Dunia Kerja, Ekonomi

Globalisasi Adalah Negatif atau Positif? Ini Penjelasannya

Globalisasi Adalah
Globalisasi Adalah

Ajaib.co.id – Perkembangan teknologi terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini banyak memberikan dampak kepada kehidupan masyarakat. Nilai-nilai hingga ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa batas. Begitu pula yang terjadi pada bangsa Indonesia. Maka, kamu perlu memahami kondisi globalisasi adalah sesuatu yang bisa memberi dampak positif maupun negatif.

Untuk memahami dampaknya, kamu perlu memahami pengertian globalisasi. Sebab, di era globalisasi sekarang banyak negara menjadi maju dan berkembang. Namun tak jarang bisa memberikan dampak negatif.

Definisi Globalisasi

Ada beragam definisi globalisasi. Definisi tersebut tergantung pada bidangnya, seperti kesehatan, ekonomi, atau geografi.

WHO

Menurut World Health Organization (WHO), globalisasi merupakan meningkatnya keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan negara. Secara umum dipahami untuk memasukkan dua elemen yang saling terkait: pembukaan perbatasan internasional untuk arus barang, jasa, keuangan, orang dan ide yang semakin cepat, serta perubahan dalam lembaga dan kebijakan di tingkat nasional dan internasional yang memfasilitasi atau mempromosikan arus tersebut.

CDP

Committee for Development Policy (CDP) mendefinisikan globalisasi adalah meningkatnya saling ketergantungan ekonomi dunia sebagai akibat dari meningkatnya skala perdagangan komoditas dan jasa lintas batas, arus modal internasional, dan penyebaran teknologi yang luas dan cepat.

Geografi

Dalam geografi, globalisasi adalah sekumpulan proses (ekonomi, sosial, budaya, teknologi, kelembagaan) yang berkontribusi pada hubungan antara masyarakat dan individu di seluruh dunia.

Sejarah Globalisasi

Globalisasi memiliki sejarah panjang di bumi ini. Dimulai dari zaman primitif, di mana manusia pertama menetap, menggunakan alat, lalu berpindah ke tempat lain. Dulu para pedagang melakukan perjalanan jauh untuk membeli komoditas langka dan mahal. Mereka menjual komoditas itu di wilayah mereka.

Hal ini juga terlihat ketika Revolusi Industri terjadi pada abad ke-19. Revolusi telah membawa kemajuan dalam transportasi dan komunikasi yang memudahkan perdagangan lintas batas. Lembaga nirlaba Peterson Institute for International Economics (PIIE) menuliskan bahwa globalisasi terhenti setelah Perang Dunia I. Banyak negara bergerak ke arah proteksionisme dengan meluncurkan pajak impor.

Hal tersebut bertujuan untuk lebih menjaga industri dalam negeri setelah konflik. Tren ini berlanjut pada masa Great Depression hingga Perang Dunia II. Sampai akhirnya, Amerika Serikat mengambil peran penting dalam menghidupkan kembali perdagangan internasional.

Salah satu langkah penting dunia menuju globalisasi adalah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North American Free Trade Agreement, NAFTA), yang ditandatangani pada 1993. Efek NAFTA memberikan insentif kepada produsen mobil AS untuk merelokasi sebagian dari manufaktur mereka ke Meksiko, karena tenaga kerja di sana murah. Pada 2020, NAFTA digantikan dengan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (United States-Mexico-Canada Agreement, USMC).

Saat ini, negara-negara di dunia menggabungkan sistem ekonominya dengan sistem ekonomi pasar bebas melalui kebijakan fiskal dan perjanjian perdagangan. Inti dari sebagian besar perjanjian tersebut adalah penghapusan atau pengurangan tarif.

Perubahan atau penggabungan sistem ekonomi telah meningkatkan industrialisasi dan keuangan di berbagai negara. Kini, negara-negara tersebut fokus mempromosikan perdagangan internasional sekaligus menghilangkan hambatan perdagangan.

Efek Positif Globalisasi

Globalisasi memberikan banyak efek positif, terutama di bidang ekonomi. Beberapa studi mengukur efeknya bidang ekonomi di berbagai negara menggunakan variabel seperti perdagangan, arus modal, dan keterbukaannya, PDB per kapita, investasi asing langsung, dan lainnya.

Secara keseluruhan, hasil studi menunjukkan bahwa perdagangan antar negara mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal itu dapat dilihat dari arus modal dan arus modal yang kuat. Ada penelitian yang mengatakan bahwa suatu negara dengan tingkat globalisasi rendah, jika menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pajak perdagangan. Sedangkan negara dengan pertumbuhan positif akan menjadi kaya dan maju.

Efek Negatif Globalisasi

Ada efek positif, ada juga efek negatif. Globalisasi meninggalkan jejak negatif di sebuah negara. Pasalnya, perdagangan bebas dalamnya meningkatkan peluang perdagangan internasional sekaligus risiko kegagalan. Sehingga kemungkinan besar perusahaan kecil sulit bersaing secara global.

Globalisasi dikritik oleh berbagai pihak menimbulkan ketidaksetaraan pendapatan, kekayaan tidak proporsional, dan perdagangan yang menguntungkan salah satu pihak. Sehingga fenomena globalisasi dianggap lebih menguntungkan pemilik modal atau penguasa.

Seperti negara, perusahaan, maupun pengusaha. Organisasi nirlaba yang fokus pada kemiskinan, Oxfam, melaporkan 82 persen kekayaan yang dihasilkan dunia berasal dari satu persen populasi. Meski tak bisa dipungkiri globalisasi berjasa pada pertumbuhan ekonomi dan produktivitas industri, tetapi globalisasi melahirkan efek negatif pada kerusakan lingkungan. Globalisasi berkontribusi pada menipisnya sumber daya alam.

Seperti perkembangan besar-besaran pada sektor transportasi dan infrastruktur yang mengakibatkan emisi gas rumah kaca, polusi udara, penebangan hutan, pencemaran air, keanekaragaman hayati rusak, pengelolaan sampah buruk, dan masih banyak lagi.

Globalisasi dan Pandemi Covid-19

Profesor Oxford University, Ian Goldin, menuliskan bahwa covid-19 tidak akan mematikan globalisasi. Pandemi covid-19 justru membuat berbagai pihak melakukan transformasi. Seperti bekerja secara daring dari rumah atau work from home (WFH).

Konektivitas digital yang meningkat ini memfasilitasi perubahan yang serba cepat. Sebut saja rapat virtual menggantikan dinas luar kota dan berkolaborasi menemukan vaksin covid-19. Pandemi ini menyadarkan warga dunia bahwa belum ada negara yang dapat menghentikannya.

Oleh karena itu, lanjut Goldin, bisnis yang diterapkan seperti biasa bukan pilihan. Karena dunia perlu menciptakan globalisasi yang lebih sehat, lebih hijau, lebih teratur, dan lebih inklusif. Sebagai generasi muda, kamu juga bisa ikut andil dalam perubahan ini. Salah satunya menanamkan modal pada produk investasi, seperti reksa dana atau saham. Misal memilih saham ramah lingkungan atau saham berkelanjutan.

Investor dapat melirik saham-saham dalam indeks SRI-KEHATI (JKSRI). JKSRI merupakan indeks hasil kolaborasi antara Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan Kehati) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Tertarik? Segera unduh dan daftar sebagai investor di Ajaib.

Artikel Terkait