Berita, Saham

Fakta dan Prospek Rencana Merger Bank Syariah BUMN

Ajaib.co.id – Harga saham Bank BRI Syariah (BRIS) terbang dari kisaran 900-an ke lebih dari 1400 per lembar dalam dua hari terakhir (13-14 Oktober 2020). Saham ini sontak mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dan mencapai batas auto reject atas (ARA) hingga perdagangannya disetop sementara oleh otoritas bursa. Kenaikan drastis terpacu oleh kabar peresmian rencana merger bank syariah BUMN.

Rumor terkait rencana merger bank syariah BUMN sebenarnya bukan hal baru. Sejak sekitar akhir 2019 dan awal 2020, selentingan sudah mulai terdengar di sejumlah kalangan tertentu. Rumor kemudian terkonfirmasi oleh pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir pada pertengahan tahun ini. Ia menyatakan sedang mengkaji konsolidasi semua bank syariah yang dimiliki oleh negara, termasuk BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BNI Syariah.

Harga saham BRIS mulai mendaki sejak bulan Juli berkat konfirmasi Erick Thohir tersebut, karena BRI Syariah merupakan satu-satunya yang sudah melantai di bursa efek Indonesia diantara ketiga entitas yang akan di-merger. Setelah itu, harga saham terkoreksi pada bulan September lantaran pelaku pasar sempat ragu tentang kapan tepatnya merger akan terlaksana. Hingga akhirnya pengumuman resmi dirilis kemarin, 13 Oktober 2020.

Konferensi pers Penandatanganan Conditional Merger Agreement Bank BUMN Syariah mengungkapkan merger akan dilaksanakan antara tiga full-fledged bank syariah yakni PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri; sementara Unit Usaha Syariah (UUS) milik PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tidak akan ikut dalam proses ini. Penandatanganan MoU sudah terlaksana pada tanggal 12 Oktober lalu.

Kabar ini tentu sangat menggembirakan investor, baik yang sudah memiliki saham BRIS maupun bukan. Minat terhadap saham-saham syariah lain pun menguat. Tapi, bagaimana sebenarnya rincian rencana merger bank syariah BUMN ini? Bagaimana pula prospek perusahaan saham ke depan? Berikut ulasannya berdasarkan fakta-fakta yang sudah dirilis hingga saat ini dan perlu diketahui oleh investor.

  • Bank BRI Syariah akan menjadi survivor merger.

Merger adalah proses penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu perusahaan saja, dengan cara menyatukan seluruh kekayaan perusahaan-perusahaan yang terlibat ke dalam salah satu perusahaan (surviving entity). Perusahaan pasca-merger dapat menyandang nama perusahaan yang menerima penggabungan itu maupun menggunakan nama baru yang berbeda.

Dalam rencana merger bank syariah BUMN saat ini, bank BRI Syariah akan menjadi surviving entity. Mengapa demikian? Bank Syariah Mandiri sebenarnya menguasai pangsa pasar terbesar dan memiliki total aset terbanyak dibanding kedua entitas lain. Namun, bank BRI Syariah sudah lama tercatat di bursa.

  • Merger bank syariah BUMN ditargetkan selesai tahun depan.

Proses merger itu sangat panjang. Ada banyak tahapan yang perlu dilewati, mulai dari mengurus restu pemegang saham, perizinan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (IDX), komposisi pemegang saham, integrasi manajemen, pemetaan bisnis dan layanan bank setelah merger, logo bank baru, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, merger ini kemungkinan tidak akan terwujud dalam waktu dekat.

Kementrian BUMN menargetkan merger bank syariah BUMN baru akan rampung pada bulan Februari 2021. Menurut detik.com, entitas pasca-merger kelak kabarnya akan dinamakan Bank Amanah.

  • Merger bank syariah BUMN tidak menimbulkan PHK maupun hilangnya dana nasabah.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan konsekuensi logis yang timbul dalam banyak kasus merger dan akuisisi lain. Namun, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan dalam konferensi pers-nya bahwa proses merger bank syariah BUMN ini tidak akan menimbulkan PHK. Ia mengungkapkan pula bahwa semua bank yang terlibat akan terus beroperasi dan memberikan layanan nasabah seperti biasa.

Operasional terus berjalan, sementara dana nasabah tetap terjamin sesuai dengan regulasi yang berlaku. Dengan demikian, karyawan maupun nasabah tidak perlu mengkhawatirkan konsekuensi negatif apa pun selama proses merger.

  • Hasil merger berpotensi masuk top 10 nasional dan global.

Nilai total aset milik PT Bank Syariah Mandiri mencapai Rp 114,4 triliun pada Juni 2020, sedangkan BNI Syariah memiliki aset Rp 50,78 triliun dan BRI Syariah memiliki Rp 49,6 triliun. Alhasil, aset bank hasil merger kelak sedikitnya mencapai Rp 214 triliun. Sejumlah estimasi media bahkan memperkirakan total aset bakal tembus Rp 220-225 triliun.

Dengan kekayaan sedemikian melimpah, bank syariah pelat merah tunggal ini akan mampu bersaing dengan bank konvensional dan menduduki posisi ketujuh atau kedelapan dalam top 10 bank di Indonesia. Kapitalisasi pasarnya juga berpotensi masuk top 10 bank syariah dunia, atau setidaknya di tingkat Asia.

Selama ini, Bank Syariah Mandiri menyandang gelar sebagai bank syariah terbesar di Indonesia. Tapi BSM saja belum mampu bersaing dalam daftar top dunia. Situasinya akan sangat berbeda setelah merger bank syariah BUMN terealisasi.

Bank syariah anggota Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) ini nantinya bukan hanya akan memiliki aset lebih besar, melainkan juga dapat menargetkan pembiayaan dan pendanaan yang berkali lipat lebih besar. Ketua Project Merger Officer Hery Gunardi mengungkapkan pula bahwa bank tersebut akan mengeksplorasi pasar penjualan sukuk global yang selama ini belum dijajal oleh Indonesia.

  • Prospek saham BRIS setelah peresmian rencana merger bank BUMN syariah.

Setelah mengetahui fakta-fakta tentang rencana merger bank BUMN syariah ini, apakah kamu tertarik untuk ikut berinvestasi di dalamnya? Meskipun merger memang berkontribusi pada meningkatnya prospek saham BRIS kelak, tetapi posisi harga saat ini pada Rp1405 per lembar sudah terbilang tinggi.

Harga saham BRIS memang punya peluang naik jauh lebih tinggi lagi dalam jangka panjang, tetapi reli jangka pendek kemungkinan terbatas. Kita tak boleh lupa bahwa kondisi perekonomian saat ini masih cukup suram. Indonesia sedang bergumul dengan isu resesi dan pandemi COVID-19. Situasi ini juga berdampak pada perbankan syariah yang terancam menghadapi kenaikan pembiayaan bermasalah hingga tahun depan.

Investor yang sudah membeli saham BRIS sebaiknya tetap hold. Namun, investor yang belum memiliki BRIS dapat mengincar tingkat harga saham lebih rendah untuk membeli.

Salah satu kunci sukses investasi saham adalah kesabaran. Investor yang sukses bukanlah mereka yang buru-buru “mengejar kereta” secara serampangan, melainkan mereka yang bersabar mencari peluang membeli saham unggulan pada harga diskon. Jadi, tak perlu menyesal ataupun mengambil keputusan dadakan untuk berinvestasi pada saham BRIS sekarang.

Artikel Terkait