Milenial

Detoks Sosmed Untuk Kesehatan Keuangan yang lebih Baik

Manfaat Sosmed

Ajaib.co.id – Betah berlama-lama di sosial media sudah menjadi kebiasaan masyarakat dewasa ini. Padahal banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan social media (sosmed) berbanding lurus dengan kesehatan mental. Bahwa semakin lama waktu dihabiskan untuk menggunakan sosial media, semakin besar pula indikasi menurunnya kesehatan mental seseorang.

Efeknya mulai dari rasa insecure melihat perkembangan hidup orang lain yang tampak sempurna hingga rasa bersalah akibat tidak produktif. Lebih parahnya lagi terlalu lama bercengkarama di sosial media bisa menimbulkan gangguan kendali impuls. Gangguan ini adalah kelainan psikiatris di mana seorang individu gagal menahan godaan, dorongan atau hasrat. Hasrat ini termasuk hasrat dalam berbelanja.

Perilaku pembelian impuls/tak terencana di sosial media bisa membuat kesehatan pengelolaan keuanganmu menjadi kacau. Mungkin ada baiknya kamu melakukan detoks sosial media agar kesehatan keuanganmu bisa lebih baik. Sebuah ilustrasi dari sobat Ajaib yang satu ini mungkin tak asing bagimu;

Aurel duduk termenung sembari memandangi Story instagram di layar handpone-nya, pasalnya gaji upahnya bekerja belum juga mendarat di ATM. “Biasanya jam satu ‘dah masuk, ini sampai jam dua masih belum”, padahal Aurel sedang berjuang untuk bisa membeli produk dari brand favoritnya yang hanya didiskon dalam dua jam saja.

Ketika notif SMS masuk memberitahukan bahwa upahnya sudah sampai selamat di rekeningnya, Aurel langsung bergerak cepat melakukan pemesanan. Tidak sampai lima menit pembelian produk yang ialihat di sosial medianya berhasil dilakukan.

Ketika dihitung-hitung dalam sebulan ini sudah lebih dari 1 juta rupiah yang Aurel habiskan untuk berbelanja online. Produk-produk dari brand dan online store kesayangannya selalu wara-wiri di sosial media. Dengan adanya booster berupa diskon dan value added lainnya tak perlu lama uang tunai di tangan Aurel segera berpindah tangan.

Efek Sosial Media

Survei dari BMI Research di tahun 2017 mengungkap bahwa seseorang bisa memilki lebih dari dua alasan untuk menggunakan sosial media. 77% responden mengaku menggunakan  sosial media untuk menjaga pertemanan dan kekeluargaan. 68% menggunakan sosial media untuk mencari berita dan informasi.

Sosial media juga kerap digunakan untuk membangun jejaring pertemanan baru oleh 62% dari responden. 55% responden juga menggunakannya sebagai sumber hiburan dan 33% memiliki dan menggunakan sosial media untuk mengikuti produk dan layanan dari brand favoritnya.

Lebih jauh, penggunaan media sosial juga memberkan pengaruh yang kurang sehat pada keadaan finansialmu. BMI Research bahkan mengungkapkan bahwa media sosial sangat mempengaruhi penentuan produk yang akan dibeli.

Tahukah kamu…

Perilaku berbelanja impulsif/tidak terencana secara online memang sebenarnya sudah didesain sejak awal penciptaan sosial media. Misalnya saja instagram, Greg Hochmuth yang merupakan teknisi awal instagram mengaku bahwa ia dan timnya memang merancang instagram sebagai “mesin kecanduan”.

Dengan banyaknya orang berkumpul di satu platform maka akan mengundang para pengiklan untuk turut beriklan. Dengan iklan yang disajikan secara tepat, maka frekuensi terjadinya pembelian akan meningkat dan para pengiklan akan kembali terus beriklan. Terus saja begitu.

Hal ini rupanya tidak hanya diterapkan oleh instagram namun juga oleh platform-platform yang menawarkan sosialisasi online lainnya. Tujuannya hanya satu; yaitu agar bisa menjadi obsesi, sehingga orang-orang betah berlama-lama di sosial media. Dengan demikian mereka bisa menggiring para pengiklan dan pada akhirnya memberikan tambahan pundi-pundi kepada para penyedia layanan sosial media.

Detoks Sosial Media Bisa Bikin Kamu Lebih Hemat!

Sosial media dibuat sedemikian rupa agar bisa menjadi habitat yang nyaman bagi para pengguna dan pengiklan. Oleh karenanya jangan heran kalau kamu jadi target iklan dan pemasaran. Data yang kamu kirimkan ke sosial media akan mejadi bahan yang akan mereka gunakan untuk memasarkan hal yang tepat kepadamu.

Ketika kamu memasukkan data seperti jenis kelamin, kesukaan pada artis, merek atau produk tertentu, sosial media jaman now akan menyesuaikan iklan yang kiranya akan kamu sukai. Makanya jangan heran kalau kamu seringkali tergiur dengan iklan yang muncul di sosial media. Dan bukan hanya kamu lho, riset konsumen yang dirilis lembaga riset Snapcart terhadap 1000 lebih responden di Ramadan 2018 menunjukkan hal yang menarik.

Diungkap oleh riset tersebut bahwa 52% dari responden mengetahui program belanja dari media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube. Dan sebagian besar dari mereka melakukan pembelian minimal satu produk setelah melihat program belanja di sosial medianya.

Saking menggiurkannya iklan-iklan tersebut, banyak dari kita yang tidak ingin kehilangan momen mendapatkan barang saat sedang promo. Makanya layanan kredit seperti Pay Later dan Kredivo tumbuh subur di Indonesia. Nah, sampai sini kita memahami bahwa sosial media berpotensi bikin kamu jadi lebih boros.

 Jika kamu ingin mulai berhemat kamu bisa mulai dari membatasi kegiatanmu di sosial media! Istilah untuk itu adalah detoksifikasi. Layaknya racun dalam tubuh yang harus didetoks, ketergantungan terhadap sosial media juga harus didetoks.

Cara Mudah Detok Sosial Media

Kamu bisa mulai detoks sosmed dengan mematikan notifikasi yang masuk sehingga kamu bisa lebih fokus menjalani hidup di dunia riil. Dengan mematikan notifikasi, dompet kamu akan lebih terjaga. Anggaran kamu yang sudah kamu rancang semula tidak akan jadi berantakan gegara notifikasi promo dari brand favorit kamu.

Ini bukan berarti kamu tidak boleh membeli barang yang kamu mau, hanya saja untuk kesehatan keuanganmu yang lebih baik sebaiknya lakukan itu saat semua prioritas anggaranmu terbayar. Sebelum cicilan KPR bulananmu terbayar, sebelum kamu sisihkan semuanya, kamu sebaiknya mematikan notifikasi di sosial mediamu. Dengan begitu rencana anggaran keuanganmu bisa lebih tertata.

Setelah semua rencana anggaran kamu terlaksana, kamu bisa nyalakan lagi notifikasi di sosial mediamu. Atau jika anggaran kamu agak tipis, kamu bisa matikan sama sekali notif sosial mediamu agar kamu tidak tergiur oleh hal-hal diluar rencana pengeluaranmu. Lalu berikutnya kamu bisa bersihkan kamar tidurmu sebagai zona bebas handphone.

Mengapa begitu? Kebanyakan orang menggunakan fitur alarm di handphone, namun yang terjadi adalah ketika kamu mulai menyetel alarm biasanya kamu mulai scroll beranda kamu di Twitter atau instagram.

Dengan dalih “Ahh, sebentar saja” tapi nyatanya setengah jam berlalu untuk scrolling beranda di sosial media sebelum tidur. Gangguan sinar birunya bisa sebabkan kamu kurang nyenyak tidur dan membuat kamu terekspos pada iklan dan pemasaran yang lalu lalang di sosial media.

Artikel Terkait