Berita

BBCA Stock Split Dengan Rasio 1:5, Bagaimana Prospek nya?

Sumber: BCA

Ajaib.co.id – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) siap melakukan aksi korporasi Stock Split atau memecah nilai nominal saham. BBCA akan memecah nilai saham dengan rasio 1:5.

Dengan aksi korporasi Stock Split ini, total jumlah saham Bank BCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham. Sedangkan nilai nominal saham akan berubah dari sebelumnya senilai Rp62,5 per lembar saham menjadi sebesar Rp12,5 per lembar saham.

Stock Split ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham BBCA di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harga saham BBCA menjadi lebih tercapai dilakukan investasi oleh para investor ritel, termasuk demografi investor muda.

“Sehingga diharapkan akan meningkatkan jumlah pemegang saham perusahaan ke depannya,” tutur Raymon, Jumat (30/7).

“Stock Split ini dapat mendongkrak kinerja saham BBCA ke depannya. Dengan harga per lembar saham yang lebih terjangkau, tentu saham BBCA akan lebih digemari untuk kalangan investor individual,” jelas Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis.

“Jika berkaca dari rata-rata harga perdagangan tiga bulan terakhir, harga pasca Stock Split berkisar di Rp6.000 – Rp6.500,” lanjut Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis  saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (30/7).

Sependapat, Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan menilai, aksi korporasi yang dilakukan oleh Bank BCA ini cukup menarik. Dipecahnya jumlah saham Bank BCA saat ini tentu akan berdampak kepada likuiditas saham ke depannya.

Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan menyebut, jika mengacu pada harga penutupan pada tanggal 30 ini (30/7) yakni Rp29.850 per lembar sahamnya, maka diprediksi saham Bank BCA bisa jadi relatif murah ke harga Rp5.970 per lembar sahamnya. Harga ini lebih terjangkau jika dibandingkan harga sebelum stock split tentunya.

Dengan pergerakan harga saham BBCA yang telah turun sekitar 11,82% secara YtD, Stock Split ini bisa menjadi suatu katalis positif untuk saham BBCA yang bisa diinvestasikan oleh para investor ritel. Secara teknikal, untuk saat ini saham BBCA memang masih bergerak sideways, dengan support Rp29.700 dan resistance Rp30.900.

Dilihat secara prospek BBCA, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai bisa berdampak pada kinerja BBCA ke depannya. Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis menyebut, PPKM darurat saat ini berisiko akan menurunkan kualitas aset. Apabila kebijakan PPKM ini dapat segera dilonggarkan, maka dampaknya terhadap kualitas aset tidak akan terlalu signifikan.

Namun, jika ternyata PPKM darurat berlangsung dalam waktu yang lama, misalnya 2 bulan sampai dengan 3 bulan atau bahkan lebih, maka ada risiko menurunnya kualitas aset dari perusahaan perbankan, termasuk kinerja BBCA, terpaksa harus menaikkan provisi atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang akan berdampak negatif ke kinerja keuangan.

Sucor Sekuritas telah merevisi perkiraan laba bersih BBCA untuk periode 2021-2022 sebesar 8,1% -7,3%, menjadi masing-masing Rp28,7 triliun (Menjadi Naik 6%) dan Rp32 triliun (Naik 11%). Target ini memperhitungkan pertumbuhan pinjaman yang lebih lambat dari yang diharapkan dan risiko kualitas aset yang meningkat.  

Laba bersih ini juga dengan asumsi pertumbuhan pinjaman sebesar 3%-5%, yang merupakan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 5%-6% dan biaya kredit yang lebih tinggi, yakni 1,6% -1,1%.

Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis menurunkan rekomendasi saham BBCA  menjadi Hold dengan target harga yang juga dipangkas menjadi Rp30.500 (Dari Sebelumnya Rp 39.200).

Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis menuturkan, dengan naiknya risiko penurunan kualitas aset dan juga pelemahan pertumbuhan kredit tahun ini akan memperlambat pertumbuhan kinerja.

Sumber: Bakal stock split dengan rasio 1:5, begini prospek saham Bank BCA (BBCA) ke depan, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait