Harga minyak mentah dunia meroket sekitar 4% pada penutupan perdagangan pekan lalu. Dilansir dari Reuters pada Senin (10/10), kenaikan harga minyak tersebut didorong oleh keputusan OPEC dan sekutunya (OPEC+) yang pangkas produksi minyak.
Pemangkasan tersebut diindikasikan akan menjadi yang terbesar sejak 2020, dan dilakukan di tengah kekhawatiran resesi dan kenaikan suku bunga.
Sementara itu, kenaikan harga minyak saat ini juga menjadi yang tertinggi sejak akhir Agustus lalu. Di sisi lain, kedua kontrak membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dan%tase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret. Tercatat, Brent naik sekitar 11%. Sementara, WTI lompat 17% lebih tinggi.
Sebelumnya, OPEC+ akan memangkas produksi minyak sampai 2 juta barel per hari atau setara dengan 2% permintaan minyak global mulai November mendatang.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.com, OPEC+ mengungkapkan bahwa pemangkasan produksi dilakukan demi mengimbangi ketidakpastian ekonomi dan pasar minyak global.
Sebagai informasi, harga minyak global memang diwarnai ketidakpastian belakangan ini. Pada semester I tahun ini, harga minyak sempat melonjak ke level US$139 per barel. Di mana lonjakan terjadi akibat perang antara Rusia dan Ukraina.
Namun setelah itu, harga minyak dunia langsung ambruk. Misalnya harga minyak Brent yang turun 20% sejak akhir Juni. Penurunan dipicu kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi dunia yang akan diterpa resesi akibat lonjakan inflasi belakangan ini.
Sumber: OPEC Bakal Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Meroket 4 persen, dengan perubahan seperlunya.