Milenial

Karena Buku Ini, Netflix Sumbang $100 Juta untuk Kaum Minoritas

Ajaib.co.id – Sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum minoritas, salah satunya kaum keturunan Afrika yang paling banyak mendapatkan perlakuan diskriminasi. Berdasarkan survei dari Bureau of Justice, individu yang berasal dari keturunan Afrika paling banyak mendapatkan ancaman dan paksaan ketika diperiksa Polisi, sebanyak 5%, diikuti keturunan Hispanik, dan orang dengan kulit putih di angka 2%. 

Tidak hanya di tatanan kehidupan sosial saja, diskriminasi terhadap komunitas kulit hitam juga dialami di sektor finansial sehingga menyebabkan kesenjangan finansial antara kaum mayoritas dan komunitas kulit hitam dalam kekayaan.

Besarnya kesenjangan kekayaan rasial antara kaum mayoritas dengan kaum minoritas, seperti kulit hitam semakin diperparah dengan adanya krisis COVID-19 yang membuat perusahaan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Komunitas kulit hitam menjadi kaum yang paling dirugikan dari pemecatan skala besar ini dengan menyumbang sekitar 24%, disusul keturunan Hispanik 20%, Asia 19%, dan kulit putih hanya 11%.

Berangkat dari masalah ini, salah satu penyedia layanan media streaming digital terbesar di dunia Netflix memutuskan menyumbang untuk membantu komunitas minoritas, khususnya komunitas kulit hitam. Mirip seperti langganan tv berbayar, Netflix memungkinkan penggunanya untuk menonton serial televisi hingga film tanpa batas, tanpa iklan, dan tanpa menunggu jadwal penayangan seperti di televisi. Pengguna hanya perlu berlangganan dengan membayar mulai dari Rp109.000 setiap bulannya untuk mengakses seluruh konten yang disediakan Netflix.

Selama 2019, perusahaan yang bermarkas di California, Amerika Serikat telah meraup pemasukan sebesar $1,9 miliar atau setara dengan Rp27 triliun. Dengan keuntungan yang diterima pada 2019, ditambah dengan peningkatan penjualan pada kuartal pertama 2020 akibat COVID-19 yang mengharuskan masyarakat menerapkan physical distancing di rumah, Netflix memutuskan untuk menggunakan 2% uang tunainya untuk menyumbang.

Beberapa waktu lalu, Netflix akhirnya setuju untuk menyumbang lebih dari $100 juta yang disebarkan ke beberapa institusi finansial dan organisasi yang mendukung komunitas kulit hitam di AS. Dalam blog post-nya, perusahan yang berdiri sejak 1997 tersebut mengaku percaya bahwa keputusan ini akan memberikan dampak yang signifikan untuk masyarakat dan bisnis, dengan membantu lebih banyak keluarga menabung untuk kuliah anak atau memulai dan mengembangkan usaha kecil.

Program ini diinisiasi oleh Aaron Mitchell, Director of Talent Acquisition di Netflix yang juga alumni Harvard Business School. Ia mengusulkan gagasan tersebut ke Reed Hastings selaku CEO secara langsung. Setelah disetujui, Aaron membentuk tim dan bekerja sama dengan bendahara Netflix untuk merealisasikan program tersebut. Menurut Aaron, ide ini tidak muncul begitu saja, pasalnya ia terinspirasi oleh buku Mehrsra Baradaran yang berjudul ‘The Color of Money: Black Banks and the Racial Wealth Gap’.

Buku ini berfokus pada kesenjangan finansial antara komunitas kulit hitam dan kaum mayoritas. Dalam buku ini, Mehrsra Barandaran menantang mitos bahwa komunitas kulit hitam dapat mengumpulkan kekayaan dalam ekonomi terpisah. Sebaliknya, segregasi perumahan, rasisme, dan kebijakan kredit menciptakan jebakan ekonomi yang tak terhindarkan, tapi sulit diatasi.

Lahir 3 April 1978, Baradaran merupakan pengacara sekaligus Profesor Hukum di UC Irvine Law. Dalam perjalanan profesionalnya, ia menemukan kesenjangan kekayaan antar ras yang persisten dengan mengecek sejarah perbankan kulit hitam, mulai dari Proklamasi Emansipasi yang ditandatangani pada tahun 1863 hingga saat ini. Ia percaya gagasan bahwa ekonomi yang dikelola terpisah oleh komunitas kulit hitam merupakan kunci penting menuju kesejahteraan ekonomi komunitas tersebut dan mengakhiri siklus kemiskinan yang berkepanjangan.

Dalam wawancara dengan New York Times, Baradaran mengungkapkan untuk mewujudkan impian tersebut, komunitas kulit hitam membutuhkan modal yang cukup besar. Maka dari itu, perusahaan streamig digital tersebut yakin akan investasi dengan nilai lebih dari $100 juta kepada komunitas kulit hitam.

Agar modal ini bisa sampai kepada komunitas dengan selamat, dibutuhkan waktu yang cukup panjang. Netflix sendiri memiliki beberapa tahap dalam mengelola program ini hingga akhirnya uang tersebut bisa dinikmati. Di langkah pertama, perusahaan akan  mengalokasikan dana bantuan tersebut dengan memindahkan $35 juta atau setara dengan Rp511 juta ke dua tempat. Dana sebesar $25 juta akan digunakan untuk membiayai program Black Economic Development Initiative.

Pihak perusahaan streaming digital tersebut mengungkapkan jika dana bantuan akan diinvestasikan untuk lembaga keuangan komunitas kulit hitam yang melayani masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah, serta perusahaan pengembangan di Amerika Serikat. Sementara itu, $10 juta lainnya atau sekitar Rp146 juta akan dialokasikan ke Hope Credit Union yang berfungsi mendorong peluang ekonomi di komunitas-komunitas yang kurang terlayani di sepanjang area Selatan Dalam, misalnya Alabama, Georgia, hingga Mississippi.

Reed Hastings selaku CEO mewakili seluruh pegawainya berharap perusahaan besar lainnya akan mengikuti jejaknya. Ia menambahkan, jika perusahaan dalam daftar S&P 500 (perusahaan dengan modal besar) mengalokasikan jumlah kecil dari kepemilikan uang tunai mereka dalam upaya seperti Black Economic Development Initiative, akan menggerakan masyarakat dalam jumlah besar melakukan hal yang serupa.

Setiap 1% dari uang tunai yang dimiliki perusahaan besar akan mewakili $20 hingga $30 miliar modal baru, dan modal tersebut akan sangat membantu membangun ekonomi komunitas kulit hitam yang lebih kuat, serta menawarkan lebih banyak alternatif pada keluarga mereka untuk menuju kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik.

Menurut kamu, apakah strategi otonomi ekonomi yang terpisah akan mampu mengecilkan kesenjangan finansial antara kaum mayoritas dan komunitas minoritas?

Sumber: Netflix commits $100 million to support Black communities—the employee who proposed the idea was inspired by this book, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait