gojek punya intangible asset atau aset tidak berwujud seperti keterampilan, ide, inovasi, dan brand image.
Hal itulah yang membuat teori bisnis digital berbeda dengan bisnis konvensional, begitu juga dengan potensi pengembangannya.
Selain empat jenis bisnis digital di atas, ada beberapa bisnis yang kini berkembang di Indonesia karena sudah mulai akrab dengan kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah health tech seperti Halodoc yang memudahkan masyarakat untuk berkonsultasi dengan dokter melalui teknologi.
Bisnis lain yang tak kalah potensial adalah di sektor pendidikan dengan bertumbuhnya platform bimbingan belajar online seperti RuangGuru dan Zenius yang membantu murid untuk belajar di luar sekolah. Platform ini menawarkan pilihan materi dan cara belajar yang bisa disesuaikan dengan jenjang pendidikan.
Menurut rilis Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, ekosistem ekonomi digital Indonesia akan terus ditingkatkan dengan mempermudah sumber pendanaan, memberikan pendampingan, mempermudah ekosistem kerjasama dengan lembaga investasi dunia, serta menciptakan regulasi dan birokrasi yang kondusif.
Secara makro di masa yang akan datang, ekonomi digital Indonesia akan mampu meningkatkan pemasaran produk-produk dalam negeri dan kontribusi pada masyarakat. Apalagi jika bisnis dalam ekosistem berkolaborasi satu sama lain dan makin mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan roda ekonomi.