Milenial

Manfaat Madu Bagi Pemulihan Kesehatan Penderita Covid-19

manfaat madu

Ajaib.co.id – Manfaat madu bagi kesehatan penyintas Covid-19 meliputi anti-inflamasi, antibiotik alami, anti-sembelit dan diare, anti-defisiensi nutrisi, dan anti-oksidan selama masa pemulihan.

Seberapa familiarkah kamu dengan manfaat madu bagi kesehatan? Acungan jempol jika kamu rutin mengkonsumsinya guna menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Bagi yang menyukainya karena menambah kelezatan pancake, ada banyak manfaat madu lainnya yang perlu kamu ketahui selain popularitasnya sebagai pemanis rasa. Apa sajakah itu?

Tak hanya digunakan sebagai obat tradisional sejak 2100-2000 tahun sebelum Masehi, sesuai dengan bukti data literatur Yunani, Romawi, Vedic, and Islam, perlindungan yang meningkat terhadap madu terasosiasikan dengan manfaat kesehatannya.

Sifat alamiah madu yang diperkaya oleh kandungan bioaktif kompleksnya telah menjadikan produk hasil ternak lebah ini semakin menarik bagi berbagai penelitian ilmiah. Lalu, bagaimana potensi madu dalam pengobatan penyakit Covid-19?

Manfaat Madu Bagi Penanganan Berbagai Penyakit

Madu adalah salah satu produk alamiah yang paling dihargai dan bernilai dalam kehidupan manusia, sejak zaman purbakala. Tak hanya digunakan sebagai produk alamiah, madu juga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional sebagai perawatan alternatif bagi kondisi klinis, mulai dari penyembuhan luka hingga penanganan kanker.

Artikel Ajaib ini bertujuan mengangkat kemampuan madu serta pemberdayaannya dalam aspek pengobatan. Secara tradisional, madu digunakan dalam pengobatan mata, asma bronchitis, infeksi tenggorokan, TBC (tuberculosis), kelaparan/dahaga, cegukan, pegal-pegal, pusing, hepatitis, sembelit, cacingan, piles, eksim, penyembuhan maag dan luka, serta suplemen nutrisi.

Unsur-unsur di dalam madu terbukti mengandung anti-oksidan, anti-microbial, anti-inflamasi, anti-proliferatif, anti-kanker, dan anti-efek metastatik.

Selain untuk pengobatan berbagai penyakit tersebut, banyak hasil penelitian modern menyarankan penggunaan madu guna menyembuhkan diabetes mellitus, kardiovaskuler, neurologi dan gastrointestinal (sistem pencernaan). Flavonoids dan polyphenols yang merupakan unsur anti-oksidan adalah 2 molekul bioaktif utama yang terdapat dalam madu.

Kesimpulannya, madu dianggap sebagai zat terapi alami bagi berbagai tujuan pengobatan. Terdapat cukup bukti ilmiah bagi rekomendasi penggunaan madu dalam mengelola berbagai kondisi penyakit dan perlindungan klinis.

Manfaat Madu Bagi Penanganan ISPA dan Covid-19

Pertama-tama, perlu kamu ingat bahwa Covid-19 adalah penyakit imunitas tubuh, yang karena receptor virusnya berada di saluran pernafasan, maka ia kemudian sepintas digolongkan ke cluster penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).

Pertama-tama akan menyerang sistem pernafasan hingga menimbulkan kondisi inflamasi saluran pernafasan hingga infeksi pneumonia paru yang berpotensi menyebabkan gagal nafas (fatalnya bisa meninggal bila tak segera mendapat bantuan ventilator).

Namun ia tidak akan berhenti di situ, melainkan terus mengacaukan sistem imunitas tubuh hingga mempermudah terjadinya inflamasi, manifestasi bakteri dan infeksi yang dapat menggagalkan fungsi organ vital lainnya, seperti sembelit dan diare di saluran pencernaan, pembengkakan jantung, hati, hingga ginjal, terutama para pasien yang sudah punya masalah-masalah tersebut (Co-Morbit) sebelum terserang Covid-19!

Itulah sebabnya madu alami yang terbukti ilmiah mengandung anti-inflamasi, anti-infeksi bakteri, anti-sembelit dan diare, anti-oksidan dan anti-defisiensi nutrisi memiliki efek berlipat-ganda, yang dapat membantu mengatasi rangkaian sekuens selama serangan Covid-19 mendera tubuh penderitanya.

Inflamasi Saluran Pernafasan (Prespiratory Inflammation)

Treatment pengobatan berbasiskan madu membantu menekan gejala asma, bronchitis kronis dan asma bronchitis. Madu secara efektif dapat menghambat peradangan saluran nafas yang diinduksi ovalbumin dan mengurangi perubahan histopatologis terkait asma, yang nantinya akan menghalangi induksi asma.

Berkat unsur-unsur omega-3 fatty acid, prebiotik, probiotik, anti oksidan, dan polyphenol, dosis asupan madu yang tepat secara efektif langsung mengatasi inflamasi. Chrysin (5,7-dihydroxyflavone), Bunga Terompet Indian, Bunga Blue Passion dan Propolis adalah sumber polyphenol utamanya.

Infeksi

Madu menjadi alternatif potensial bagi antibiotik karena dapat menghambat sekitar 60 spesies bakteri, aerob maupun anaerob, Gram-positif dan Gram negatif. Mekanisme yang mendasarinya adalah kemampuan madu menghasilkan hidrogen peroksida dari enzim tidur glukosa oksidasi.

