Berita

Ini Saham Pilihan Usai Amerika Serikat Capai Kesepakatan Dagang dengan China

mengidentifikasi saham gorengan

Banyak yang bertanya-tanya, apa saja saham pilihan setelah China dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan dagang fase pertama pada 15 Januari lalu? Penandatanganan kesepakatan yang dilakukan di kantor Donald Trump, Gedung Putih, Washington D.C. itu membuat perang dagang antara dua negara raksasa tersebut diisyaratkan berakhir.

Kesepakatan damai antara China dan Amerika Serikat menjadi pertanda baik bagi beberapa saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Wijen Ponthus, selaku analis Royal Investum Sekuritas menyebut Amerika Serikat bisa mengekspor gas dan batubara ke China.

Hal tersebut sangat menguntungkan emiten di bidang energi. “Harapannya permintaan kembali naik lalu harga komoditas juga naik,” ujar Wijen, seperti dikutip Ajaib dari Kontan.

Tak hanya itu, Wijen juga menyarankan emiten di bidang lain, seperti crude palm oil (CPO) dan logam yang diprediksi baik tinggi dengan adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Kesepakatan dagang ini juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut. Tentunya, hal ini, tidak menutup kemungkinan bakal meningkatnya permintaan batubara dari China. Bahkan, dus dari emiten batubara juga bakal kecipratan untung.

Nah, untuk saham pilihan di bidang energi dan pertambangan yang direkomendasikan oleh Wijen untuk dimiliki antara lain PT Medco Energi International Tbk (MEDC) dengan target harga Rp 840. Kemudian ada juga saham PT TIMAH Tbk (TINS) dengan harga Rp 870, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan target harga Rp 1.180. Selanjutnya ada juga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan harga Rp 2.650 per saham.

Sementara itu, Head of Corporate Communications PT Indika Energy (INDY) Leonardus Herwindo menanggapi positif adanya kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dengan China.

Menurut Leonardus, kesepakatan dagang yang terjadi berbarengan dengan momentum musim dingin di China diharapkan dapat memberi dorongan positif terhadap pasar komoditas batubara. “Walaupun mungkin efeknya baru akan terasa setelah libur Tahun Baru China,” ujar Leonardus.

Leonardus tidak menampik, kecamuk perang dagang memiliki pengaruh terhadap ekspor batubara. Sebab, permintaan batubara berimbas terhadap indeks harga yang menurun dan kebanyakan kontrak jangka panjang mengikuti fluktuasi harga indeks tersebut.

Tahun lalu, produksi INDY mencapai 34 juta ton. Untuk target produksi tahun ini, INDY belum bisa merilisnya sebab harus mengikuti persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dikeluarkan pemerintah.

“Dalam hal ini kami yakin pemerintah akan bijaksana dalam menjaga demand dan supply dengan menentukan saat yang tepat bila harus dilakukan peningkatan produksi,” tutup Leonardus. Melansir dari laporan keuangan INDY, per kuartal III-2019 emiten penghuni Indeks Kompas100 ini membukukan pendapatan sebesar 2,08 miliar dolar Amerika Serikat. Sebanyak 50,31 persen atau 1,04 miliar dolar Amerika Serikat di antaranya merupakan penjualan batubara terhadap pelanggan luar negeri.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait