Milenial, Perencanaan Keuangan, Rumah Tangga Masa Kini

Kesulitan Keuangan? Ini Cara Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Ajaib.co.id – Ketidakpastian ekonomi akibat COVID-19 membuat kita perlu secara cermat dalam mengelola keuangan agar bisa bertahan hidup dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Di Indonesia, pandemi COVID-19 telah berlangsung sejak Maret lalu.

Tercatat dari Maret hingga saat ini, terdapat ribuan karyawan yang dirumahkan dan di-PHK oleh perusahaan. Belum lagi, masih ada sebagian dari pekerja yang mengalami pemotongan gaji hingga sebesar 80%. Tentunya hal ini semakin memperparah keuangan para pekerja di luar sana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Oleh karenanya, bagi kamu yang masih memiliki simpanan tabungan dari dana pesangon atau dana pribadi, maupun masih aktif bekerja hingga saat ini. Alangkah baiknya, kamu gunakan tabungan tersebut untuk suatu hal yang benar-benar mendesak. Sebab, ketidakpastian ekonomi seperti saat ini membuat para pekerja menjadi lebih rentan dan berisiko terkena PHK di perusahaan.

Cara Bertahan Hidup dengan Uang Pas-pasan di Tengah Pandemi

Salah satu cara bertahan hidup yang bisa kamu lakukan di tengah pandemi adalah memperbaiki dan mengatur kembali keuangan apa saja yang bisa kamu tekan pengeluarannya sekecil mungkin. Biasanya, pos-pos keuangan yang bisa ditekan adalah berbagai kebutuhan tersier seperti biaya jalan-jalan, nonton bioskop, dll.

Biaya-biaya tersebut merupakan pos keuangan yang semestinya tidak boleh lebih besar dibanding pos keuangan untuk kebutuhan. Namun, hal ini seringkali menjadi sumber permasalahan keuangan bagi generasi milenial. Di mana, mereka lebih banyak menghabiskan penghasilan bulanan untuk memenuhi keinginannya terlebih dahulu dibanding kebutuhan.

Sebenarnya, hal yang paling mudah untuk mengatur keuangan setiap bulan bagi milenial adalah mengetahui berapa pengeluaran rutinmu setiap bulannya untuk biaya makan, tempat tinggal, dan pengeluaran tetap lainnya.

Setelahnya baru kamu bisa menggunakan penghasilan bulanan tersebut untuk pos keuangan kebutuhan tersier. Cara mengatur keuangan ini dianggap lebih bijak dibanding ketika gajian tiba kamu langsung menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan tersier terlebih dahulu daripada mengutamakan kebutuhan primer.

Nah, berikut ini adalah berbagai cara yang bisa kamu lakukan untuk bertahan hidup dengan uang yang terbatas.

Hemat

Definisi hemat tentunya berbeda dengan pelit. Tetapi, kedua hal ini seringkali dianggap sama oleh banyak orang di luar sana. Hemat adalah ketika kamu tahu kapan harus mengeluarkan uang dan tahu tingkat urgensi dari uang yang digunakan tersebut. Bagaimana dengan pelit?

Orang pelit umumnya mengeluarkan uang untuk produk-produk dengan harga termurah yang bisa mereka temukan. Tetapi sayangnya, terkadang kebiasaan pelit tersebut malah memicu pemborosan karena barang-barang yang dibeli tidak berkualitas dan tidak tahan lama. Sehingga, orang pelit perlu mengeluarkan uang lebih untuk membeli produk tersebut yang sama.

Hindari Belanja dengan Utang

Membeli produk dengan mencicil dapat memberikanmu beban risiko jangka panjang hingga masa cicilan berakhir. Di tengah ekonomi yang lesu dan tidak tahu kapan akan segera pulih kembali.

Tentunya kamu perlu mengkhawatirkan faktor keuangan di masa depan. Misalnya risiko gagal bayar karena faktor pemotongan gaji yang cukup besar. Sehingga, kewajibanmu untuk membayar cicilan tersebut menjadi terbengkalai akibat keuangan morat-marit.

Bukan hanya kamu akan berhadapan langsung dengan debt collector, melainkan nama baikmu juga bisa rusak dan berpotensi masuk ke daftar hitam Bank Indonesia.

Menabung untuk Membeli Suatu Produk

Membeli produk secara berutang adalah suatu kebiasaan yang tidak mandiri dan bisa mendorong seseorang menjadi sangat konsumtif. Bila kamu memang belum memiliki cukup uang untuk membeli suatu barang yang ingin dibeli. Kamu bisa menabung sedikit demi sedikit di tabungan maupun di instrumen investasi.

Uang yang hanya kamu tabung di tabungan biasa selain terkena biaya administrasi setiap bulannya. Kamu juga hanya mendapatkan pertumbuhan uang di tabungan biasa tidak lebih dari 1% per tahun. 

Sedangkan, bila kamu memiliki rencana untuk membeli ponsel pintar baru dalam kurun waktu 1 tahun ke depan dengan harga Rp3.000.000. Kamu bisa menabung di reksa dana Cipta Bond yang memiliki bunga hingga lebih dari 13%. Dengan menabung secara rutin di reksa dana Cipta Bond di aplikasi Ajaib sebesar Rp240.000 setiap bulannya hingga 12 bulan ke depan.

Setelah satu tahun kemudian, hasil investasi reksa dana milikmu menjadi sebesar (Rp240.000 x 12 bulan) + (Rp240.000 x 12 bulan) x 13%) =  Rp3.254.400. Uang ini nantinya bisa kamu gunakan untuk membeli ponsel pintar yang ingin kamu beli tersebut. Cara menabung lewat investasi reksa dana di aplikasi Ajaib lebih menggiurkan dibanding kamu hanya menempatkan uangmu di tabungan biasa saja yang bunganya tidak lebih dari 1% per tahun.

Sesuaikan Uang yang Dimiliki dengan Gaya Hidup

Situasi yang tidak menentu seperti sekarang membuat kita harus lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan uang. Kamu bisa menyesuaikan uang yang dimiliki dengan gaya hidup. Kamu boleh saja punya mimpi ini dan itu, namun kembali lagi kamu perlu bersikap realitas dan rasional dalam melihat situasi dan kondisi keuanganmu saat ini.

Hal ini bisa menjadi pengingat yang baik, bahwa kita perlu memiliki gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan keuangan. Lantaran, kamu masih perlu memikirkan masa depan terkait perencanaan keuangan bersama keluarga misalnya memiliki dana darurat yang ideal 3x dari penghasilan bulanan untuk lajang dan 6x bagi yang sudah berkeluarga.

Jangan Lupa Berinvestasi untuk Perencanaan Masa Depan yang Lebih Baik

Mencoba melakukan investasi untuk bertahan di masa pandemi merupakan suatu hal yang bisa kamu lakukan saat ini. Dengan demikian, Kamu sudah berusaha untuk mencoba membuat dirimu menjadi lebih produktif, dengan menyisihkan sekitar 10% dari penghasilan bulananmu untuk diinvestasikan di instrumen investasi seperti reksa dana dan saham yang bisa kamu temukan dalam satu aplikasi di Ajaib berdasarkan tujuan finansial dan profil risiko masing-masing investor.

Artikel Terkait