Bagaimanapun, banyak faktor yang juga berkontribusi pada aktivitas antimikrobialnya, seperti tekanan osmosis tinggi, lingkungan yang asam, konten rendah protein, rasio karbon tinggi terhadap nitrogen, potensi redox rendah (karena pengurangan gula tingkat tinggi), serta tingkat kerekatannya yang membatasi hilangnya oksigen dan zat kimia atau phytochemical lainnya.

Kemampuan pemulihan yang dimiliki madu pada faktanya adalah aktivitas anti-bakterial, menjaga kadar kelembaban luka dan tingkat kerekatannya yang tinggi memberikan penghalang yang melindungi sel dari infeksi.

Sembelit, Diare, Asam Lambung Tinggi

Ketika virus SARS-Cov-2 gagal merusak perlindungan paru hingga terjadi pneumonia total, kerusakan perlindungan organ berikutnya yang paling sering terjadi adalah pada saluran pencernaan, sehingga pada catatan kasus-kasus awal di Wuhan terdapat keterangan keluhan sembelit dan/atau diare.

Penderita Covid-19 bisa mengalami sembelit hingga lebih dari 8 hari, atau malah diare konstan berhari-hari. Madu adalah solusi yang baik karena memang secara tradisional sudah digunakan sebagi laxatif (pencahar) ringan bagi masalah sembelit.

Sementara penggunaan madu untuk mengatasi asam lambung tinggi telah lebih dulu didokumentasikan. Begitu pun halnya sebelum penggunaan ethanol secara oral, penggunaan madu secara oral mampu mencegah kerusakan akibat gas lambung dan pengembalian pH yang terinduksi oleh ethanol.

Defisiensi Nutrisi

Dari semua faktor gaya hidup yang menentukan dampak paparan Covid-19 terhadap kesehatan seseorang, apakah ia akan terjangkit atau malah resistan, nutrisi adalah kuncinya. Bahkan saat serangan Covid-19 merusak fungsi penciuman dan pengecap, penderitanya bisa kehilangan nafsu makan selama masa pemulihan dan semakin terpuruk ke dalam kondisi defisiensi nutrisi berkelanjutan.

Defisiensi nutrisi adalah kondisi dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, atau ketidakseimbangan antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan akibat asupan makan terlalu sedikit ataupun menu yang tidak seimbang. Kondisi ini dapat berakibat malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik.

Madu mampu mengisi kekosongan tersebut karena disamping keragamannya, berbagai varietas madu memiliki karakteristik nutrisi yang sama yaitu: karbohidrat (terutama fruktosa dan glukosa), protein, enzim antioksidan, amino acid, mineral, elemen jejak, vitamin dan phytochemical seperti pheonelic dan flavonoid.

Pemulihan Luka dan Kesehatan Secara Umum

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa madu dapat digunakan sebagai pembalur luka guna mendapatkan penyembuhan yang cepat dan lebih baik. Kulit manusia sangat rentan terhadap luka akibat faktor lingkungan sehari-hari, dan penyembuhannya seringkali membebani banyak orang akibat biaya treatment yang tinggidan isu sosial-ekonomi lainnya.

Sifat madu yang anti-oksidan juga turut menjaga kesehatan secara umum dalam jangka panjang karena mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi molekul lain. Proses oksidasi adalah reaksi kimia yang menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang merusak sel. Madu mengakhiri reaksi berantai perusak tersebut.

Jenis-jenis Madu Favorit Dunia

Madu Akasia

Potensi nutrisi dan terapi dari beberapa tipe madu telah secara ekstensif diteliti dan dikarakterisasikan. Madu Akasia adalah tipe madu paling disukai di banyak negara dengan harga yang relatif tinggi.

Rasio perbandingan fruktosa dan glukosa madu akasia umumnya lebih tinggi dari tipe madu lainnya, terlihat dari minimnya efek kristalisasi selama penyimpanan.

Madu Manuka

Berasal dari Australia dan new Zealand, dihasilkan oleh lebah yang menyerbuki semak Manuka lokal. Madu Manuka memiliki kualitas anti-bakterial yang menonjol berkat besarnya jumlah komponen methylglyoxal (MG), yang lebih sedikit ditemukan pada jenis madu lainnya. 

MG pada madu Manuka muncul dari konversi kandungan lain, dihydroxyacetone, yang lebih banyak ditemukan dalam madu bunga Manuka. Semakin tinggi konsentrasi MG, semakin kuat pula efek antibiotiknya.

Produsen punya standar skala rating potensi yang menggambarkan konsentrasi MG, yang disebut UMF (Unique Manuka Factor). Yang rating-nya 10 UMF ke atas akan dipasarkan sebagai Madu Manuka UMF, atau Madu Manuka Aktif.

Hayo, sudah 6 sendok makankah dosis asupan madu kamu hari ini? Jangan kurang ya, karena ini bisa menjauhkan kamu dari risiko terjangkit ataupun memulihkan kamu dari serangan berbagai penyakit, termasuk Covid-19. Jauhkan juga portofolio investasimu dari risiko kerugian dengan rutin top-up reksa dana di aplikasi Ajaib.

Aplikasi Ajaib ini mudah, menu pilihan paket investasi variatif, minimum modal hanya Rp10.000, menyandang status kelulusan dari program pembinaan inkubator startup terkemuka Y Combinator di Silicon Valley, serta diawasi penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk itu, Ajaib tetap jadi pilihan cerdas untuk kaum milenial.

Artikel Terkait