Ajaib.co.id – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tengah menggarap tiga mega proyek dengan nilai total US$ 8,6 miliar atau setara Rp127,5 triliun. Mega proyek tersebut terdiri dari proyek smelter nikel Bahodopi di Sulawesi Tengah senilai US$ 2,3 miliar, smelter nikel Sorowako Limonite di Sulawesi Selatan senilai US$ 1,8 miliar, dan smelter Pomalaa di Sulawesi Tenggara sebesar US$ 4,5 miliar.
Manajemen INCO dalam materi paparan publik yang dikutip pada Minggu (11/9) mengungkapkan bahwa smelter nikel Bahodopi akan menghasilkan 73 ribu ton nikel dalam FeNi. Proyek yang diperkirakan menghabiskan investasi US$ 2,3 miliar tersebut akan dilakukan untuk fasilitas pengolahan nikel Reduction Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan tambang. Adapun pengerjaan proyek tersebut akan berlangsung pada 2022-2025.
Sementara di proyek Bahodopi, emiten akan bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd (Xinhai). “Tahun ini menjadi tahun yang bersejarah, dan menjadi fase yang penting antara perseroan, Xinhai, dan Tisco, dengan disepakatinya penandatanganan perjanjian investasi Blok Bahodopi. Sehingga, pekerjaan di lapangan bisa dipercepat dan diharapkan segera rampung pada tahun 2025 sesuai dengan kontrak karya,” jelas Febriany Eddy, Direktur Utama Vale Indonesia dalam acara penandatangan kerja sama dan investasi untuk proyek Blok Bahodopi di Jakarta.
Febriany mengungkapkan, smelter nikel Bahodopi akan beroperasi dengan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan energi rendah karbon, yakni gas alam cair (LNG). Pemanfaatan LNG itu menjadikannya sebagai pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan energi tersebut.
Sementara itu, Bernardus Irmanto, Direktur Utama Vale Indonesia, menjelaskan bahwa perseroan bersama dengan mitra akan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk menggarap proyek ini, dengan kepemilikan saham Vale mencapai 49%, dengan 51% sisanya dimiliki oleh Tisco dan Xinhai.
Nilai investasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini ditaksir mencapai lebih dari US$2 miliar. Sebanyak 70% dana yang dibutuhkan akan dipenuhi dari pinjaman, dan sisanya 30% dari ekuitas masing-masing mitra termasuk INCO.
Dari total investasi tersebut, lanjut Bernardus, sebanyak US$300 juta di antaranya akan dialokasikan untuk menurunkan emisi karbon. Penurunan emisi tersebut akan ditempuh melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga gas.
Lebih lanjut, perwakilan dari Xinhai yakni Wan Wenlong mengungkapkan bahwasanya kerja sama yang mereka jalani ini sangat penting bagi perusahaan. Xinhai juga merasa terhormat dapat bekerja sama dengan sekaligus menjadi pelaksana proyek.
“Ke depan, perusahaan akan terus berfokus untuk mengoptimalkan teknologi dan tetap berproses dengan tetap mengutamakan safety. Kami berharap, Pemerintah Indonesia dan semua departemen terkait dapat memberikan dukungan yang kuat untuk kelanjutan proyek,” ungkapnya.
Sumber: Permisi… Vale (INCO) Mau Garap Megaproyek Rp 127 Triliun!, dengan perubahan seperlunya.