Memahami Tapering Off: Dampak dan Strategi Investasi Reksa Dana
Pamela•May 8, 2025

Istilah tapering off seringkali muncul dalam diskusi ekonomi global, terutama ketika bank sentral seperti The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat berencana mengubah kebijakan moneternya. Kebijakan ini dapat menimbulkan gejolak di pasar keuangan, termasuk bagi para investor reksa dana.
Memahami apa itu tapering off dan bagaimana dampaknya terhadap berbagai jenis reksa dana menjadi penting agar investor dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai tapering off, pengaruhnya terhadap kinerja reksa dana, dan tips untuk menghadapinya.
Apa Itu Tapering Off?
Kebijakan tapering off adalah langkah yang diambil bank sentral untuk mengurangi stimulus moneter secara bertahap seiring dengan adanya tanda-tanda pemulihan ekonomi dari krisis. Umumnya, kebijakan ini berupa pengurangan skala program pembelian obligasi (quantitative easing) oleh bank sentral. Pengurangan ini berdampak pada melambatnya laju pertambahan jumlah uang yang beredar di pasar.
Setelah proses tapering selesai, bank sentral mungkin akan mempertimbangkan langkah selanjutnya seperti menaikkan suku bunga acuan untuk mengetatkan kebijakan moneter lebih lanjut. Meskipun kenaikan suku bunga pasca-tapering bukanlah suatu keharusan, sejarah menunjukkan bahwa hal ini cukup sering terjadi. Oleh karena itu, wacana tapering biasanya membangkitkan persepsi pasar akan kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Sebagai contoh, saat krisis ekonomi melanda, bank sentral seperti The Fed dapat merespons dengan memangkas suku bunga hingga mendekati nol dan meluncurkan program pembelian obligasi dalam skala besar. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah uang beredar, mendorong perbankan dan masyarakat untuk lebih aktif membelanjakan uangnya, baik untuk konsumsi maupun investasi. Bunga rendah mengurangi insentif menabung, sementara pembelian obligasi memberi likuiditas bagi pemerintah dan perusahaan.
Ketika ekonomi mulai pulih, stimulus moneter besar-besaran tersebut tidak lagi diperlukan. Bank sentral kemudian perlu melakukan “normalisasi” kebijakan. Normalisasi ini tidak bisa dilakukan mendadak, melainkan secara bertahap melalui tapering off, misalnya dengan mengurangi jumlah pembelian obligasi bulanan secara bertahap hingga mencapai level yang dianggap normal.
Fenomena “taper tantrum” pada tahun 2013, ketika The Fed di bawah Ben Bernanke mengumumkan rencana tapering, menjadi pelajaran penting. Investor bereaksi keras, menyebabkan yield obligasi pemerintah AS meroket, bursa saham bergejolak, dan mata uang negara berkembang melemah terhadap dolar AS. Hal ini membuat setiap rencana tapering dari bank sentral besar selalu menjadi sorotan pasar.
Dampak Tapering Off Terhadap Kinerja Reksa Dana
Dampak tapering off terhadap pasar keuangan, termasuk reksa dana, bersumber dari kekhawatiran akan melambatnya pertambahan likuiditas di pasar serta ekspektasi kenaikan suku bunga. Meskipun bank sentral saat ini cenderung lebih berhati-hati dalam mengkomunikasikan rencana kebijakannya untuk meminimalisir gejolak, potensi dampak tetap ada.
Harga sejumlah aset investasi, khususnya komoditas dan saham, seringkali telah melambung berkat melimpahnya likuiditas selama periode stimulus. Dengan adanya tapering, beberapa potensi dampak umum yang bisa terjadi antara lain:
- Yield obligasi dapat meningkat.
- Bursa saham dapat mengalami tekanan atau koreksi.
- Mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, mungkin mengalami pelemahan.
Apabila skenario ini terjadi, berbagai jenis reksa dana yang portofolionya terkait dengan aset-aset tersebut juga akan terkena imbasnya.
Bagaimana Tapering Off Mempengaruhi Reksa Dana Saham dan Obligasi?
Berikut adalah potensi pengaruh tapering off terhadap jenis-jenis reksa dana utama:
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) menempatkan dana kelolaannya pada instrumen pasar uang seperti deposito atau surat utang jangka pendek (kurang dari 1 tahun). Karakteristik ini menjadikan RDPU sebagai produk investasi dengan profil risiko paling rendah.
Di tengah kekhawatiran pasar akibat tapering, RDPU cenderung paling stabil dan minim gejolak. RDPU tetap menjadi pilihan yang relatif aman bagi investor yang bertujuan menyimpan dana jangka pendek atau sebagai penempatan dana darurat.
Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT)
Tapering off dapat mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga, yang kemudian bisa meningkatkan proyeksi kupon (yield) obligasi jangka panjang. Sebaliknya, harga obligasi yang sudah beredar cenderung menurun. Ini karena pasar akan lebih tertarik pada obligasi baru dengan kupon yang lebih tinggi, sehingga permintaan terhadap obligasi lama dengan kupon lebih rendah akan berkurang, menekan harganya.
Imbal hasil Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) berasal dari kombinasi pembayaran kupon obligasi dan potensi keuntungan/kerugian modal (capital gain/loss) dari perubahan harga obligasi dalam portofolionya.
- RDPT yang fokus pada return dari kupon obligasi mungkin akan lebih stabil.
- RDPT yang mengandalkan capital gain dari fluktuasi harga obligasi bisa lebih terpengaruh.
Meskipun dalam jangka pendek Nilai Aktiva Bersih (NAB) RDPT bisa mengalami penurunan akibat gejolak harga obligasi, RDPT masih dapat menjadi pilihan yang baik untuk investasi jangka menengah atau lebih lama, terutama jika fundamental ekonomi negara penerbit obligasi tetap solid.
Reksa Dana Saham (RDS)
Tapering off yang diikuti ekspektasi kenaikan suku bunga dapat membuat instrumen saham menjadi kurang menarik bagi sebagian investor. Kenaikan suku bunga dapat meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan membuat instrumen berpendapatan tetap (seperti obligasi dengan yield yang naik) menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan saham yang lebih berisiko.
Kondisi ini berpotensi menekan kinerja bursa saham secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat menurunkan NAB Reksa Dana Saham (RDS). Lebih lanjut, kenaikan suku bunga di negara maju seperti AS dapat memicu aliran dana asing keluar dari pasar negara berkembang (capital outflow), yang juga berdampak negatif pada indeks harga saham gabungan (IHSG).
Meskipun demikian, sejarah menunjukkan bahwa penurunan bursa saham seringkali bersifat temporer dan akan diikuti oleh pemulihan dalam jangka panjang. Dengan kata lain, RDS tetap bisa menjadi pilihan yang baik untuk investasi jangka panjang (di atas 5 tahun) bagi investor dengan profil risiko agresif. Jika tapering off tidak diikuti dengan kenaikan suku bunga yang agresif, dampaknya pada pasar saham mungkin tidak terlalu signifikan.
Tips Menghadapi Dampak Tapering Off dalam Investasi Reksa Dana
Menghadapi ketidakpastian pasar akibat isu tapering off, investor reksa dana dapat mempertimbangkan beberapa strategi berikut:
- Jangan Panik: Keputusan investasi yang didasari kepanikan seringkali merugikan. Pahami bahwa fluktuasi pasar adalah hal yang wajar.
- Sesuaikan dengan Profil Risiko dan Tujuan Keuangan: Pastikan pilihan reksa dana Anda masih sesuai dengan toleransi risiko dan jangka waktu investasi Anda. Jika Anda investor konservatif dengan tujuan jangka pendek, RDPU mungkin lebih cocok. Jika Anda agresif dengan tujuan jangka panjang, RDS bisa tetap dipertimbangkan meskipun ada potensi volatilitas.
- Lakukan Diversifikasi Portofolio: Jangan menempatkan seluruh dana Anda pada satu jenis reksa dana atau satu Manajer Investasi. Diversifikasi dapat membantu mengurangi risiko.
- Pertimbangkan Investasi Berkala (Dollar Cost Averaging): Dengan melakukan investasi secara rutin dan disiplin, misalnya melalui fitur Nabung Reksadana, Anda bisa mendapatkan harga rata-rata pembelian unit yang lebih optimal, terutama saat pasar berfluktuasi.
- Fokus pada Jangka Panjang: Jika tujuan investasi Anda adalah jangka panjang, gejolak pasar jangka pendek seharusnya tidak terlalu mengganggu strategi investasi Anda.
- Pilih Manajer Investasi dan Platform Terpercaya: Pastikan Anda berinvestasi melalui Manajer Investasi dengan rekam jejak yang baik dan platform investasi yang legal serta aman, dan telah terdaftar di OJK.
- Pantau Informasi dan Berita Ekonomi: Tetaplah update dengan perkembangan berita ekonomi global dan domestik, serta kebijakan bank sentral yang dapat mempengaruhi pasar.
Dengan pemahaman yang baik dan strategi yang tepat, investor dapat menyikapi periode tapering off dengan lebih tenang dan bijaksana.
Artikel Terkait





Artikel Populer
Daftar 100% Online, Tanpa Minimum Investasi
Tentukan sendiri jumlah investasi sesuai tujuan keuanganmu!