Kisah Lo Kheng Hong dan Saham BUMI: Belajar Sabar dari Sang “Warren Buffett” Indonesia
Sarifa•December 2, 2025

Lo Kheng Hong, seorang yang dijuluki “Warren Buffett-nya Indonesia”, pernah membuat keputusan investasi yang dianggap gila oleh banyak orang: membeli saham BUMI saat semua orang menjauh. Kisahnya bukan tentang keberuntungan spekulatif, tetapi tentang ketekunan, analisis mendalam, dan keyakinan pada prinsip value investing. Bagaimana seorang mantan pegawai bank bisa mengubah kerugian yang dalam menjadi profit besar? Mari kita telusuri jejaknya.
Siapa sebenarnya Lo Kheng Hong?
Lo Kheng Hong adalah legenda hidup di pasar modal Indonesia. Ia tidak berasal dari keluarga kaya dan memulai karirnya sebagai pegawai tata usaha di sebuah bank. Pada usia 30 tahun, ia mulai berinvestasi dengan menyisihkan sebagian gajinya setiap bulan untuk membeli saham. Setelah 17 tahun bekerja, ia memutuskan untuk fokus penuh sebagai investor saham pada tahun 1996.
Prinsip investasinya jelas: value investing. Ia terkenal dengan konsep “saham wonderful company”, yaitu saham perusahaan dengan fundamental kuat, valuasi murah, kas sehat, dan bisnis yang bagus. Pendekatan inilah yang membawanya pada kesuksesan dan julukan sebagai Warren Buffett-nya Indonesia.
Kondisi Pasar Saham BUMI Kala Itu
Pada awal 2010-an, BUMI adalah raksasa tambang batu bara yang prospeknya dianggap sangat cerah. Namun, badai menghantam. Harga komoditas batu bara global jatuh sejak 2012, dan BUMI pun terbebani utang yang sangat besar, mencapai hampir US$ 4 miliar. Sentimen pasar berubah drastis. Saham yang sebelumnya favorit investor, mulai ditinggalkan. Banyak investor ritel panik dan menjual sahamnya karena takut perusahaan akan bangkrut.
Keputusan Lo Kheng Hong Membeli BUMI
Di tengah kepanikan itu, Lo Kheng Hong justru melihat peluang. Ia menganalisis bahwa nilai intrinsik BUMI jauh lebih tinggi daripada harga pasarnya yang terus terpuruk. Analisisnya sederhana namun powerful: BUMI memiliki cadangan batu bara miliaran ton. Saat harga batu bara global suatu saat naik, nilai perusahaan ini akan melambung.
Dengan keyakinan tersebut, ia mulai membeli saham BUMI secara bertahap di sekitar harga Rp 1.000. Yang mengejutkan, saham terus anjlok hingga menyentuh level “gocap” atau Rp 50-an. Di titik terendah ini, kerugian floating (mengambang) yang ia alami sangat besar. Namun, berbeda dengan kebanyakan orang, ia tidak panik.
Mengapa Lo Kheng Hong tidak cut loss pada saham BUMI?
Inilah bagian yang menguji mentalitas seorang value investor sejati. Lo Kheng Hong tidak melakukan cut loss karena beberapa alasan mendasar:
- Keyakinan pada Analisis Fundamental: Ia yakin perusahaan memiliki nilai aset (seperti PT Kaltim Prima Coal) yang jauh lebih besar daripada yang tercatat di laporan keuangan. Harga pasar yang murah, menurutnya, adalah peluang, bukan ancaman.
- Prinsip Margin of Safety: Ia sudah membeli saham di harga yang ia anggap sangat murah (Rp 1.000), sehingga sudah ada “margin pengaman” yang lebar meskipun harga turun lebih dalam.
- Kesabaran dan Tidak Terpancing Emosi Pasar: Ia fokus pada nilai perusahaan dalam jangka panjang, bukan pada sentimen ketakutan (fear) jangka pendek yang mendera pasar.
Alih-alih menjual, ia bahkan menambah pembelian secara bertahap hingga mengumpulkan sekitar 1 miliar lembar saham atau setara 2.7% kepemilikan.
