Saham

Transformasi Fenomena Black Friday Masa Kini

Transformasi Fenomena Black Friday Masa Kini

Ajaib.co.id – Dalam sejarah dunia investasi, pernah terjadi krisis ekonomi akibat masuknya uang secara bertubi-tubi ke dalam pasar modal Amerika Serikat demi mengangkat harga saham hingga melebihi nilai fundamental saham tersebut. Hal ini dikenal dengan istilah gelembung ekonomi (economic bubble). Gelembung tersebut kemudian ‘meletus’ dan memberikan dampak bagi indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi selama sebulan hingga turun 17%. Efek tersebut mengakibatkan banyaknya investor melepas sahamnya secara massal pada kamis, 24 Oktober 1929. Hal ini dikenal sebagai ”black thursday” atau ”kamis kelabu”. Aksi jual massal tersebut juga kembali dilakukan oleh para investor pada selasa 29 Oktober 1929 yang dikenang dengan sebutan ”black tuesday” atau ”selasa kelabu”. Istilah ‘black’ pada hari menunjukkan suatu keburukan atau peristiwa krisis. Namun, pada era modern ini, ada hari yang juga mendapatkan label ‘black’, tetapi perayaannya bukan menunjukkan peristiwa kelam. Hari itu dikenal dengan black friday.

Berbeda dengan kedua saudara black-nya, black friday saat ini disambut dengan pemberian diskon murah yang biasanya dirayakan di Amerika serikat dan eropa. Nah, bagaimana awal mula terjadinya black friday itu dan bagaimana kondisi black friday dalam era sekarang ini? Yuk, simak artikel berikut ini:

Awal Mula Terjadinya Black Friday

Penggunaan istilah black friday ini pertama kali digaungkan pada tahun 1869. Ketika itu harga emas anjlok disebabkan oleh tindakan dua orang pengusaha wall street yaitu Jim Fisk dan Jay Gould dengan aksi memborong emas dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan kehancuran pasar.

Efek yang ditimbulkan adalah terjunnya harga emas yang kemudian memberikan dampak domino dengan terhentinya perdagangan internasional dan turunnya harga gandum hingga 50%. Hal ini mengakibatkan perekonomian amerika serikat memburuk selama bertahun-tahun.

Perubahan makna kelam dalam istilah black friday dimulai dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1960-an di Philadelphia. Menurut penulis buku how to win at shopping, David Zyla, istilah ini muncul dalam sebuah iklan sebuah majalah untuk kolektor perangko, The American Philatelist edisi 1966. Iklan tersebut mencantumkan black friday sebagai nama pemberian Departemen Kepolisian Philadelphia untuk hari Jumat setelah Hari Thanksgiving. Penggunaan istilah tersebut bukan kabar bahagia bagi Departemen Kepolisian Philadelphia.

Selain dari iklan majalah tersebut, ada bukti lain yang menunjukkan istilah tersebut berasal dari kepolisian Philadelphia, lho. Joseph P. Barrett, reporter yang bertugas di kepolisian, menggunakan istilah ini dalam sebuah artikelnya yang kemudian dipublikasi pada Philadelphia Inquirer tahun 1994.

Dalam artikel tersebut, Joseph P. Barrett menjelaskan bahwa pada  tahun 1960, Barret bersama dengan Nathan Kleger menuliskan berita mengenai perayaan Thanksgiving. Namun, setelah perayaan thanksgiving berlalu, toko ritel di pusat kota sudah membuka musim belanja natal yang biasanya membawa banyak kemacetan lalu lintas dan trotoar jalan.

Mereka menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan kondisi lalu lintas yang buruk dan membuat polisi sibuk mengendalikan kekacauan. Polisi di-’paksa’ untuk tidak mengambil cuti demi mengatur ‘kekacauan’ di jalanan. Alhasil, istilah tersebut melekat terus digunakan hingga kemudian mengalami sudut pandang. Dari hal yang menunjukkan kesusahan polisi dalam mengatasi kemacetan menjadi petunjuk bahwa belanja atau penawaran diskon atau promosi produk secara besar-besaran.

Black friday menjadi penanda awal musim belanja Natal di Amerika Serikat. Bahkan perayaannya telah menjamur ke seluruh dunia. Meskipun tergolong perayaan, namun black friday bukan merupakan hari libur resmi, tetapi di California dan beberapa negara bagian amerika serikat lainnya menjadi hari libur bagi pegawai pemerintah negara bagian dan dikenal dengan hari libur The Day After Thanksgiving.

Black Friday Zaman Sekarang

Walapun awalnya dimulai dari toko ritel atau toko offline, namun dalam perkembangannya, black friday telah diadaptasikan secara online, lho. Penjualan secara online selama black friday tahun 2019 tercatat mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sebesar Rp 101,7 triliun atau naik sebesar 14 persen dari tahun sebelumnya.

Dalam masa pandemi di tahun 2020, penjualan selama black friday mencapai 9 miliar dollar AS atau naik 22 persen dari tahun 2019. Sedangkan kunjungan toko ritel di amerika serikat turun sebesar 52 persen dibandingkan tahun 2019.

Menurut survey dari Shopify Inc., sektor kesehatan dan kecantikan merupakan sektor yang paling banyak diburu selama black friday di seluruh dunia dengan mencapai 2,4 miliar dollar As atau meningkat sebesar 75 persen dalam penjualan dari tahun 2019.

Di Indonesia sendiri, perayaan ini lebih ‘terasa’ dalam platform e-commerce dibandingkan toko ritel. Hal ini dikarenakan toko offline mengadakan diskon hanya pada saat perayaan yang berlaku di Indonesia, sementara black friday bukan termasuk hari raya di Indonesia. Berbeda dengan toko online, yang dapat diakses siapa saja, tentu perayaan ini dianggap menjadi momen untuk menarik lebih banyak peminat di seluruh dunia.  

Meski begitu, black friday merupakan wujud dari sisi gelap konsumerisme dan telah menjalar ke seluruh dunia. Perayaan black friday menjadi sebuah kewajiban tiap tahunnya menimbulkan efek yang hedonis bagi masyarakat. Memang bagi padangan, perayaan ini memberikan mereka keuntungan yang maksimal.

Namun, bagi pembeli hal ini berdampak buruk pada keinginan membeli akibat sejumlah promo atau diskon besar-besaraan yang diberikan. Bahkan, kasus terburuk yang terjadi adalah persaingan untuk mendapatkan barang dengan potongan harga dengan melakukan aksi kekerasan hingga menimbulkan korban luka dan meninggal dunia.

Sebenarnya berbelanja selama black friday tidak menjadi buruk bila kamu sudah menentukan barang yang ingin dibeli dan tidak tergoda untuk membeli barang lain yang tidak direncanakan untuk dibeli.

Daripada kamu menghabiskan banyak uang akibat tergoda selama black friday untuk barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan, kamu mending tempatkan dana kamu untuk berinvestasi melalui Aplikasi Investasi Ajaib. Dana kamu akan dikelola oleh Manajer Investasi terbaik dan mendapatkan keuntungan yang optimal. Nah, tunggu apalagi? Segera miliki akun Ajaib ya.

Artikel Terkait