Ajaib.co.id – PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan melakukan aksi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan total Rp10,96 triliun. Rights issue Bank Permata menjadi yang terbesar di antara beberapa bank yang melakukan rights issue atau berhasil melampaui PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang senilai Rp7,05 triliun.
Dilansir data OJK, beberapa emiten bank yang telah usai melaksanakan aksi rights issue selain PT Bank Jago Tbk (ARTO) adalah PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), dan PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS).
Berdasarkan pengumuman resmi, BNLI menggelar aksi rights issue dengan melepas 8,13 miliar saham atau 22,49% dari modal disetor dengan harga pelaksanaan Rp1.347 per saham, sehingga total dana keseluruhannya mencapai Rp10,96 triliun.
Bangkok Bank selaku pemegang saham pengendali mengutarakan kesiapannya untuk mengeksekusi haknya. Sehubungan dengan hal tersebut, Bangkok Bank yang memiliki sebesar 98,71% saham telah menyuntikkan dana sebesar Rp10,82 triliun kepada BNLI. Suntikan modal ini diperhitungkan sebagai modal inti tier-1 BNLI.
Karena itu, apabila masyarakat tidak mengambil seluruh haknya pada HMETD, maka kepemilikan masyarakat di BNLI akan berkurang menjadi 0,0743% dari 0,0745% sebelum aksi rights issue. Sedangkan Bangkok Bank akan bertambah menjadi 99,99%.
Dari pelaksanaan aksi rights issue ini, BNLI akan mengalokasikan dananya untuk memperkuat struktur permodalan. BNLI juga akan menggunakan dana tersebut untuk modal kerja, yaitu membiayai ekspansi kredit dan aset produktif lainnya.
Aksi rights issue ini sudah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 April 2021 lalu. Kemudian, distribusi HMETD akan dilakukan pada 13 Juli 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 14 Juli 2021.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya menuturkan, setoran modal dari Bangkok Bank senilai Rp10,82 triliun harus dikonversikan menjadi modal saham dengan mekanisme rights issue. Sehingga, aksi rights issue kali ini tidak akan menambah permodalan BNLI lagi, meskipun pemegang saham minoritas juga berkesempatan masuk.
Lanjutnya, BNLI melakukan rights issue untuk konversi dana Rp10,8 triliun yang ditempatkan Bangkok Bank jadi saham dengan mekanisme rights issue, ada penawaran ke minoritas 1,3%. Ini sudah tidak menambah permodalan lagi karena hanya konversi.
Sekadar informasi, sepanjang tahun 2020 lalu, BNLI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp722 miliar atau mengalami kontraksi 51% dibandingkan kinerja tahun 2019. Penurunan laba ini utamanya disebabkan besarnya pencadangan yang dialokasikan BNLI.
Adanya pandemi COVID-19 menyebabkan BNLI menyiapkan pencadangan dengan jumlah yang cukup besar. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang disiapkan untuk mengantisipasi meningkatnya kredit bermasalah itu hingga mencapai 240% dari sebelumnya yang hanya pada level 133%. “Hal ini untuk mengantisipasi dan mitigasi risiko kredit yang cenderung meningkat, maka kami berhati-hati dan konservatif dengan tambahan CKPN,” tutur Direktur Keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya.
Selain karena peningkatan CKPN, penurunan laba juga disebabkan oleh penurunan pendapatan dari sektor pajak (Corporate Income Tax). terdapat penurunan tarif PPh badan dari sebelumnya 25% menjadi 22%.
Namun, BNLI masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar 23,7% menjadi sebesar Rp3,8 triliun. Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 14,2% menjadi Rp6,8 triliun.
Sedangkan fee based income meningkat menjadi Rp2,32 triliun atau naik sebesar 16,1% . Pada sisi lainnya, BNLI mencatatkan perbaikan rasio margin bunga bersih (NIM) menjadi 4,7%. Hal itu seiring dengan strategi BNLI dalam mengelola struktur likuiditas secara optimal.
Sedangkan total penyaluran kredit tercatat menjadi sebesar Rp118 triliun, meningkat 9,2% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Tahun ini BNLI memasang target lebih tinggi dari regulator.
“Bank Indonesia menargetkan kredit 7-9% tapi direvisi menjadi 5-7%, target BNLI similar dengan regulator ditambah dengan kita bisa mencapai lebih baik karena sinergi dengan Bangkok Bank,” tutur Lea.