Bisnis & Kerja Sampingan

Cetak Buku Sendiri bagi Penulis, Apa Saja Kelebihannya?

cetak-buku

Ajaib.co.id – Perkembangan teknologi digital telah mengubah banyak aspek. Salah satunya pencetakan buku bagi penulis. Kini, penulis bisa melakukan cetak buku hasil karyanya sendiri. Apa saja kelebihan mencetak buku sendiri bagi penulis?

Mencetak buku sendiri lebih dikenal dengan istilah self-publishing. Praktik ini telah bermunculan sejak awal tahun 2000-an. Sebelum self-publishing muncul, percetakan mengandalkan mesin cetak.

Mesin cetak terus mengalami perkembangan. Dari jumlah sedikit, mesin cetak bisa mencetak buku dalam jumlah makin banyak. Perkembangan teknologi pada industri percetakan tidak berhenti di situ.

Penemuan komputer generasi pertama telah membawa perubahan lebih besar lagi. Self-publishing mulai dikenal di industri percetakan melalui layanan print on demand.

Selain kemajuan teknologi, keberadaan self-publishing tak terlepas dari kesulitan yang kerap dihadapi oleh sebagian penulis ketika ingin menerbitkan buku karyanya. Cukup banyak penulis yang tidak berhasil ‘menembus’ penerbit, terutama yang ‘berlabel’ mayor. Dengan kata lain, karya mereka ditolak oleh penerbit untuk diterbitkan.

Kini, kesulitan tersebut ada solusinya, yakni self-publishing. Para penulis –yang sudah terkenal maupun pemula– dapat mencoba peruntungannya untuk mencetak dan menerbitkan buku sendiri, tanpa melalui penerbit mayor. Prosesnya pun menjadi jauh lebih mudah berkat dukungan kemajuan teknologi.

Sekarang, penulis tak harus sibuk mencari sendiri percetakan yang cocok. Melalui platform berbasis digital, para penulis bisa menjangkau percetakan digital dan menerbitkan bukunya sendiri.

Berikut adalah sejumlah kelebihan mencetak buku sendiri bagi penulis.

‘Birokrasi’ yang Tak Berbelit

Tidak mudah bagi penulis, terutama yang belum ternama, bisa menerbitkan bukunya melalui penerbit. Jika draft bukunya dipertimbangkan, proses yang panjang akan dijumpai oleh penulis sebelum bukunya terbit hingga dipajang di etalase toko buku.

Penerbit, khususnya yang besar, akan mempertimbangkan beberapa hal untuk memperoleh buku yang berkualitas serta berpotensi menghasilkan pemasukan finansial bagus. Sayangnya, ‘birokrasi’ tersebut kerap menjadi penghalang bagi para penulis baru yang belum pernah berhubungan dengan penerbit.

Evaluasi, review, pemeriksaan naskah, layout, desain cover, penyuntingan hingga pencetakan bisa memakan waktu berbulan-bulan. ‘Birokrasi’ berbelit ini tak dijumpai pada sistem self-publishing. Pencetakan di platform digital memungkinkan buku terselesaikan lebih singkat.

Desain Cover Sesuai Selera

Cetak buku sendiri juga biasanya mencakup kebebasan memilih atau membuat desain cover. Hal ini umumnya tak ditemui bila melalui penerbit.

Sebagian besar penerbit memiliki tim desain sendiri dan berhak untuk merancang cover buku milik penulis.

Customized

Tak hanya kebebasan soal desain cover, beberapa platform self-publishing juga menawarkan ‘kebebasan’ lebih, seperti desain custom untuk pembaca tertentu. Penerapan teknologi digital juga memungkinkan adanya fitur print variable data. Fitur ini dapat mencetak dengan kustomisasi yang berbeda di tiap halamannya.

Bagi pembaca, ini berarti sesuatu yang sifatnya lebih personal atau intim. Dengan begitu, engagement antara penulis dan pembaca pun lebih dalam.

Tidak Perlu Mencetak Banyak Stok Buku

Kelebihan lain dari cetak buku sendiri adalah penulis bisa menerapkan penjualan pre order. Maksudnya, penulis baru mencetak buku bila ada yang memesannya.

Jadi, penulis atau penerbit tidak perlu mencetak banyak stok buku. Skema print on demand ini dinilai efektif untuk penulis baru yang belum mendapatkan pasar.

Potensi Pendapatan Lebih Besar

Sebelum memberi label harga pada sebuah buku, umumnya penerbit akan melakukan riset. Bagaimana selera pasar? Bagaimana menyesuaikan desain buku dengan target pembaca? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa diketahui atau diprediksi jawabannya melalui riset.

Terkadang, riset tersebut mencakup survei ke masyarakat. Dengan upaya-upaya semacam ini, penerbit berhak menentukan harga buku yang akan diterbitkan. Dengan kata lain, hak untuk menentukan harga jual buku tak berada di tangan penulis. Tapi, ada sistem pembelian ‘hak’ dari penerbit ke penulis yang umumnya terbagi menjadi dua jenis, yakni pembelian putus dan royalti.

Untuk pembelian putus, penerbit hanya membeli karya penulis di awal, misalnya sekian juta rupiah. Sistem ini umumnya diterapkan bagi penulis belum terkenal. Sementara itu, sistem royalti memberikan sekian persen dari nilai jual buku kepada penulis. Meskipun penulis ternama, jarang sekali mendapatkan royalti di atas 15% atas penjualan setiap bukunya.

Sebaliknya, pendapatan penulis berpotensi lebih besar bila dilakukan secara self-publishing. Tambah lagi, penulis bisa terlibat dalam penentuan harga jual bukunya sendiri.

Kalkulasi Biaya Lebih Mudah Diketahui

Jumlah halaman, jenis kertas, finishing, luas wilayah distribusi dan sebagainya memengaruhi anggaran yang harus disiapkan oleh penerbit saat ingin menerbitkan sebuah buku. Terkadang, anggaran ini berubah-ubah seiring belum selesainya penyuntingan dan riset oleh penerbit.

Bila ingin cetak buku sendiri, anggaran bisa lebih mudah dikalkulasi karena tidak adanya pos pengeluaran untuk jenis kertas, distribusi dan sebagainya. Pada platform self-publishing tertentu, bahkan ada fitur atau layanan yang bisa mengkalkulasi anggaran yang dibutuhkan oleh penulis.

Hak Kepemilikan 100%

Cetak buku sendiri berarti 100% kepemilikan hak berada di tangan penulis. Hak kepemilikan sepenuhnya ini belum tentu diperoleh bila mencetak buku melalui penerbit. Biasanya, penerbit akan mengajukan hak eksklusif untuk mencetak ulang, mengadaptasinya ke film, atau membuat merchandise. Cetak buku sendiri setidaknya memastikan penulis tetap memegang kendali penuh.

Lantas, bagaimana dengan distribusi bila penulis ingin mencetak buku sendiri? Ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis. Namun, kini sudah banyak marketplace atau platform yang bisa membantu distribusi buku. Amazon adalah salah satunya yang memiliki jangkauan global.

Di Indonesia sendiri, seorang penulis bisa menjajakan hasil karyanya pada marketplace yang sifatnya umum. Sekali lagi, kemajuan teknologi memudahkan manusia menjalani kehidupannya.

Artikel Terkait