Berita

Ekonomi RI Melesat 7,07%, Ini Pendukungnya

Sumber: Unsplash

Ajaib.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) release data terkait ekonomi RI yang tumbuh mencapai 7,07% secara tahunan pada kuartal II tahun 2021, sehingga Indonesia berhasil keluar dari jurang resesi. Menurut data BPS, pertumbuhan itu komponen utama berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, sekitar 84,93% PDB berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Dalam artian, pertumbuhan konsumsi dan investasi turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Lebih detail, asal pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 3,17%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi 2,3%, nilai ekspor setelah dikurangi nilai impor 0,98%, konsumsi pemerintah 0,61%, dan sisanya 0,01% dari konsumsi lembaga non-profit pendukung rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga sebagai penopang ekonomi ini tumbuh positif sebesar 5,93%. Pertumbuhannya mencapai rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti sebelum pandemi COVID-19 terjadi.

Nilai 5,93% tumbuh tinggi berkat pulihnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 82,14 pada kuartal II tahun 2020 menjadi 104,42 pada kuartal II tahun 2021. Hal ini secara riil membuat penjualan eceran naik mencapai 11,62%.

Beliau merinci lebih lanjut, penguatan terjadi pada kelompok penjualan makanan, minuman, tembakau, sandang, suku cadang dan aksesoris, bahan bakar kendaraan, serta barang lainnya.

Selanjutnya, penjualan mobil penumpang melesat naik 904,32% dan motor naik 268,64%. Didukung juga oleh meningkatkan jumlah penumpang di angkutan kereta api 114,18%, laut 173,56 %, dan udara hingga 456,51%.

Pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga juga terbantu oleh penyaluran bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah. Namun, pertumbuhan besaran dananya sebenarnya ada penurunan sebesar 59,02% pada kuartal II tahun 2021 dibanding kuartal II tahun 2020.

Investasi yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,54%. Pertumbuhan ini tercipta dari realisasi belanja APBN yang naik 45,56% pada kuartal II tahun 2021 dari kuartal II tahun 2020. Selain itu, realisasi investasi yang tercatat di BKPM juga mengalami kenaikan 16, 21%.

“Pertumbuhan barang modal jenis kendaraan dipengaruhi peningkatan produk kendaraan domestik. Hampir seluruh barang modal jenis peralatan lainnya juga tumbuh, baik yang berasal dari domestik maupun impor,” jelasnya.

Nilai ekspor yang naik 31,78% dan nilai impor 31,22%. Pertumbuhan ekspor melaju signifikan positif berkat naiknya harga komoditas dan permintaan dari sejumlah negara mitra dagang RI, seperti China, AS, Singapura, dan lainnya.

“Jadi pemulihan dari negara mitra dagang berpengaruh besar, utamanya didorong oleh permintaan barang mineral, besi dan baja, serta mesin dan peralatan listrik. Sementara untuk ekspor minyak dan gas karena ada peningkatan volume dan harga,” tuturnya.

Sedangkan dari sisi impor, kenaikan didominasi oleh komoditas mesin, peralatan listrik, pesawat mekanik, besi dan baja, serta plastik dan barang dari plastik.

Selanjutnya adalah konsumsi pemerintah tumbuh 8,06%. Beliau menjelaskan hal ini didorong oleh realisasi belanja barang dan jasa serta pegawai, masing-masing meningkat 82,1% dan 19,79%. Selain itu, juga didukung oleh program penanganan COVID-19, seperti program vaksinasi, pengadaan alat kesehatan, testing serta tracing, dan berbagai program lainnya.

Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) naik 4,12%. Pertumbuhannya turut menopang konsumsi rumah tangga secara keseluruhan.

Dilansir dari data lapangan usaha, sumber pertumbuhan sekitar 64,85% berasal dari sektor pertanian, industri, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Namun, dari masing-masing sektor tersebut, pertumbuhan tertinggi terdapat pada industri transportasi dan pergudangan mencapai 25,1%.

Kemudian diikuti akomodasi dan makanan minuman 21,58%, jasa lainnya 11,97%, dan jasa kesehatan 11,62%. Sementara itu, pertumbuhan terendah ada di pertanian hanya sekitar 0,38%.

Berdasarkan data per-wilayah, kontribusi terbesar bagi ekonomi nasional berasal dari pertumbuhan ekonomi di wilayah Pulau Jawa nilainya mencapai 57,92%. Kemudian, diikuti wilayah Sumatera 21,73%, wilayah Kalimantan 8,21%, wilayah Sulawesi 6,88%, wilayah Bali dan Nusa Tenggara 2,85%, serta wilayah Maluku dan Papua 2,41%.

Sebagai catatan penting, pertumbuhan tertinggi terjadi di wilayah Maluku dan Papua hingga 8,75%. Diikuti wilayah Sulawesi 8,51%, wilayah Jawa 7,88%, wilayah Kalimantan 6,28%, wilayah Sumatra 5,27%, serta wilayah Bali dan Nusa Tenggara 3,7%.

Sumber: Membedah Komponen Penopang Ekonomi Melesat 7,07 Persen, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait