Milenial

Sandwich Generation adalah Orang yang Hadapi Banyak Tanggungan

Sandwich Generation adalah Generasi yang Hadapi Banyak Tanggungan

Ajaib.co.id – Pernah dengar istilah sandwich generation? Baru-baru ini istilah satu ini menjadi tren dan jadi perbincangan banyak orang, khususnya di kalangan milenial. Sandwich generation adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terhimpit situasi harus menghidupi orang tua dan keluarganya sendiri. Jadi, sebenarnya siapa sajakah yang termasuk generasi sandwich? Sebelum membahasnya lebih jauh, kita harus pahami lebih dulu mengenai apa yang dimaksud dengan generasi sandwich.

Apa itu Sandwich Generation?

Sandwich generationadalah suatu generasi yang digambarkan harus menghidupi pihak atas dan pihak bawah selain menghidupi dirinya sendiri. Pihak atas yakni orang yang lebih tua, termasuk orang tua, kakek-nenek, atau saudara yang lebih tua. Sedangkan pihak bawah misalnya adik, anak, atau keponakan.

Pihak atas biasanya sudah tidak memiliki penghasilan sebanyak kaum yang lebih muda. Bisa jadi karena sudah pensiun, atau memang sudah tidak mampu bekerja ekstra karena faktor usia.

Selain itu, biasanya kaum yang lebih tua juga membutuhkan lebih banyak biaya terkait kesehatan dan pengobatan. Sementara pihak bawah biasanya masih menempuh pendidikan atau belum bekerja. Karena itulah kedua pihak ini membutuhkan sokongan finansial.

Generasi sandwich juga didefinisikan sebagai generasi yang harus memiliki tanggung jawab untuk mendukung secara finansial dua generasi sekaligus yaitu kehidupan orang tua dan juga anak-anak beserta istri. Generasi sandwich bisa jadi sudah berkeluarga dan memiliki anak, tetapi masih harus membiayai hidup orang tua atau adik yang masih sekolah. Bisa dibayangkan bukan, betapa beratnya beban finansial untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anak yang harus ditanggung?

Kemunculan Awal Generasi Sandwich

Istilah generasi sandwich pertama kali dicetuskan oleh seorang pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada tahun 1981. Mengutip dari finansial.bisnis.com, hasil survei Pew Research Center pada 2013 cukup mencengangkan.

Hampir 47 persen orang yang berusia 40 hingga 50 tahun memiliki orang tua atau mertua yang berusia 60 tahun atau lebih. Di saat bersamaan, mereka juga menanggung anak yang berusia 18 tahun atau lebih.

Salah satu faktor pemicu munculnya sandwich generation adalah para orang tua dengan gaya hidup mewah yang salah mengatur keuangan di masa muda. Tidak banyak yang betul-betul paham mengenai pentingnya simpanan untuk hari tua. Ketika hampir mendekati masa pensiun, kebanyakan baru menyadari bahwa mereka perlu untuk memperisapkan dana pensiun sebagai simpanan di hari tua.

Ciri-Ciri Generasi Sandwich

Menurut Carol Abaya, seorang Aging and Elder Care Expert (seniorliving.org) mengategorikan tiga ciri generasi sandwich dilihat dari perannya, yaitu:

  • The Traditional Sandwich Generation adalah orang dewasa berusia 40-50 tahun, diapit antara orang berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan bantuan finansial.
  • The Club Sandwich Generation adalah orang dewasa berusia 30-60 tahun, diapit antara orangtua dan anak, serta cucu (jika sudah punya) atau nenek/kakek (jika masih hidup).
  • The Open Faced Sandwich Generation adalah siapapun (yang tidak profesional) yang terlibat dalam perawatan lansia.

Kesimpulannya, ketika kamu terlibat mengurus finansial dua generasi (atas dan bawah), itu berarti kamu sudah terjebak dalam generasi sandwich.

Dampak Generasi Sandwich

Generasi sandwich tentunya berdampak buruk bagi mereka yang merasakannya. Apa saja dampak yang bisa diterima para sandwich generation?

1. Tingkat stres yang tinggi

Generasi sandwich lebih rentan mengalami depresi atau stres tinggi. Hal itu terjadi karena mereka dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak sekaligus orang tua. Yang mereka pikirkan bukan hanya diri sendiri, tetapi juga orang disekitarnya, termasuk orang tua mereka.

2. Kelelahan fisik dan mental

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi diri sendiri, orang tua, serta anak-anaknya membutuhkan kerja keras. Kerja keras bisa membuat fisik menjadi lelah karena dipaksa untuk terus bekerja tanpa melihat waktu. Jam istirahat dan tidur berkurang karena harus mendapatkan penghasilan tambahan. Fisik yang dipaksa terus kerja setiap hari akan merasa lelah, sehingga akan berdampak buruk juga pada mental. Misalnya karena terlalu lama bekerja, kamu tidak lagi punya waktu untuk bersantai.

3. Perasaan bersalah atau merasa tidak puas

Meskipun sudah bekerja keras, namun generasi sandwich juga sering merasa bersalah dan tidak pernah puas pada hasil yang mereka dapatkan. Perasaan ini muncul karena kebutuhan orang tua dan anak-anaknya tidak terpenuhi secara maksimal. Sedangkan segala tanggungan merupakan tanggung jawabnya.

Jika terus dibiarkan, maka ini akan berbahaya dan mengganggu kesehatan mental. Mereka yang merasakannya akan dengan mudah menyalahkan diri sendiri dan tidak bisa menghargai apa yang sudah dikerjakan. Perasaan bersalah ini juga menumbuhkan rasa pada seseorang yang mudah insecure dan sulit mencintai diri sendiri.

4. Mudah khawatir

Generasi sandwich juga sering merasa khawatir akan masa depan diri sendiri, orang tua dan juga anak-anaknya. Mereka biasanya khawatir akan hasil kerja yang sudah diberikan belum cukup untuk membiayai kesehatan orang tua, atau khawatir pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya belum maksimal karena keterbatasan biaya.

Tips Mengatur Keuangan bagi Generasi Sandwich

Ketika mengasuh dua generasi sekaligus, keuangan menjadi faktor yang harus diperhatikan generasi sandwich. Hal inilah yang membuat generasi sandwich harus pintar mengatur keuangan agar pengeluaran tidak melebar sehingga mengalami pemborosan bahkan mengarah pada defisit. Berikut tips mengatur keuangan yang bisa dilakukan oleh generasi sandwich.

1. Ketahui dan pahami permasalahan yang terjadi

Sebagai generasi sandwich, kamu harus mengetahui permasalahan finansial yang terjadi dan mencoba untuk memahaminya. Dengan begitu, mereka bisa menemukan solusi yang tepat bagi semua generasi yang didukungnya.

2. Melakukan perampingan aset

Mengasuh orang tua yang tinggal terpisah akan menyita waktu, tenaga, dan biaya. Sehingga, perlu dilakukan perampingan aset, sehingga orang tua bisa tinggal dalam satu rumah dengan anak yang mengasuhnya. Untuk itu perlu adanya pembicaraan lebih lanjut antara kamu dan orang tua terkait perampingan aset tersebut, apakah properti yang dimiliki akan dijual atau disewakan sehingga dapat menghasilkan pendapatan tambahan.

3. Mengajarkan kemandirian finansial kepada anak

Anak-anak dari generasi sandwich memiliki kebutuhan yang cukup menguras keuangan, baik untuk uang saku, makan, pakaian, dan sekolah. Agar anak-anak dari generasi sandwich dapat meringankan beban finansial, maka cobalah ajak anak-anak untuk mengembangkan keterampilan mengelola uang yang baik.

Dengan begitu, mereka dapat mencapai kemandirian finansial. Dorong dan latih anak-anak untuk menabung secara teratur. Tidak perlu mempermasalahkan nominalnya, karena poinnya adalah menanamkan prinsip yang akan menjadi dasar perencanaan keuangan jangka panjang untuk masa depan.

Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Di satu sisi, membahagiakan orang tua di masa tua tentulah membanggakan. Namun, tentu kamu juga setuju bahwa generasi sandwich memang lebih baik diputus. Kecuali orang tersebut memiliki banyak dana dan sumber daya untuk menghidupi banyak pihak. Generasi usia produktif seharusnya bisa bergerak lebih bebas dan berkarya lebih optimal.

Bukan berarti kita harus menghentikan bantuan untuk orang tua maupun saudara. Cara tersebut sama sekali tidak bisa kita benarkan. Bagaimana pun juga, membantu orang tua dan saudara adalah kewajiban. Pemutusan rantai generasi yang bisa kita lakukan adalah perencanaan untuk masa depan.

Selagi muda, kita harus mengelola keuangan dengan baik. Jangan lupakan investasi dengan cara tepat yang dikhususkan untuk keamanan finansial di hari tua. Mumpung punya banyak tenaga, rajinlah berkarya dan banting tulang bukan malah berfoya-foya.

Investasi Sebagai Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Memudahkan Pemutusan Rantai Sandwich Generation

Sebagai anak kita dapat memberikan saran atau masukan kepada orang tua kita dari jauh-jauh hari sebelum orang tua kalian memasuki masa pensiun. Misalnya bisa menanyakan aset apa yang dipunya orang tua kita untuk bisa dijadikan sebagai passive income pada saat orang tua sudah tidak berkerja lagi.

Rata-rata orang tua berinvestasi di real asset seperti properti. Tugas kita sebagai anak menjadikan aset-aset yang dipunya oleh orang tua kita sebagai passive income untuk penghasilan bulanan mereka.

Oleh karena itu penting sedari muda mulai memikirkan investasi apa yang cocok pada saat memasuki masa pensiun apakah di paper aset (seperti saham, obligasi, reksa dana), real aset (property) atau bisnis aset (waralaba).

Kelebihan dan kekurangan dari ketiganya investasi tersebut yaitu:

  • Paper asset : modal yang dibutuhkan tidak besar, bebas biaya maintence, pajak tidak besar, melawan inflasi namun tidak ada fisiknya
  • Real asset : ada fisiknya hanya saja kekurangannya pajak besar, perlu biaya mantainence dan lokasi menjadi sangat penting karena bisa saja harga property di lokasi yang dipunya susah naik atau susah dijual
  • Business asset : memang perputaran uang cepat namun selain membutuhkan modal besar bisa saja kamu mengalami kerugian dalam usaha. Jadi kamu perlu melakukan riset mendalam mengenai bisnis yg ingin dijalanin jika tidak mau bisnismu merugi.

Selain itu kamu juga harus mulai buat perencanaan keuanganmu sendiri dan lakukan perhitungan dari sekarang. Sisihkan sebagian penghasilan secara konsisten setiap bulan. Bila perlu, manfaatkan produk tabungan hari tua dengan fitur autodebet yang akan memaksamu terus menabung.

Tak salah juga mengambil asuransi tambahan di samping rajin membayar iuran BPJS Kesehatan, misalnya asuransi kesehatan dan asuransi jiwa. Lebih baik lagi jika kita berusaha lebih dengan berbagai jenis investasi seperti reksa dana dan saham. Di mana, dengan kedua investasi ini kamu bisa mulai memikirkan keuangan masa depan dan bisa kamu pilih sesuai tujuan keuangan kamu, misalnya untuk dana pensiun, dana pendidikan, dana kesehatan, ataupun dana darurat lainnya.

Meski saat ini kamu menjadi generasi sandwich dan tidak bisa menabung banyak, dengan investasi di Ajaib kamu tetap bisa berinvestasi dan mendapatkan return yang bisa disesuaikan dengan tujuan keuanganmu di masa depan.

Melalui Ajaib, kamu bisa berinvestasi dengan modal awal hanya Rp10 ribu untuk instrumen reksa dana, dan tanpa minimal deposit untuk investasi saham. Selain itu, kamu juga bisa menyesuaikan investasi sesuai jangka waktu yang kamu inginkan. Misalnya, ketika kamu investasi untuk dana pendidikan, kamu bisa berinvestasi jangka pendek, sedangkan untuk dana pensiun kamu menabung jangka panjang.

Bukan hanya itu, melalui Ajaib kamu juga bisa mulai berinvestasi dengan mudah, kapan dan di mana saja secara online. Sehingga cocok buat kamu yang ingin memulai investasi namun tidak memiliki banyak waktu. Bagi kamu yang tidak memiliki keahlian investasi, kamu juga bisa dibantu oleh manajer investasi berpengalaman, sehingga seluruh investasi kamu akan dikelola dengan baik sesuai tujuan investasimu.

Lalu bagaimana dengan keamanannya? Karena investasi adalah jangka panjang, kamu tentu harus memilih aplikasi yang aman dan terjamin dari legalitas perusahaannya. Nah, Ajaib juga telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehingga seluruh dana yang kamu simpan didialamnya aman dan terjamin legalitasnya.

Jadi, kamu tidak perlu lagi ragu menyimpan dana di Ajaib. Tunggu apalagi? Yuk mulai investasi kamu di Ajaib sekarang dan dapatkan pengalaman investasi yang menyenangkan, dengan return maksimal!

Artikel Terkait