Restrukturisasi Utang dan Rebound Harga Batubara
Kesabaran Lo Kheng Hong akhirnya terbayar. Katalis utama datang dari upaya restrukturisasi utang besar-besaran yang dilakukan manajemen BUMI sekitar tahun 2015. Perusahaan berhasil bernegosiasi dengan kreditur untuk mengkonversi sebagian utang menjadi saham dan memperpanjang jatuh tempo sisanya. Restrukturisasi ini meringankan beban keuangan perusahaan secara signifikan.
Secara bersamaan, harga komoditas batu bara global mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kombinasi dua faktor ini—struktur keuangan yang membaik dan lingkungan bisnis yang lebih sehat—mengangkat nilai fundamental BUMI dan mendorong harga sahamnya untuk rebound (naik kembali) dari titik terendah.
Apa yang dilakukan Lo Kheng Hong setelah BUMI rebound?
Ketika harga saham BUMI mulai merangkak naik dan mencapai level sekitar Rp 500, Lo Kheng Hong mengambil tindakan yang strategis. Ia menjual sekitar 90% dari posisi saham BUMI-nya di harga tersebut.
Dengan rata-rata harga beli di sekitar Rp 300, penjualan ini mengubah kerugian mengambang yang pernah sangat besar menjadi keuntungan nyata (cuan) yang sangat besar. Keputusannya untuk menjual sebagian besar saham menunjukkan prinsip lain: taking profit ketika target atau nilai wajar sudah tercapai, meskipun harga mungkin masih bisa naik. Ia tidak serakah.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kisah Lo Kheng Hong dengan BUMI bukanlah ajakan untuk “nyangkut” di saham yang sedang jatuh. Sebaliknya, ini adalah masterclass tentang disiplin investasi. Berikut pelajaran inti yang bisa kita ambil dalam format list:
- Investasi adalah tentang kepemilikan bisnis: Lo Kheng Hong membeli saham BUMI karena yakin pada nilai perusahaannya, bukan karena spekulasi harga naik.
- Margin of Safety adalah kunci: Selalu beli saham dengan harga yang jauh di bawah perkiraan nilai wajar perusahaan. Ini adalah “bantalan” jika analisismu meleset atau pasar bergejolak.
- Gunakan uang dingin dan hindari utang: Ia berinvestasi dengan uang yang tidak dibutuhkan untuk kebutuhan hidup, sehingga tidak terpaksa menjual di saat rugi.
- Pasar adalah mesin voting dalam jangka pendek, tapi timbangan dalam jangka panjang: Harga saham bisa irasional dalam waktu singkat, tetapi pada akhirnya akan mencerminkan kinerja perusahaan.
- Kontrol emosi dan miliki kesabaran baja: Ketakutan (fear) dan keserakahan (greed) adalah musuh terbesar investor. Rencanakan strategimu dan patuhi itu.
Ingin Mengikuti Jejak Lo Kheng Hong?
Cerita Lo Kheng Hong mengajarkan bahwa sukses berinvestasi membutuhkan lebih dari sekadar memilih saham. Ia membutuhkan kedisiplinan, kesabaran, dan kemampuan untuk tetap tenang ketika semua orang panik. Prinsip value investing yang ia pegang—mencari perusahaan bagus dengan harga murah—tetap relevan hingga hari ini, di tengah pasar yang naik-turun.
Mulailah perjalanan investasimu dengan fondasi yang kuat. Pelajari fundamental perusahaan, pahami bisnisnya, dan investasikan untuk jangka panjang. Platform investasi modern seperti Ajaib bisa menjadi mitramu untuk memulai, dengan menyediakan akses dan informasi untuk menganalisis saham sebelum bertransaksi. Yang terpenting, buatlah rencana keuangan dan strategi investasi yang disiplin. Siapa tahu, kamu bisa menulis kisah sukses investasimu sendiri.
Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Membeli dan Menjual Saham di Ajaib
Mulai Investasi Saham di Ajaib!
Ajaib adalah aplikasi investasi all-in-one, mulai dari Saham Indonesia, reksadana, obligasi, kripto, hingga saham Amerika. Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di beragam instrumen di Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online. Sudah berizin dan diawasi OJK & BAPPEBTI.
Artikel Terkait





Artikel Populer
Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi
Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!